40

55.2K 12.6K 7K
                                    

Azalea buru-buru mundur memberi jarak. Melihat betapa marahnya Salga, dia menggigit bibirnya panik. Dia kira Salga akan lama di luar, siapa sangka hanya beberapa menit sebelum dia kembali?!

Salga mengambil langkah dengan kakinya yang panjang. Dia mencengkram kerah Nakusha dan melayangkan kepalan tangan, tetapi dengan cepat ditangkap Nakusha.

“Lo udah berlebihan,” kata Nakusha dengan ekspresi tersinggung. Dia paling tidak suka waktunya terganggu oleh orang lain.

Salga menggunakan tangan yang mencengkram kerah Nakusha untuk memukul rahang bawahnya. “Bacot!”

Mata Azalea melebar. Buru-buru dia mendekat dan memeluk tangan Salga yang hendak menjotos Nakusha lagi. “Kak! Jangan cari masalah!”

Tatapan Salga akhirnya beralih ke Azalea. Emosinya belum pudar, malah semakin membara mendengar ujaran sang adik. “Lo makin aneh-aneh, Le. Gue udah gak setuju lo di sini, dan lo malah ngelakuin hal kayak gini sama dia?!”

“Kak, yang lo liat sebenernya gak kek gitu....”

Salga menepis tangan Azalea, namun itu membuat Nakusha marah. Laki-laki itu maju mencengkram kerah Salga dengan tatapan tajam. “Gak usah kasar, bisa?”

“Shit, siapa yang kasar?!”

Mata Azalea melebar melihat kedua laki-laki itu mulai saling jotos satu sama lain. Tapi karena mereka tahu cara membela diri, pertarungan mereka terlihat keren. Azalea mematung sejenak sebelum menggeleng pelan dan keluar dari kelas untuk memanggil guru.

Daripada capek-capek menghentikan mereka seorang diri, lebih baik meminta bantuan orang lain.

Sepuluh menit kemudian, Azalea duduk di antara Nakusha dan Salga. Bu Nara sejak tadi berceloteh panjang lebar sebab dua anak didiknya berkelahi tanpa alasan yang jelas.

Azalea menolehkan kepala melirik Salga yang melipat tangan sambil bersandar malas di kursi. Pipi sebelah kirinya terlihat merah keunguan. Ketika gadis itu mengalihkan tatapan ke Nakusha, dia bisa melihat luka di sudut bibirnya.

“Gak usah liat-liat!” gertak Salga galak sambil menggerakkan kepala Azalea untuk menghadap ke arah depan.

Azalea hendak mendelik ke Salga, namun diurungkan. Sudah lama dia tidak melihat kekesalan Salga seperti hari ini. Terakhir kali adalah saat dia masih SMP dan dikerjai teman-temannya. Saat ini, dia tidak bisa memarahi Salga karena dia juga salah.

Salga melarangnya bersama Nakusha, tetapi dia malah melanggar janjinya dan bermain-main bersama sang gebetan saat Salga berada di dekatnya.

Kalau begitu, sudah diputuskan. Azalea akan tetap bermain bersama Nakusha jika Salga tidak ada di sisinya.

“Kalian berdua gak belajar?” tawar Azalea sambil mengangkat buku di tangannya.

“Nggak,” jawab Nakusha dan Salga bersamaan. Keduanya saling melirik lalu membuang muka.

Sudut bibir Azalea berkedut melihat tingkah kedua laki-laki itu. Dia menghela napas panjang dan menunduk menatap buku di tangannya. Bukannya mengusir rasa pusingnya, kepalanya malah semakin terasa berputar-putar melihat rangkaian angka di sana!

Satu jam mereka habiskan dalam keheningan hingga Bu Nara datang membawa mereka ke aula sekolah yang telah ramai. Di atas panggung sudah diatur beberapa meja sesuai jumlah kelompok. Setelah mengambil nomor urut, mereka maju untuk menempati meja di atas panggung.

Saat semua orang melihat Salga dan Nakusha bersama, jeritan semakin terdengar. Nama kedua laki-laki itu terus menggema di dalam aula. Azalea di atas panggung melirik ekspresi keduanya, namun tidak ada ekspresi apa pun di sana. Wajah Salga terlihat dingin dan galak, sedangkan Nakusha terlihat acuh tak acuh dan datar.

Azalea & Alter Ego Boy ✓Where stories live. Discover now