24

54.8K 12.7K 5.9K
                                    

Suasana hening ketika Azalea memasuki mobil. Dengan patuh dia duduk tenang di samping kursi pengemudi. Dia melirik Sagara yang tengah mengotak atik ponselnya dengan lengan kanan bersandar di jendela mobil yang terbuka.

“Pah.” Azalea memanggil. Namun tidak ada sahutan dari Sagara.

Beberapa saat kemudian, Sagara meletakkan ponselnya dan mulai melajukan mobil dalam keheningan. Azalea bergerak dalam duduknya, merasa tidak benar dalam hatinya. Dengan hati-hati dia melirik Sagara lagi, namun ekspresi Papanya selalu tenang, membuat dia sangsi apakah Sagara sedang marah atau tidak.

“Pa, marah?” tanya Azalea takut.

“Diem kalau masih mau berpijak di bumi.” Suara berat Sagara terdengar mengancam, membuat bulu kuduk Azalea berdiri seketika.

Ini... Papanya kan? Heh, orang tua mana yang mengancam anaknya seperti ini?! Komplain Azalea dalam hati.

“Pah, jangan marah dong. Lea gak maksud boongi Papa.” Gadis itu cemberut, berusaha meluluhkan hati Sagara. Begini-begini dia adalah anak perempuan satu-satunya dalam keluarga yang mirip seperti Skaya. Biasanya karena mirip dengan Skaya-lah Sagara akan dengan cepat memaafkannya.

Namun kali ini tidak. Tanpa mendengar balasan dari Sagara, Azalea merasa kecepatan mobil semakin meningkat, membuatnya bergidik sambil menyandarkan punggung pada kursi dengan erat.

Nampaknya amarah Sagara tidak main-main kali ini.

Sejam mempertaruhkan hidup dan mati di tangan Tuhan dan Sagara, Azalea buru-buru keluar dari mobil begitu sampai di depan mansion. Dia berlari kencang memasuki mansion, mencari penyelamat yang bisa meredakan Sagara.

Matanya lalu terkunci pada sosok cantik yang duduk di ruang keluarga dengan TV menyala sambil memakan potongan buah. Mata Azalea memerah menahan tangis dan bergegas ke arahnya.

Skaya sedikit terganggu karena masalah Azalea sejak tadi. Saat dia sedang bengong tanpa menghiraukan acara membosankan yang tayang di televisi, seseorang tiba-tiba masuk ke dalam pelukannya.

“Mama!” Azalea memeluk Skaya erat dengan penuh keluhan.

Skaya tersentak kaget. Melihat sosok berambut pendek yang mengubur wajahnya di lehernya, dia hendak mendorongnya menjauh sebelum sadar bahwa ini adalah anak gadisnya.

“L-lea?”

“Ma, hiks, Papa serem banget ngajak aku mati bareng,” ujar Azalea menambah bumbu.

Mata Skaya melotot. Mendengar suara dari belakang, dia menoleh dan menatap Sagara tidak terima. “Maksud kamu apa?”

“Papa bawa mobilnya cepet banget, mengundang maut, Ma. Gimana kalo terjadi apa-apa? Mama bakal kehilangan anak tercantik sedunia.” Lalu Azalea menangis tanpa air mata dalam pelukan Skaya.

“Jangan ngomong aneh-aneh.” Skaya mengusap punggung Azalea menenangkan.

“Kalau kehilangan kamu, Papa dan Mama bisa bikin pengganti kamu,” ujar Sagara dingin.

Azalea semakin merengek mendengarnya. “Tuh kan Mama! Papa jahat banget. Lea gak like. Kok Mama mau sih punya suami galak kayak Papa?”

Sagara mengambil remot dan mematikan televisi sebelum duduk berdempetan dengan Skaya. “Berdiri di depan Mama dan Papa. Sekarang.”

Isakan dibuat-buat Azalea tersendat. Dia diam sesaat. Diiringi bujukan Skaya, akhirnya Azalea pura-pura mengusap sekitar matanya sebelum berdiri dengan tegak dua meter di hadapan orang tuanya. Bibirnya mencuat dengan kepala menunduk.

Skaya yang melihatnya tersenyum geli. Menatap rambut pendek bermodel pixie, jantungnya berdegup kencang. Tiba-tiba teringat masa lalunya yang sedikit memalukan.

