51

50.2K 11.4K 6.6K
                                    

Vanilia keluar dari mobil dan berjalan memasuki rumahnya. Bahkan pelayan yang menyapanya tidak dia hiraukan. Melangkah menuju ruang makan, dia menatap sosok laki-laki yang duduk sembari memainkan ponsel di salah satu kursi meja makan.

Tanpa mengalihkan tatapan dari ponselnya, laki-laki itu berceletuk, “Tumben pulang lo?”

“Kenapa? Gak suka?” cetus Vanilia sinis. Dia meletakkan tasnya di sampingnya lalu bersedekap dada. Pameran di sekolah belum selesai, namun dia memutuskan pulang ke rumah. Perasaannya sedikit gelisah.

“Kan lo demen di sekolah biar bisa liat si Salga.” Laki-laki itu adalah adik dari Vanilia, bernama Vano. Dibanding sang kakak yang sudah berada dijenjang pendidikan SMA, dia masih berada di SMP. “Perasaan lo ditolak lagi? Malu anjir. Nyadar diri dong.”

“Siapa bilang gue masih ngejar Salga?!” Vanilia memelototinya ganas. Memang benar, dia rela memasuki SMA Lesmana hanya karena mengikuti Salga. Dia menyukai laki-laki itu sejak SMP, namun hingga SMA pun dia tidak bisa mendekat. Salga selalu kasar dan menolak orang yang mendekatinya.

Ketika bertemu Nakusha, meski susah digapai, setidaknya dia lebih lembut. Lagi pula kepintaran dan penampilan Nakusha tidak kalah dari Salga. Meski yang dia dengar, Nakusha memiliki keluarga yang miskin.

Pandangannya yang selalu terarah pada Salga langsung berpindah haluan menjadi Nakusha. Dia pikir, dengan modal kegigihan serta kecantikannya, lama kelamaan Nakusha akan luluh juga. Tetapi sayangnya, sudah setahun dia mengejarnya namun tetap diperlakukan asing seperti awal bertemu. Bahkan namanya saja tidak diingat laki-laki itu.

Mampu mendapatkan laki-laki dengan mudah memang baik, namun tidak menarik. Tidak masalah mereka tidak cepat tergoda. Vanilia suka Salga, tetapi takut mendekat. Untuk Nakusha, dia memiliki harapan yang lebih tinggi.

Tetapi sikap Nakusha kepada Azalea nampak berbeda, bahkan sejak awal. Dia mulai merasa aneh tatkala melihat foto viral di forum sekolah sewaktu Nakusha dan Azalea berciuman saat razia.

Rasa anehnya semakin menumpuk melihat Nakusha masih bergaul dengan Azalea, bahkan memperlakukannya dengan hangat setelah insiden menggelikan tersebut.

Tidak sampai di sana, dia semakin tersinggung mendengar bahwa ada sekelompok gadis yang diam-diam memasangkan Nakusha dan Azalea! Bukankah itu menyesatkan? Tentu saja Vanilia menentang, bahkan melabrak gadis-gadis tersebut agar tidak menyebarkan rumor aneh tentang Nakusha.

Dia berusaha membuat Azalea menjauh dari Nakusha dengan iming-iming uang, tetapi Azalea bersikukuh tetap bersama Nakusha membuatnya melihat sosok Azalea semakin buruk.

Vanilia teringat saat-saat Nakusha mau berbicara dengannya. Laki-laki itu memang sangat tampan, tinggi, dan harum. Bahkan tatkala mereka berdiri berhadapan saja dia bisa mencium aroma maskulinnya. Rasa ingin memiliki Nakusha semakin besar.

Dia berharap saat itu Nakusha mau melihat dirinya. Dia sendiri tidak yakin kenapa laki-laki itu tiba-tiba mau berbicara dengannya. Yang pasti, ada sesuatu dengan gelangnya. Sayangnya harapan Vanilia musnah saat keesokan harinya. Nakusha tetap memperlakukannya transparan, seolah tidak terjadi apa-apa sewaktu malam sebelumnya.

Vanilia mengangkat tangannya, menatap gelang polos berwarna hitam dengan gantungan tembaga kecil berbentuk kucing. Apa istimewanya gelang ini sampai-sampai Nakusha terus memerhatikannya?

“No, lo inget Bibi dapet gelang ini dari mana?” tanya Vanilia tiba-tiba sambil menunjukkan gelang di tangannya.

