21

55.4K 12.5K 5.6K
                                    

“Le, jangan nangis dong.” Yelin di sebelah gadis itu membujuk dengan bosan.

Azalea memicingkan mata dengan wajah garang. “Gue gak nangis!”

“Iya belum nangis. Bentar lagi paling.” Yelin mengedikkan pundaknya tak acuh. Sahabatnya ini sejak kemarin menjadi galau, dia merasa aneh untuk sementara waktu. Untungnya otaknya tidak selamban itu untuk menyadari akar dari kegalauan Azalea.

Azalea cemberut. Dia merebahkan kepalanya, menatap langit di luar jendela dengan tatapan menerawang. “Lin, gue mau ganti target.”

Yelin tercengang sejenak. “Demi apa? Payah lo cuma segini perjuangannya.”

“Lo kemaren terus bilang ganti target, sekarang waktu gue iyain malah dikatain. Mau lo apa biawak?” kata Azalea setengah kesal setengah greget.

Sahabatnya itu malah cekikikan tak jelas. “Tapi emang Kak Naku susah. Saking gak bisa digapai sampe ada rumor Kak Naku itu maho!”

Kening Azalea mengerut dan segera membantah. “Gak mungkin. Gue kan cowok di sini, kalau dia beneran maho seharusnya jatuh cinta sama gue dong?”

“Eh iya, ya. Bener juga.” Yelin mengusap dagunya sambil berpikir. “Atau jangan kali, Kak Naku udah suka seseorang! Makanya dia gak lirik orang lain.”

Kali ini Azalea terdiam. Dia memikirkan hal ini dengan cermat, seingin apapun dia untuk tidak menerimanya, kemungkinan ini memang sangat mungkin terjadi.

Yelin menghela napas, menepuk pundak Azalea penuh kesabaran. “Baru sebulan ketemu Kak Naku, masa lo udah galau? Kek bukan Lea yang gue kenal! Ayo, gue dukung lo jadi buaya betina!”

Mata Azalea berbinar dan segera memeluk Yelin. “Terima kasih kawanku sudah mengetahui hobi orang cantik ini.”

“Ehem,”

Kedua gadis itu menjadi kaku mendengar dehaman disengaja tersebut. Ketika mereka menoleh, guru yang tadinya mengajar sudah menatap mereka tajam. Ternyata bukan hanya guru, melainkan seisi kelas juga ikut menatap mereka dengan berbagai ekspresi.

“Yelin, Azel, Ibu rasa ini bukan tanggal valentine, kan? Tidak perlu memperlihatkan kasih sayang sebesar itu, apa lagi saat jam belajar.”

Yelin dan Azalea sontak menegakkan tubuh mereka sambil menunduk malu. Saking asyiknya berbincang, mereka lupa masih berada di dalam kelas!

Bel pertanda istirahat berbunyi. Guru tersebut menatap mereka sementara sebelum mengeluarkan titah. “Kalian berdua ikut Ibu ke ruang guru.”

Keduanya saling melirik sebelum meringis. Mengikuti guru dengan patuh, mereka tidak berbicara sampai tiba di ruang guru.

“Yelin, Azel, sudah berapa banyak masalah yang kalian lakukan?” tanya wanita baya itu menginterogasi.

“Mm, gak tau Bu.” Yelin menjawab ragu-ragu.

“Ibu dengar kalian berdua sahabat sejak kecil? Jika benar kata teman-temanmu, berperilaku yang baik. Akan lebih baik jika kalian saling mendukung dalam belajar, bukan kenakalan.” Dengan nasihat panjang lebar, Yelin dan Azalea mendengar tanpa membantah.

Pada akhirnya guru tersebut merasa lelah berbicara dan menutup sesi ceramah. “Baik Yelin, jika kamu sudah mengerti bisa pergi.”

Azalea mengerjap karena hanya nama Yelin yang disebutkan. “Terus saya, Bu?”

“Kamu tinggal. Masih ada yang ingin saya beritahukan.”

Yelin menatap Azalea ragu-ragu sebelum berbalik pergi. Kini hanya tersisa Azalea yang menghadapi wali kelas mereka ini. Wali kelasnya sedang menunduk membaca selembar kertas dengan kening berkerut sebelum mendongak menatapnya.

Azalea & Alter Ego Boy ✓Where stories live. Discover now