Mungkin Sagara mendeteksi perubahaan hati Skaya. Dia merentangkan tangannya di punggung sofa, merengkuh tubuh mungil Skaya ke arahnya lalu mengecup pucuk kepalanya sebelum menatap sang putri dingin.

“Kasih alasan yang bagus.”

Azalea menelan salivanya. “Aku...” Lalu dia menggertakkan gigi dan berseru, “Aku mau kayak Mama dan Papa!”

“Apa?” Skaya dan Sagara tercengang.

“Aku mau kayak Mama, ketemu roommate yang ternyata jodohku yang tertunda.”

Skaya mengerutkan kening. “Tapi kamu masih 16 tahun, Lea. Masih banyak waktu ketemu jodohmu.”

“Ish Mama gak ngerti. Ini menguji adrenalinku, tau.” Azalea berkata gemas.

“Ngomong yang sopan,” sanggah Sagara datar.

“Maaf, Pa.” Azalea kembali menunduk. “Lea tau Lea salah. Gak seharusnya Lea nakal diem-diem pindah sekolah ke SMA Lesmana sebagai cowok. Tapi Lea gak mau berhenti sekarang.”

“Lea, masalahnya ini gak aman buat kamu. Gimana kalau kamu ada apa-apa di asrama putra?” tanya Skaya lembut.

“Gak papa, Mah. 1 bulan aja aku tinggal sekamar ama cowok. Belakangan aku pindah di kamar sendirian,” ucap Azalea.

Mata Sagara menyipit. “1 bulan sekamar sama cowok?”

Azalea mengangguk ceria. “Mereka baik banget loh Pa. Suka traktir Lea jajan.”

“Tapi gimana bisa sekolah kasih kamu kamar sendiri?” tanya Skaya bingung.

Senyum Azalea membeku. Dia tanpa sadar mengusap tengkuknya. “Aku alesan aja mau pindah kamar.”

Tidak mungkin dia membertahu kenapa Pak Wawan berbaik hati mencarinya kamar kosong kan? Jika Sagara dan Skaya tahu dia berbohong tentang gendernya, habis sudah riwayatnya.

Skaya diam-diam menyikut Sagara lalu berbisik kesal. “Kamu sih ngapain cerita masa lalu ke anak. Kan jadinya dia ikut-ikutan.”

Kening Sagara mengerut sebelum kembali menatap Azalea begitu teringat masa lalunya dengan Skaya. “Itu... gak ada yang nyuri kesempatan ke kamu, kan?”

“Misalnya?” tanya Azalea balik, bingung.

Sagara terbatuk pelan dengan ujung telinga memerah samar. “Cium kamu, gitu.”

Mata Skaya melotot mendengarnya. Sedangkan Azalea melebarkan mata. “Gak mungkin, lah. Gini-gini Lea bisa jaga diri. Eh kenapa tiba-tiba bahas cipokan?”

Sagara berdeham. “Gak.”

Mata Azalea menyipit curiga. Dia mengikuti kisah orang tuanya, jadi... Matanya kembali melebar dengan seringaian. “Dulu Papa cium Mama di sekolah, ya?” tuduhnya tepat sasaran.

Kedua orang tuanya membeku sejenak, mungkin kehilangan kata-katanya.

Melihatnya, seringai Azalea semakin lebar. Mengambil kesempatan dalam kesempitan, dia pamit, “Lea ke atas dulu ya, Ma, Pa.”

Sambil berjalan menuju lantai atas, tak lupa Azalea bernyanyi dengan girang yang menggema di lantai tersebut.

Teenagers scare the living shit out of me.

Ekspresi Sagara berubah dan berteriak marah. “LEA!”

Lalu tawa nyaring Azalea terdengar dari arah tangga.

TBC

October 8, 2021.

Malem up lagi gak? Up lah. 5K dulu yak.

Btw novel Skaya & The Big Boss kemungkinan besar terbit bulan Januari 2022 kalau gak ada hambatan.

Btw novel Skaya & The Big Boss kemungkinan besar terbit bulan Januari 2022 kalau gak ada hambatan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ingat mulai menabung loh ya biar bisa ikut PO-nya.🤑

Azalea & Alter Ego Boy ✓Where stories live. Discover now