3

70K 14.1K 4.7K
                                    

Keesokan harinya, Azalea bangun dengan linglung. Dia tersentak sejenak melihat pemandangan sekitarnya sebelum memukul kepalanya mengingat dia berada di asrama. Tadi malam dia kira dia tidak akan bisa tidur nyenyak. Namun ternyata salah. Ketika dia menjatuhkan diri ke kasur, kesadarannya langsung hilang dan tertidur dengan nyenyak.

Gadis itu menoleh kiri dan kanan. Melihat tidak ada seorang pun lagi di sana, dia menggaruk kepalanya sebelum melirik jam. Masih pukul setengah tujuh pagi. Sekolah akan dimulai satu jam lagi. Ke mana ketiga laki-laki itu pergi?

Meski enggan bangun, pada akhirnya Azalea harus memaksakan diri menuju lemari mengambil handuk dan seragam sebelum mandi. Sambil memasang dasi di depan cermin asal-asalan, Azalea menatap rambut pendeknya yang basah dan berantakan.

Setelah selesai, masih ada 20 menit sebelum kelas dimulai. Azalea bergegas menarik tasnya dan keluar dari gedung asrama. Memasuki gedung sekolah, Azalea nyasar selama setengah jam sebelum menemukan kelasnya. Untungnya dia anak baru, jadi bisa membuat alasan.

“Hai! Perkenalkan nama gue Azalea Alyosha Rahardian. Nama gue emang feminim tapi kalian mesti panggil gue Azel. Oke?” Melihat betapa berseri-serinya wajah Azalea, para gadis di kelas itu tersipu lalu bertepuk tangan kencang. Sedangkan para laki-laki mendengkus. Mereka kira anak baru adalah seorang siswi.

“Baik, Azel. Terima kasih untuk perkenalannya. Kamu bisa duduk di samping Yelin di sebelah sana.” Guru yang berdiri di samping Azalea menunjuk seorang gadis.

Awalnya Azalea biasa-biasa saja, namun begitu matanya tertuju pada gadis yang duduk sendiri, tubuhnya membeku. Bukan hanya dia, tetapi gadis bernama Yelin juga menatapnya dengan mata melotot.

“T-terima kasih Bu.” Azalea dengan kaku berjalan menuju tempat duduknya. Bahkan ketika duduk di kursi, punggungnya sangat tegak.

“Azel, huh?” Yelin di sampingnya bergumam sinis. Melirik Azalea dari atas hingga bawah, sudut bibirnya berkedut. “Gue baru tau SMA Lesmana ternyata ada di Semarang.”

Azalea memejamkan mata sambil meringis dalam hati. Sial!

***

Yelin bersedekap dada. Sekarang waktunya istirahat. Bukannya ke kantin untuk mengisi perut, gadis itu malah menarik Azalea menuju taman sekolah. Melirik seragam laki-laki yang digunakan Azalea, dia tertawa.

“Lea! Lo ngapain, bangsul?”

Azalea meringis mendengar tawa renyah sahabatnya. Bisa-bisanya dia lupa bahwa ada Yelin di sekolah ini!

“Banyak nanya lo kek Dora!” Azalea memelototinya kesal.

Yelin menghapus air di sudut matanya. Perutnya terasa sakit karena tertawa berlebihan. Melihat wajah cemberut Azalea, dia menahan diri sebentar sebelum duduk di sampingnya. “Le, gue nanya serius anjir. Lo ngapain jadi cowok gini? Mau ngikut jejak nyokap elo?”

“Itu tau! Awas ya Lin. Lo ember dikit gue cincang!” ancam Azalea.

“Bege. Kalo gue gak ember pun lo krisis anjir. Selain gue di sini ada Kak Alga, Kak Genta sama Kak Abe.”

Azalea mendengus. “Itu mah gampang. Tinggal ati-ati.”

“Lo beneran mau jadi cowok, Le? Sekamar sama siapa?” Yelin bertanya penasaran.

“Um... namanya Nakusha, Caka sama Elazar.”

Tiba-tiba Yelin mengguncang pundak Azalea, membuat gadis itu pening. “GILA ANJIR GILA! KAK NAKU!”

“Bentar, gue puyeng anjas.” Azalea menarik diri dari Yelin sambil menggosok pelipisnya. Memicingkan mata, dia menatap Yelin yang berbinar-binar dengan curiga. “Kenapa sama Nakusha?”

“Gila! Dia kakel kita anjir. Kita sebagai anak kelas 10 harus menghormati kakel, apa lagi dia kelas 12.” Yelin memelototinya ganas.

