60

47.2K 11.2K 6.5K
                                    

Azalea duduk di sofa, menatap Nakusha yang masih berseragam sekolah rapi dengan dasi diperlonggar memasukkan barang-barangnya ke dalam kotak. Dia menatap laki-laki itu lekat, namun tidak menyadari bahwa gerakan Nakusha sejak tadi salah.

Kontur wajah itu benar-benar Azalea sukai. Dari sisi samping, Azalea bisa melihat betapa tingginya hidung laki-laki itu, matanya yang tajam, serta bibir tipis merah muda pucatnya yang ditekan rapat.

Tiba-tiba ada helaan napas berat. Nakusha menghentikan gerakannya dan menoleh menatap Azalea yang melihatnya dengan pikiran melayang.

“Azalea.”

Azalea berkedip, menatap laki-laki itu bingung. “Huh?”

“Lo kira natap gue segitunya, gue gak bakal malu?”

“Lo—” Mata Azalea melebar. “Apa?”

Nakusha membuang wajahnya. Ada rona merah tak wajar di wajahnya. “Gak.”

Melihat laki-laki itu membelakangnya, senyum jahil Azalea terulas. Dia bangkit, melangkah mendekat dan memeluk pinggang Nakusha dari belakang.

“Ehan!”

Merasakan tubuh Nakusha kaku, Azalea terbahak dalam hati. Rasakan! Seperti inilah dia saat laki-laki itu melancarkan serangannya.

Saat Azalea sedang berbahagia dalam hati, Nakusha membalikkan badan, mencengkram kedua pipi gadis itu dengan satu tangan, memaksanya mendongak menatapnya.

“Mulai berani?”

Karena tidak menggunakan kacamata, Azalea dapat menatap lurus mata tajam Nakusha tanpa hambatan. Ada bekas samar dipangkal hidungnya akibat penggunaan kacamata.

Azalea memasang ekspresi songong. “Siapa bilang gue takut? Gak ada sejarah seorang Azalea takut.”

Nakusha sedikit menyipitkan matanya sebelum terkekeh. “Lo selamat karena pintunya lagi rusak,” katanya lalu mencuri ciuman di pipi gadis itu.

Azalea memelototinya. Melirik pintu yang terbuka, dia akhirnya mengerti kenapa Nakusha tidak bergerak menganiayanya sejak tadi. Sepertinya dia sudah tahu bagaimana mengantisipasi tindakan ambigu Nakusha ke depannya.

“Masih lama di sini?”

“Hari ini harus bersih.” Nakusha menjawab pelan. “Besok ketos baru bakal gunain ruangan ini.”

Ketika Azalea cuti dari sekolah, ternyata di siang hari terdapat pemilihan ketua OSIS baru, sehingga Azalea tidak tahu bahwa posisi Nakusha akan diganti.

Melirik ruangan monoton itu, Azalea mengembuskan napas. Ruangan ini adalah saksi bisu sifat tersembunyi Nakusha yang hanya ditunjukkan padanya. Huh! Semakin minim di ruang tertutup bersama Nakusha akan semakin baik.

Azalea kembali duduk di sofa dengan buku milik Nakusha, membolak-balik buku dengan bosan sebelum merasakan kantuk. Dia menguap, berpikir lama sebelum memejamkan mata. Niatnya mengistirahatkan matanya sejenak, tetapi malah ketiduran.

Setengah jam kemudian, Nakusha menyelesaikan kegiatan beres-beresnya dengan lancar karena tidak merasakan tatapan panas dari gadis itu. Ketika dia menoleh ke belakang, dia melihatnya tengah tidur nyenyak. Bibir merahnya sedikit terbuka dengan kepala miring.

Sorot mata Nakusha seketika melembut. Dia menutup kardus, membawanya dan meletakkannya di ambang pintu, lalu duduk di samping Azalea. Dengan gerakan lembut dia menarik kepala gadis itu bersandar di pundaknya.

Mungkin terinfeksi penampilan nyaman gadis itu, Nakusha jadi sedikit mengantuk dan ikut memejamkan matanya.

Atau mungkin seharusnya tidak dia lakukan. Karena ketika dia terlelap, dia memimpikan kejadian sepuluh tahun lalu.

Suara napas terengah-engah terdengar samar. Nakusha kecil menatap gadis di sampingnya khawatir. Kepala gadis itu tertunduk, dengan kedua tangan diikat kuat oleh tali.

Jika saja Nakusha kecil memiliki kekuatan lebih, dia ingin sekali menyelamatkannya. Namun dia sendiri dalam keadaan sulit. Kedua tangannya bukan terikat tali, melainkan rantai.

