34

57.3K 12.8K 5.7K
                                    

“Diem di sini, jangan ke mana-mana.” Salga mengambil kursi plastik, meletakkannya di pinggir lapangan basket dan menitahkan Azalea untuk tetap berada di sana.

Azalea menoleh kiri dan kanan. Rata-rata orang yang berada di pinggir lapangan basket outdoor ini memilih duduk di bawah atau tidak berdiri. Lalu bagaimana dia bisa dengan enaknya duduk di kursi?

“Kak Alga, gue duduk di bawah aja,” bisik Azalea tak enak.

Salga menekan bahunya agar kembali duduk. Alisnya terangkat dengan wajah songong. “Jadi kenapa? Lo mending duduk di sini, jangan menghilang dari pandangan gue.”

“Kak, lo inces?” tanya Azalea dan wajahnya tidak bisa menahan rasa jijik.

Salga sontak menyentil keningnya kuat meninggalkan bekas merah di dahinya. “Jangan sotoy. Mana mungkin cowok nyaris sempurna macam gue suka cewek gak ada apa-apanya kayak lo? Seleranya Nakusha kali gitu, gue nggak.”

Mata Azalea melotot. Dia mengangkat kakinya menendang-nendang Salga. “Gue itu pacarable, ya! Sembarangan lo ngomongnya! Gue aduin Papa tau rasa lo!”

Salga tersenyum sinis. “Mama dipihak gue. Emang Papa bisa apa di depan Mama?”

Azalea sontak berdecak. Dia lupa otoritas terbesar di rumah ada pada Mamanya!

Laki-laki itu tersenyum puas. Dia berjongkok di depan Azalea, merentangkan satu tangannya ke punggung kursi Azalea. “Denger, lo udah gede emang. Tapi kalau mau cari cowok, seenggaknya yang bisa saingi gue.”

“Nakusha bisa tuh.” Azalea sontak membekap mulutnya yang keceplosan.

Wajah Salga berubah suram. “Kita liat nanti,” katanya lalu berdiri dan melangkah menuju lapangan.

Tatapan Azalea terkunci pada punggung Salga sesaat, melihatnya pemanasan sebentar dengan jersey basket hitam menyimbolkan warna tim mereka dengan headband hitam di kepalanya. Ketika Azalea mengalihkan pandangan, matanya kembali terpaku pada Nakusha yang berdiri jauh darinya, juga menatapnya dengan raut wajah tidak bisa diartikan.

Karena tergabung dalam tim basket, laki-laki itu juga menggunakan jersey hitam tanpa kacamata. Kata Azalea, poin ketampanannya akan meningkat drastis jika dia melepaskan kacamatanya.

Bibir Azalea terbuka, hendak mengatakan sesuatu, namun Nakusha membuang muka dan berjalan menuju salah satu tim untuk berdiskusi.

Azalea cemberut. Dia tidak bisa mengerti pola pikir Nakusha. Ketika berada di tempat publik, dia akan bersikap dingin dan acuh tak acuh, namun saat hanya berduaan dengannya, dia malah melakukan sesuatu yang membuat Azalea ingin menerkamnya duluan.

Seperti kemarin. Laki-laki itu mengecup tengkuknya lalu menjauh kemudian sambil mengambil kacamatanya dari saku Azalea. Dia melakukannya seolah-olah kejadian tersebut tidak pernah terjadi, membuat gadis itu merasa apakah benar Nakusha munafik seperti yang dikatakan Salga?

“Ngiunggg ngiunggg....” Suara yang sengaja dimiripkan dengan bunyi sirene ambulans terdengar keras, membuat penonton yang berkumpul di pinggir lapangan basket menoleh penasaran. “BAPAK, IBU, TOLONG BERIKAN JALAN! NGIUNGG NGIUNGG....”

Azalea mengenal suara itu. Ketika dia menoleh, dia mendapati Genta dan Abe berjalan mendekat dengan perut Genta yang buncit, entah berisi apa.

