53

46.2K 10.5K 6.3K
                                    

“Jehan.”

Lamunan Nakusha seketika buyar mendengar suara berat itu mengintrupsi. Dia menoleh, iris mata hitamnya bertabrakan dengan iris biru milik Calisto.

Pria itu terkekeh melihat tatapan kosongnya. “Kau benar-benar terlena tinggal di sini, kan? Lalu, dendammu juga terhapus?”

Pupil mata Nakusha sedikit menyusut mendengar itu. Dia meremas jemarinya pelan, lalu sudut bibirnya sedikit terangkat. “Tentu saja tidak.”

“Yah, aku tidak memaksamu melakukannya. Itu pilihanmu,” kata Calisto sembari menyalakan rokok. Asap rokok melayang di sekitarnya, memberi kesan kabur. Meski begitu, Nakusha bisa merasakan tatapan pria itu tertuju padanya. “Mamamu menanggung rasa sakit karena dia. Jika kau ingin berdamai dengan masa lalu, aku bisa menggantikanmu.”

Cengkraman tangan Nakusha satu sama lain semakin mengerat. “Tidak!”

Senyum antusias terlukis di bibir Calisto. “Bagus. Emily benar-benar memilih pria yang salah. Kau selalu tahu seberapa besar rasa cintaku kepada Emily, tetapi tetap saja tidak bisa menggantikan sosok pria itu.”

Nakusha mendengar dalam diam. Bertahun-tahun bersama Calisto membuatnya lebih mengenalnya. Emily dan Calisto dulu adalah sepasang kekasih, tidak pernah ada masalah dalam hubungan mereka selama dua tahun bersama.

Meski Emily lahir di keluarga pas-pasan, Calisto tetap bersamanya dan memberikannya apa pun yang dia mau. Namun itu tidak bertahan lama sampai mereka memutuskan berlibur ke Indonesia, Bali.

Emily secara tak sengaja bertemu Giandra, yang saat itu sedang mencoba peruntungan bisnis dalam bidang pariwisata, lalu jatuh cinta. Dia bahkan rela meninggalkan Calisto untuk Giandra. Seberapa tegas pun Calisto menolak, Emily tetap berhubungan dengan Giandra sampai mereka memiliki Nakusha.

Yah... semua itulah yang diceritakan Calisto. Emily sendiri bukan tipe orang tua yang suka menceritakan masa lalunya, ditambah kondisinya, tentu saja tidak ada pemikiran untuk itu.

“Jehan, kau sudah menemukan gadis yang kau cari?” Tiba-tiba Calisto mengalihkan pembicaraan setelah melihat tatapan tajam Nakusha yang tengah memikirkan sesuatu.

“Tidak, aku tidak akan mencarinya lagi.”

Satu alis Calisto terangkat. “Benarkah?”

Nakusha kali ini tidak menyahut. Melirik jam hitam di pergelangan tangan kirinya, dia bangkit. “Aku akan kembali ke sekolah.” Tanpa melirik Calisto, Nakusha mengambil helmnya dan keluar dari apartemen tersebut.

***

“Ih, makan punya elo sendiri!” Yelin menampar tangan Azalea yang lagi-lagi mencomot makanannya.

Azalea menyengir. “Entah kenapa ya Lin, makan punya orang itu lebih enak.”

“Selera lo doang seaneh itu,” cerca Yelin sembari memutar bola matanya malas.

Azalea menjulurkan lidah mengejek. Sambil menguyah, dia melirik sekitarnya aneh. “Lo ngerasa orang pada lirik ke sini, gak?”

Karena kata-katanya, Yelin ikut mengedarkan pandangannya lalu mengedikkan pundak. “Bodo amat. Nasib cecan gini, mau gimana lagi.”

Azalea mengacungkan jempolnya, memberi apresiasi. “Mantep.”

Mereka berdua makan siang dengan khidmat sebelum pergi dari sana. Sepanjang jalan kembali ke kelas, Azalea terus mengolok-olok Yelin mengenai pacar baru sahabatnya. Meski begitu, Azalea benar-benar merasa tidak nyaman diperhatikan banyak orang, jadi dia segera menarik Yelin untuk berjalan lebih cepat.

“Aneh, sekarang gue yakin kalau orang-orang pada liatin gue,” ujar Azalea kesal.

“Apa jangan-jangan karena postingan lambe turah itu, Le?”

Mata Azalea melebar. “Gak mungkin. Kan gak keliatan banget.”

“Bisa jadi ada yang sempet liat lo sama Kak Naku? Terus dari mulut ke mulut deh gosipnya. Makanya pada tau.” Lalu Yelin terkikik. “Awas disergap fansnya Kak Naku, Le.”

“Dih.” Azalea bergidik ngeri.

Memasuki kelas, semua pandangan langsung terarah pada Azalea dan Yelin. Tubuh Azalea mematung. Sepertinya masalah ini lebih serius.

“Lo pada gak pernah liat cecan, ye?” Yelin mendengkus sembari bersedekap. “Gak usah liat-liat. Kita bukan artis.”

“Yelin.” Salah satu gadis memanggil Yelin untuk mendekat. Dia memberikan ponselnya kepada Yelin, membuat gadis itu mengernyitkan kening lalu menerimanya.

Mungkin sesuatu yang ditampilkan di layar ponsel tersebut sangat luar biasa sampai membuat wajah Yelin berubah shock.

“Le—”

“Azel, tolong ikut Ibu ke ruang guru.” Bu Istan tiba-tiba muncul di ambang pintu, menatap Azalea lurus dengan ekspresi serius.

Azalea menatap Yelin lalu Bu Istan sebelum mengangguk dan mengikuti wanita tersebut. Yelin yang membeku di tempatnya hanya bisa menggigit bibirnya gelisah sebelum mengeluarkan ponselnya dan buru-buru menghubungi Salga.

Dalam perjalanan ke ruang guru, Azalea meremas telapak tangannya satu sama lain. Bahkan saat ini pun, tatapan orang di koridor selalu meliriknya dengan beragam ekspresi.

Memasuki ruang guru, beberapa guru meliriknya namun mengalihkan perhatian ke pekerjaan masing-masing. Azalea menelan salivanya dan berhenti di depan meja Bu Istan.

“Azel, kamu tau kamu sedang berada dalam rumor?” tanya Bu Istan to the point.

Azalea terperenyak sejenak sebelum mengangguk kaku. “Anu Bu... sebenernya saya sama Kak Naku gak ada hu—”

Bu Istan meletakkan ponselnya di atas meja, tepat di hadapan Azalea. Melihatnya, ragu-ragu gadis itu mengambil ponsel tersebut dan menatap layar.

Matanya langsung tersuguhi postingan forum sekolah dari akun anonim. Jantung Azalea berdetak kencang melihat caption tersebut sebelum menggeser ke bawah. Seketika pikiran gadis itu menjadi kosong melihat formulir perpindahan sekolahnya tertera di sana.

Nama : Azalea Alyosha Rahardian
NISN   : xxxxxxxxxx
Tempat/tanggal lahir : Jakarta, 11 Februari 20XX
Jenis kelamin : Perempuan

TBC

November 14, 2021.

6K komen.

Azalea & Alter Ego Boy ✓Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu