61

48.2K 10.6K 6.5K
                                    

“K-kak Ehan, aku membunuhnya...” Suara gadis kecil itu bergetar. Dia melepaskan pistol di tangannya dan jatuh berlutut di atas lantai yang kotor.

Meski Nakusha kecil merasa tubuhnya seakan ingin hancur ketika bergerak, dia masih berupaya berjalan ke arahnya dan memeluknya. Namun seketika tubuh gadis itu membeku lalu memberontak agar menjauh darinya.

Nakusha menggertakkan gigi, meraih pistol di bawah kakinya, mempelajari bagaimana menarik pelatuk yang sedikit susah digerakkan sebelum menembak ke arah tubuh pria yang tergeletak tak jauh meski dia tahu bahwa tembakannya meleset.

“Aku yang membunuhnya, bukan kamu.” Pengakuan Nakusha membuat isakan Azalea kecil tersendat.

“T-tidak,” sahut Azalea dengan mata berlinang air. “Aku yang membunuhnya. Hiks, dia mati....”

“Dengar.” Nakusha memegang pundak Azalea agar menghadapnya. Dia menatap gadis itu tegas, membuat Azalea terperenyak dan lupa untuk terus menangis. “Tadi dia masih hidup, tapi aku menembaknya lagi. Jadi dia mati ditanganku. Kamu dengar itu?”

Di bawah tatapan lekatnya, dengan tatapan kosong Azalea mengangguk. Nakusha menghela napas. Senyum lemah terulas di bibirnya. “Bagus.”

Setelah dia membisikkan kata itu, tubuhnya langsung terhuyung jatuh.

Saat itu Nakusha kira akan kembali melihat gudang yang kotor dan sumpek ketika bangun. Namun sewaktu dia membuka mata, dia malah mendapati dirinya terbaring di sebuah bangsal dengan infus yang tersambung di tangan kirinya.

Dia sangat bingung sekaligus panik. Ketika dia frustrasi mencari keberadaan gadis kecil itu ditiap bangsal, seseorang memberitahunya bahwa gadis kecil itu telah dibawa pergi oleh keluarganya. Diri Nakusha seakan disiram air dingin begitu mendengarnya.

Tetapi sekarang, melihat betapa cantiknya gadis kecil itu tumbuh hingga sekarang, matanya mau tak mau melembut. Dia mengecup kening gadis itu berulang kali lalu berbisik dengan nada senang.

“Syukurnya lo baik-baik aja.”

Azalea berusaha menjauhkan diri agar dapat menatap wajah Nakusha. Dia tidak mengerti kata-katanya. “Hah?”

“Azalea.”

“Apa?”

“Gak.” Laki-laki itu lalu berdiri dan langsung melangkah ke ambang pintu untuk mengambil kardusnya. “Udah malem. Ayo balik.”

Azalea mencibir karena merasa laki-laki itu sangat plin-plan saat ingin berbicara. Dia akhirnya bangkit, merenggangkan badannya yang terasa kaku. “Yah, tidur siang. Malem ini gak bisa tidur deh.”

“Mau sleep call sama gue?” tanya Nakusha begitu Azalea berdiri di sampingnya.

Sambil berjalan di koridor yang sepi, Azalea menatap Nakusha dengan mata berbinar. “Beneran?”

“Hm.” Nakusha mengangguk.

Azalea langsung mengacungkan jari kelingkingnya ke hadapan Nakusha. “Janji, ya?”

Nakusha tersenyum sembari melirik tangannya yang sibuk memegang kardus. “Tangan gue penuh.”

Azalea mendelik lalu mengulurkan tangannya untuk mengaitkan jari kelingking mereka secara langsung. Setelah itu, dia tersenyum bangga. “Gampang, kan?”

Ingin rasanya Nakusha menowel pipi gadis itu yang mengembung karena tersenyum lebar. Namun teringat kardus yang dibawanya, dia hanya bisa mengesampingkan keinginannya tersebut dan menggantinya dengan kekehan pelan.

Azalea yang melihat senyumnya terperenyak sejenak sebelum berceletuk, “Ehan, gue pernah bilang senyum lo itu ganteng banget, gak?”

“Hm?” Alis Nakusha sedikit terangkat mendengarnya.

Merasa dia tidak percaya, Azalea memegang lengannya dan mendorongnya pelan. “Beneran tahu! Gue juga udah pernah bilang lo lebih baik gak pake kacamata, kan?”

Nakusha hanya tersenyum samar. Beberapa detik kemudian dia mengajukan pertanyaan. “Jadi lo suka?”

“Iya!” seru Azalea tanpa berpikir.

“Kapan rencananya jadi pacar gue?”

“Rencananya sih ya....” Mata Azalea jadi melotot setelah sadar akan pertanyaannya. Dia mencebikkan bibir lalu menggerutu, “Heran gue kenapa masih ada cowok yang gak ada romantisnya sama sekali.”

Nakusha terkekeh. Ketika mereka keluar dari gedung pengajaran, di luar benar-benar sudah gelap. Bahkan tidak ada orang-orang yang lewat. Setelah berdebat sebentar, Nakusha akhirnya menang. Dia mengantar gadis itu menuju asrama putri.

Mendongak menatap langit yang dihiasi bulan, dia menoleh ke arah Azalea dengan tatapan lembut. “The moon is beautiful. Isn't it?

Azalea langsung tercengang. “Moon beauty apa?”

Melihat tatapan kosong Azalea, Nakusha jadi menghela napas dan mau tak mau senyuman tak berdaya terulas di bibirnya. Nampaknya gadis kecil yang dulu hingga remaja ini masih sama saja. Sama-sama tidak mampu dalam bahasa Inggris.

“Gue bilang lo cantik. Kan?”

Azalea yang biasanya percaya diri akan pesonanya langsung menangkup wajahnya yang memerah dengan kedua tangannya. Dibilang cantik oleh crush itu benar-benar berbeda rasanya.

“Udah sampe. Bye!” Tanpa berbalik, Azalea melangkah terburu-buru memasuki gedung asrama putri.

Nakusha menatapnya hingga benar-benar masuk sebelum berbalik arah sebab tempat asrama putra berlawanan arah dari asrama putri.

Sepanjang jalan menuju tujuan, tiba-tiba ponsel di celananya bergetar. Nakusha berhenti di jalan dan mengangkat panggilan mendadak tersebut.

Mendengar apa yang dikatakan pihak seberang, senyum dingin tercetak di bibirnya. “Lanjutkan rencananya sampai mereka benar-benar kehilangannya.”

TBC

November 28, 2021.

November 28, 2021

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

6K.

Azalea & Alter Ego Boy ✓Where stories live. Discover now