“LE, KASIH TEMPAT LE!” Abe memekikan namanya dengan panik. Dia berjalan memapah Genta yang seolah menahan sakit sambil memegang pinggangnya. “INI KAKEK BUYUT SAYA MAU MELAHIRKAN!”

Azalea terbahak dan segera menyingkir dari kursinya untuk memberikan tempat bagi Genta. Genta langsung duduk di sana dengan napas terengah-engah.

“SAKIT! INI KENAPA ANAKNYA GAK MAU KELUAR-KELUAR?!” pekik laki-laki itu dramatis sambil mengelus perut bundarnya.

Azalea memasang mimik wajah serius. Tangannya maju menowel perut empuk Genta. “Udah berapa bulan, Pak?”

“Udah sebelas bulan, Dok. Anaknya gak mau keluar, katanya anget di dalem. Huh, hah, huh, hah....” Genta dengan rakus menarik napas dan mengembuskannya dari mulut.

Ada tawa yang meledak di sekitar mereka.

“Aduh, sabar ya Kek, ini anak buyutmu selalu di samping!” Abe dengan penuh perhatian memberi dorongan sambil mencengkram pundak Genta.

Namun Genta membalasnya dengan tamparan di pipinya, menimbulkan suara nyaring. “Kakek buyut ndasmu! Aku istrimu, Mas!”

Abe mengangkat kepalan tangan hendak membalas pukulannya jika saja Azalea tidak segera menahannya. “Sabar Pak, dia pria hamil. Jangan KDRT dulu.”

Prok prok prok

“Pertunjukan yang bagus.” Wali kelas XII-IPA 1 mendekat dengan wajah berseri-seri. “Kalian bertiga ibu masukkan ke pemain drama, ya?”

“Loh? Saya tidak ma—” Azalea hendak menolak, namun melihat Yelin di belakang guru sambil menjulurkan lidah mengejek, dia menggertakkan gigi dengan mata melotot. Pasti ini ulah Yelin!

“Sabi, nih. Be, Le, yok ikutan. Nanti pak bos yang kasih kita gaji,” kata Genta memutuskan.

“Bagus. Ibu data kalian bertiga sekarang.” Guru tersebut pergi dengan puas. Diikuti Yelin yang tidak mau dimakan Azalea jika tetap di sini.

Kini karena drama mereka, hampir semua mata menatap mereka dengan lucu. Azalea berusaha menutup wajahnya. Ketika bereaksi tadi, dia lupa masih ada banyak orang di sekitar.

Dengan kesal Azalea memukul perut Genta. “Gara-gara kalian, nih!”

“Aw! Salah anak gue apa, Le?” tanya Genta tidak terima dengan raut sewot.

“Anak, anak, makan tuh cacing pita!” seru Azalea jutek lalu menatap ke depan dengan muka datar.

Di tengah lapangan, Salga dan salah satu perwakilan dari tim lawan berdiri berhadapan. Ketika wasit melempar bola, keduanya melompat dan mengulurkan tangan untuk mendapatkannya. Tetapi lompatan dari tim lawan kurang tinggi sehingga Salga yang menerimanya lebih dahulu. Ketika menyentuh bola tersebut, dia langsung mengoperkannya ke arah timnya berada. Dan pertandingan pun resmi di mulai.

Bola didominasi oleh tim Black Thunder. Ketika mendekati ring, laki-laki yang memegang bola mengopernya ke arah Nakusha, namun tidak ada yang menyangka Salga akan mendahuluinya dan melempar bola masuk ke ring dari tempatnya, mencetak three point.

Salga memperbaiki posisi deker pergelangan tangan hitamnya sambil berjalan dengan arogan melewati Nakusha. “Udah gue duga, gak ada apa-apanya dibanding gue.”

TBC

October 18, 2021.

Deadline tugas-tugas tengah malem ini, masih sempet-sempetnya meluangkan waktu nulis. Enak, kan diprioritaskan?

5K komen.

Azalea & Alter Ego Boy ✓Where stories live. Discover now