Vano meletakkan ponselnya, melirik gelang tersebut sembari mengingat. “Kalau gak salah di gudang, sih. Gue inget waktu kecil lo nangis minta beli gelang murahan di pinggir jalan.”

“Beli di mana?”

Vano menatapnya aneh. “Lo pikun? Waktu kita liburan di Amerika. Ngeselin banget lo waktu itu.”

Vanilia mengerutkan kening, lalu berdecak. “Oh, bener! Udah lama juga.” Dia memutar-mutar gelang tersebut dengan pandangan menerawang.

Bunyi notifikasi terdengar. Vanilia yang tenggelam dalam pikirannya meraih ponsel di atas meja dengan malas, melirik notifikasi grup chat circle-nya lalu menekannya. Mereka heboh mengenai sesuatu yang belum dia ketahui. Melihat link, dia memasukinya dengan santai.

Postingan tersebut berasal dari lambe turah sekolah. Membaca captionnya, dia tidak memiliki ketertarikan lebih sampai dia menscroll ke bawah. Foto kabur dua orang berhoodie yang sangat intim membuat rahangnya mengeras dan genggamannya pada ponsel mengerat.

Meski gambarnya samar, dia langsung bisa mengenali sosok itu...

***

“Sejak kapan lo tau tentang Azalea?”

“Cukup lama.”

Dua laki-laki bertubuh tinggi dengan paras tampan itu saling berhadapan. Salah satunya menggunakan kemeja tak tersisip dengan kancing terbuka berantakan, sedangkan yang lain menggunakan seragam sekolah rapi dengan dasi di sekitar lehernya.

Salga mengerutkan kening samar, menatap wajah tanpa ekspresi sosok di hadapannya. Dia mengangkat ponselnya, memperlihatkan hasil screenshot dari forum Sabtu lalu. “Ini lo sama Azalea, kan?”

Nakusha meliriknya santai. Ternyata efisiensi masyarakat Lesmana cukup memukau. Mereka segera menyimpan bukti sebelum postingan tersebut hilang. Bahkan sesungguhnya foto tersebut sudah tersimpan aman di komputer dan ponselnya. Sangat lucu jika dilihat berulang kali.

“Jadi?”

“Lo deketin adek gue pasti ada maunya!”

Nakusha menatapnya lurus beberapa detik sebelum sudut bibirnya sedikit terangkat. Dia mengambil langkah maju, mempertipis jarak diantara mereka. “Salga Rahardian, punya keluarga sempurna di mata publik, tapi sebenarnya... siapa yang tau?”

Salga memiliki firasat buruk apa pun menyangkut Nakusha. “Maksud lo?”

“Apa kabar Nenek lo?” Melihat Salga tertegun, Nakusha kembali berbicara, “Sewaktu lo umur 5 tahun—”

BUGH

“Brengsek! Siapa lo?!” Salga menarik kerah Nakusha, matanya sudah memerah dengan rahang mengeras. “Berapa banyak yang lo tau, hah?!”

Meski lehernya terasa tercekik, Nakusha masih menatapnya tenang. Karena pukulan keras Salga, sudut bibirnya tersobek dengan sedikit darah yang mulai timbul. “Gue cuma heran, dari semua hal di keluarga lo, kenapa cuma Azalea yang gak ada data sewaktu kecil?”

Kerah Nakusha semakin erat dicengkram Salga. “Lo siapa?!”

Nakusha memegang pergelangan tangan Salga, menggunakan tenaganya untuk melepaskan cengkraman Salga dari kerahnya. “Lo gak perlu khawatir, sakitin Azalea gak akan pernah masuk dalam agenda gue.”

Salga mendorongnya menjauh. Menatap laki-laki itu merapikan seragamnya dengan santai, kerutan di kening Salga semakin dalam. Dia memang sudah merasa Nakusha bukan orang biasa dan menyimpan banyak hal yang tidak baik. Salahkan Azalea yang masih menempeli laki-laki modelan Nakusha penuh semangat tanpa memperdulikan larangannya.

Setelah selesai merapikan seragamnya, Nakusha melirik Salga sebelum pergi. “Gue harap lo jangan ancem Azalea lagi. Dia bebas putusin dan lakuin apa pun yang dia mau. Termasuk bersama gue.”

TBC

November 10, 2021.

6K komen.

Azalea & Alter Ego Boy ✓Where stories live. Discover now