43

51.8K 12K 9.1K
                                    

Azalea bangun dari kasur sembari menguap. Bukannya merasa baikan, dia merasa semakin lemas. Mungkin Yelin ada benarnya, dia harus minum obat. Tapi Azalea tidak menyukainya! Obat itu pahit, dan Azalea benci rasa pahit seperti pahitnya janji Nakusha semalam.

Ketika merenggangkan tubuhnya, gorden terbuka lalu sesosok manusia yang tidak dia sangka muncul. Di tangannya terdapat sekotak bubur dengan tangan yang lain memegang segelas air serta obat.

Azalea tercengang sejenak sebelum mengabaikannya. Tangannya terangkat santai menyisir rambut pendeknya yang berantakan setelah tidur lalu menurunkan kakinya untuk turun dari kasur. Sebelum kakinya sempat menyentuh sepatunya, dia ditahan.

“Makan dulu.” Nakusha memegang pundaknya agar tidak menunduk. Dia menarik kursi lalu duduk di hadapan gadis itu.

Azalea menatapnya datar lalu menepis tangan Nakusha sembari menunduk untuk mengenakan sepatunya.

Nakusha kembali meletakkan kotak bubur di nakas, setelah itu memegang tangan gadis itu, menariknya agar duduk tegak.

“Apaan, sih?!” seru Azalea, merasa kesal.

“Lo marah semalem gue terlambat?” tanya Nakusha sambil menatapnya lurus.

Sekelebat ingatan dua sosok di bawah lampu membuat gadis itu semakin cemberut. “Lo ngomong soal semalem terus. Emang ada apa? Perasaan semaleman gue di kamar.”

Nakusha masih menatapnya lekat sebelum menundukkan kepala dan mengangkat kaki gadis itu, meletakkannya di pahanya.

“Lo—” Azalea linglung melihat Nakusha memakaikan sepatu untuknya. “Itu... kaos kaki gue belum dicuci berminggu-minggu.”

Jadi, ayo ilfeel!

“Gak papa,” jawab Nakusha tenang sembari mengikat tali sepatunya.

Wajah Azalea muram. Dia menarik kakinya agar turun dari paha Nakusha, namun laki-laki itu menahannya sedemikian rupa sehingga mau tak mau Azalea harus mengalah. Lagi pula, saat ini kekuatannya sangat lemah untuk bersaing dengannya.

Menunggunya selesai memakaikan sepatu untuknya, Azalea diam-diam melirik wajahnya, lalu membuang muka. Ck, apa gunanya tampan jika suka ingkar janji.

“Semalem gue ke perpustakaan tapi lo udah gak ada di sana.” Nakusha mulai membuka pembicaraan.

Tanpa sadar Azalea memutar bola matanya. Iya, karena lo keasyikan sama cewek lain. Batinnya geram.

“Oh,” sahut Azalea singkat tanpa membalas tatapannya.

“Kalau gue bikin salah, maafin ya?”

“Oh.”

“Azalea.”

“Gue gak peduli. Jangan ganggu gue lagi.” Azalea dengan paksa menarik kakinya lalu turun dari kasur. Dia terhuyung hampir jatuh jika saja Nakusha tidak dengan sigap memeluknya.

Kening Nakusha mengerut samar merasa suhu badannya. “Lo masih sakit.”

“Ck.” Gadis itu berdecak pelan kemudian mendorong Nakusha menjauh.

Ketika Azalea menyibak gorden dan berjalan menuju pintu dengan sedikit tenaga, pintu terbuka dari luar.

“Lo beneran sakit?” Pertanyaan tidak percaya tersebut langsung terlontar dari mulut Salga. Melirik kondisi adiknya, dia mengangguk-angguk. “Ternyata beneran.”

“Kak Alga jahat!” seru Azalea lalu merentangan tangannya. “Mau gendong.”

“Gak. Lo berat kek gajah,” kata Salga sambil mengedikkan pundak menyebalkan.

Azalea & Alter Ego Boy ✓Where stories live. Discover now