“Senioritas banget.” Azalea mencibir.

Yelin yang awalnya berdiri bergegas duduk di samping Azalea dengan semangat. “Kak Naku pangeran sekolah ini selain Kak Alga, asal lo tau! Dia itu ketos idaman banget pokoknya! Udah ramah, hangat, pinter lagi!”

Alis Azalea terangkat. “Pinteran mana sama Kak Alga?”

Yelin menggaruk-garuk kepalanya kikuk. “Susah sih. Kak Alga sama Kak Naku suka rebutan peringkat 1 umum.”

“Yes! Akhirnya ada yang bisa saingi Kak Alga. Inget ya lo, Nakusha milik gue!” kata Azalea penuh percaya diri.

Karena kata-katanya, Yelin bertepuk tangan heboh dan mengambil ponselnya. Beberapa saat mengotak-atiknya, dia menunjukkannya kepada Azalea. “Nih, nih. Baca coba! Forum sekolah lagi heboh katanya Kak Naku punya pacar!”

“Brengsek! Cewek centil mana yang ngaku-ngaku?!” tanya Azalea kesal.

“Centil mata lo buta! Lo tuh, saking gilanya sampe nyamar. Lo kira bisa kek nyokap elo?”

Azalea menyengir. “Udah sih, Lin. Diem aja, oke? Btw kantin kuy. Gue laper.”

“Yuklah. Gue ju—” Mata Yelin melebar. Dia buru-buru bangun dan menarik Azalea agar berdiri. “Pergi sekarang! Bokap gue mau da—”

“YELIN SAYANG! DADDY DATANG BAWA PIZZA KESUKAAN KAMU!”

“Mampus.” Yelin merutuk pelan lalu berbalik. Melihat pria yang berjalan mendekat sambil menenteng sebuah kresek, dia tersenyum antusias. “Daddy!”

Azalea menelan saliva sebelum ikut berbalik.

“Yelin sayang, Daddy ba— astaghfirullah, dunia mau kiamat!”

Melihat ekspresi terkejut pria itu, Azalea mendecak. “Om Zahair jangan alay deh.”

Zahair mengucek-ngucek matanya sebelum melangkah ke depan Azalea. “Lea?”

“Daddy, ayo makan,” ajak Yelin mencoba mengalihkan perhatian Zahair.

Tapi tentu saja Zahair tidak menghiraukannya. “Lea, kamu mau jadi Skaya versi kedua?”

Azalea memikirkannya sejenak. Karena orang ini adalah Zahair, Azalea pikir tidak apa-apa. Soalnya Zahair gampang dibodohi.

“Gue cuma uji nyali, Om. Tapi om Zahair jangan ember ke Papa,” ujar Azalea tanpa beban.

“Gak bisa, lah. Big Bos ngira kamu di rumah Mami Iris, eh malah nyasar di sini. Gimana om bisa tenang?” ucap Zahair yang merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel.

“GAK BOLEH!” Mata Azalea melebar. Dia bergegas merebut ponsel Zahair dan menyembunyikannya ke belakang punggung. “Gini deh, om. Gimana kalo gue bantu om kembali ke rumah, om bantu gue simpen rahasia?”

“Bener, Dad! Masa Daddy gak mau kembali ke rumah? Mommy masih ngamuk loh.” Yelin sebagai sahabat terbaik Azalea ikut membantu.

Azalea dan Yelin saling melirik dengan tatapan penuh arti. Sebelum pergi dari rumah, Azalea sempat mendengar pembicaraan Zahair tentang dia diusir dari rumah oleh istrinya. Karena Zahair tipe suami takut istri, dia jadi mudah memanipulasinya.

“Emang kamu punya cara, Le?” tanya Zahair yang mulai tertarik.

Azalea mengangguk sungguh-sungguh. Melihatnya, Zahair memikirkannya sejenak sebelum mengangguk. “Kalo saran kamu berhasil, om janji sembunyiin keberadaan kamu di sini.”

Senyum Azalea dan Yelin merekah. Setelah makan dan berdiskusi sesaat, kedua gadis itu kembali ke kelas dengan suka cita.

“Daddy lo bego, Lin.” ujar Azalea.

Yelin cengengesan. “Emang. Untung gue pinter ngikut Mommy gue.”

Keduanya saling tos lalu tertawa ngakak tanpa sepengetahuan Zahair yang tengah mengemudi pulang.

TBC

September 4, 2021.

3K komen.

Azalea & Alter Ego Boy ✓Where stories live. Discover now