Kemeja putih Nakusha kecil selain ternoda debu, juga dihiasi warna merah akibat darah. Sebab, hari kedua bersama gadis itu terjadi kesalahan yang tidak seharusnya terjadi.

Pria kasar itu ingin membawa Azalea pergi, tetapi Nakusha mempertahankan gadis itu bersamanya dengan kukuh. Setelah beberapa bulan disekap di sini, ini pertama kalinya Nakusha kecil memberontak. Dia memukul pria itu secara acak, lalu menggigit tangan dan bahu pria itu sangat keras hingga berdarah.

Pria itu segera terangsang oleh kemarahan. Dia mengambil sebatang besi, ingin memberi pelajaran untuknya. Namun Azalea segera melindunginya, membuat pria itu semakin marah.

Dengan cepat dia mengambil tali dan rantai kemudian mengikat mereka berdua. Tidak sampai di sana saja, ketika mereka tidak mampu bergerak, pria itu memukul hingga mencambuk punggung Nakusha kecil hingga berdarah. Azalea di sampingnya menangis agar dia berhenti, tetapi hal itu membuat pria tersebut merasa terganggu dan menyuntikkan obat tidur pada gadis kecil itu.

Untungnya ada teman pria itu yang datang menghentikannya tepat waktu. Entah berbisik apa, dengan enggan pria itu melepaskan cambuk ditangannya dan pergi meninggalkan mereka berdua sendirian di tempat menjijikan ini.

Sudah hampir pagi, namun Azalea tidak bangun-bangun juga. Nakusha di sisinya menahan sakit dan melawan kantuk untuk memerhatikannya. Tetapi tak lama kemudian, dia tidak bisa lagi bertahan dan secara bertahap tertidur.

Beberapa saat kemudian, Nakusha kecil dapat mendengar suara berbincang samar di sekitarnya. Dia ingin membuka matanya, namun matanya terlalu berat dan tubuhnya panas dingin. Ada rasa kebas di punggungnya.

Entah berapa lama, tiba-tiba dia merasakan tangan kecil yang lembut dan hangat memegang pergelangan tangannya, diiringi suara kunci terbuka.

“Kak Ehan!” bisik Azalea kecil lembut.

Kak Ehan, Kak Ehan. Nakusha kecil mendengar sebutannya dan mengeluh dalam hati. Dia selalu lancar memanggil namanya, tetapi sampai saat ini, gadis kecil itu tidak pernah memberitahu namanya.

“Aku berhasil ambil kuncinya. Bagaimana kalau kita kabur?” bisik Azalea kecil dengan polosnya.

Tentu saja itu tidak akan berhasil. Ruangan ini berada di tengah gedung. Jika mereka melarikan diri, mereka akan tertangkap di awal.

“Mereka yang bodoh atau aku yang terlalu pintar? Aku— AHH!”

Nakusha sontak membuka mata dengan napas tidak beraturan.

“Ehan!” Azalea sontak memanggilnya lagi tatkala melihatnya membuka mata.

Ketika bangun, dia mendapati laki-laki itu tidur di sampingnya dengan ekspresi rumit. Mungkinkah mimpi buruk? Azalea menonton sejenak. Beberapa saat tidak ada perubahan, dia berusaha membangunkan laki-laki itu.

Nakusha menoleh, melihat ekspresi bingung Azalea. Tanpa kata-kata, dia memeluknya, menenggelamkan wajahnya di ceruk lehernya.

Azalea membalas pelukannya ragu dan menepuk punggungnya. Diam-diam merinding merasakan deru napas hangat di lehernya. “Ehan mimpi apa?”

“Lo.” Suara serak dan rendah setelah bangun Nakusha terdengar.

Azalea tertegun sejenak sebelum mengulum bibirnya menahan tawa. “Mimpiin gue dengan muka gelisah gitu? Biar gue tebak, pasti gue jadi setan terus ngejar lo dari belakang sambil manggil Ehan... Ehan....”

Tidak ada jawaban. Azalea sedikit merunduk untuk menatapnya. Merasakan napas laki-laki itu menjadi sedikit lebih stabil, mau tak mau dia penasaran mimpi apa yang dialami Nakusha?

Nakusha perlahan mendongak. Melihat wajah gadis itu, dia jadi teringat kejadian sebelum mereka berpisah.

“K-kak Ehan, aku membunuhnya...”

TBC

November 28, 2021.

6K. Malem ini update lagi deh.

Azalea & Alter Ego Boy ✓Where stories live. Discover now