HIDDEN YOU PART 3

8.2K 692 20
                                    

Azalea menggigit roti isi daging yang baru saja dia beli di kantin dengan tatapan tertuju lurus pada sosok jangkung yang kini sedang dikelilingi oleh para gadis yang memiliki ekspresi penuh cinta di mata mereka.

Jika ini adalah komik, pasti di sekeliling mereka sudah penuh bunga dengan mata para gadis itu berbentuk love.

Dibanding para gadis itu yang berani mencegat Nakusha di koridor, yang bisa Azalea lakukan saat ini adalah bersembunyi di balik tembok sambil mengamati mereka dengan mata menyipit.

Bukannya Azalea pengecut, namun Azalea sedang mengamati situasi, seperti seorang kucing yang ingin mencuri makanan. Dari apa yang dia perhatikan, meski Nakusha menanggapi gadis-gadis itu dengan ekspresi tenang, dia selalu— entah disengaja atau tidak- menghindari jarak antar mereka ketika gadis-gadis itu melangkah maju saat berbicara dengannya. Seolah… dia menghindari terjadinya kontak fisik yang sewaktu-waktu bisa terjadi.

Di saat tengah asyik mengunyah sambil menganalisis perilaku Nakusha, mata Azalea tiba-tiba menjadi gelap karena sepasang tangan menutupinya dari belakang.

“Hayo, tebak siapa?”

“Yelin. Lepas.” Tanpa ragu Azalea menyebutkan nama gadis itu, membuat sang empunya nama mencuatkan bibir dan menarik kembali tangannya.

“Ngapain lo ngumpet di sini? Berencana jadi penunggu sudut lorong sekolah ya lo?”

“Iya, gue mau jadi penunggu. Tapi penunggu di hatinya si ketos,” ujar Azalea sambil menyipitkan mata begitu melihat gadis-gadis itu mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan Nakusha.

Yelin, sahabat Azalea sejak kecil, ikut memandang ke arah yang sejak tadi dia lihat. “Kak Naku ganteng banget. Orangnya lembut lagi.”

Azalea mengangguk-angguk, membenarkan kata-kata Yelin dengan serius. Dia bahkan tidak bisa melepaskan pandangan dari sosok Nakusha barang sedetik pun saking menariknya cowok itu di matanya.

“Lo suka Kak Naku?”

“Suka.” Azalea menjawab tegas, ekspresinya menjadi lebih santai saat melihat Nakusha mengabaikan tangan terulur gadis-gadis itu.

“Ajegile. Yakin? Lo, mah, liat cowok ganteng dikit langsung terpesona. Ujung-ujungnya lupa.” Yelin merangkul pundak Azalea. “Kenapa rambut lo modelan gini? Pakaian lo juga. Jahat ih, gak ngajak-ngajak.”

“Celana SMP ini milik Kak Alga. Kak Alga tuh aneh, suka koleksi seragam. Bahkan seragam SD masih ada di lemarinya.” Senyum bangga seketika tersungging di bibir Azalea. Awalnya apartemen yang mereka tempati adalah apartemen kosong, di mana Salga suka menyimpan barang-barangnya—seperti gudang. Namun karena jarak yang dekat dengan sekolah, Salga memutuskan tinggal di sana. Azalea membalikkan tubuh agar berhadapan dengan Yelin. “Btw, kece, gak? Saking kecenya gue, gue sampe ditarik duduk ke barisan cowok!”

Mengingat itu, bibir Azalea mencuat. Dia masih kesal orang lain menyalahartikan kecantikannya.

Yelin menggeplak pundak sahabatnya gemas. “Ya, lagian lo emang kayak cowok anjir. Lo aja tinggi macem tiang, cara jalan lo kek preman pasar, terus pake celana lagi. Siapa yang gak mikir lo cowok coba?”

“Heh, tinggi gue itu cuma 165 cm, ya. Masih normal, lah. Lagian mau dandan kek gimana pun semua orang gak bisa ngelak kalau gue itu cantik! Kecantikannya cewek!”

“Normal mata lo kotak! Terus gue yang 155 cm lo kata apa?!”

“Ya makanya tumbuh itu ke atas, bukan ke samping!”

“Sialan!” Yelin memelototinnya ganas. Saat dia hendak mengatakan sesuatu dengan ekspresi agresif, entah apa yang dia pikirkan dalam satu detik itu, raut wajahnya segera berubah menjadi penuh penasaran sekaligus jahil. “Lo suka Kak Naku, kan?”

Azalea mengangguk dengan ekspresi curiga. Sebelum dapat bertanya balik, bibir Yelin membentuk seringaian lalu dia mendorong Azalea dengan bibir berucap tanpa suara, “Good luck!”

Mata Azalea melebar saat tubuhnya mundur beberapa langkah hingga terhuyung jatuh. Ketika dia siap merasakan kerasnya ubin, dia malah menabrak tubuh keras dan tegap, dengan aroma musk yang segera menyebar di sekelilingnya. Sebuah tangan besar berurat segera melingkar di pinggangnya dengan kuat untuk mencegahnya terjatuh, kemudian suara lembut mengalir di sisi telinganya.

“Hati-hati.”

Azalea & Alter Ego Boy ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang