67

35.4K 7.7K 2.5K
                                    

“Ehan mau ke mana?” Azalea mencegat Nakusha yang berpenampilan lengkap. Jaket hitam, helm, sarung tangan. Benar-benar tampan. Cibir gadis itu tak rela dalam hati.

Nakusha menoleh, menatap kedua tangan kecil gadis itu yang menggenggam telapak tangan kirinya. Bahkan meski dipisahkan sarung tangan, dia bisa merasakan kelembutan kulit gadis itu.

Sudut bibir laki-laki itu mau tak mau terangkat. Dia mengelus kepala Azalea menggunakan tangan kanannya yang bebas. “Ehan balik ke apartemen. Hari ini Jumat, Lea gak pulang?”

Wajah Azalea memerah. Dia selalu merasa gugup setelah Nakusha mengubah panggilan menjadi Ehan-Lea sejak Sabtu lalu. Sangat manis! Ingin sekali Azalea menikahi Nakusha sekarang juga.

“Mau sama Ehan...” cicit gadis itu dengan kepala menunduk, tidak ingin membiarkan Nakusha melihat ekspresi malunya.

Ekspresi Nakusha sedikit berubah. Dia mempersempit jarak di antara mereka, merengkuh pinggang Azalea lalu menempelkan bibirnya ke pucuk kepala gadis itu. “Besok waktu Ehan sepenuhnya buat Lea. Janji.”

“Awas kalau bohong.” Azalea memeluk pinggang Nakusha erat.

“Hm.”

Pada akhirnya, Azalea melepaskan Nakusha dengan pasrah. Ternyata begini rasanya jatuh cinta. Tidak ingin lepas. Azalea jadi merasa bersalah ketika teringat masa lalunya yang menertawakan Yelin ketika bucin dengan pacarnya.

Melihat Nakusha menaiki motor gede hitam dan meluncur pergi, Azalea mengedipkan mata. Betapa keren pacaranya saat naik motor, dia tidak ingin berbagi keindahan itu kepada siapa pun.

Nakusha memasuki apartemennya dengan sebuah map. Dia meletakkan helmnya di atas meja, pergi menuju kamarnya dan menghidupkan komputer.

Setelah duduk bersandar di kursi, dia menatap map di tangannya lekat. Alasan dia membiarkan Giandra mendekatinya adalah untuk informasi ini. Matanya rumit sejenak. Membukanya perlahan, tangannya gemetar melihat informasi tersebut. Ruang sunyi itu hanya menggema gesekan kulit dengan kertas, serta napas berat yang perlahan muncul dari laki-laki itu.

Bunyi 'ding' terdengar dari komputernya. Mata Nakusha menatap lekat folder terenkripsi. Membukanya dengan mudah, pupil matanya menyusut dengan rasa dingin merembes dari dalam tubuhnya.

***

Semilir angin berembus menyapu wajah Azalea. Tangan gadis itu terlipat di pangkuannya, dengan ekspresi kosong menatap halaman gazebo sekolah yang sepi. Sesekali matanya akan memandang ponsel di sampingnya, lalu mendengus begitu melihat layar hitam tanpa sebuah notifikasi yang muncul.

“Lea, woi!” Dua laki-laki berperawakan tinggi dengan kaos dan celana pendek selutut mendekat. Begitu berteduh di gazebo, mereka mengembuskan napas lega.

Caka menarik-narik kaosnya, mengipasi tubuhnya yang gerah. Ujung rambutnya yang basah melekat di keningnya. “Gila panas banget dah hari ini. Hujan kek.”

“Panggil pawang ujan, gih, Ka.” Elazar yang memilih selonjoran di lantai yang dingin menyahut. Dia dengan hati-hati mengeluarkan tisu, menghapus bulir-bulir keringat di wajahnya. “Muka ganteng harus dirawat baik-baik,” gumamnya kemudian.

Azalea menatap kedua laki-laki yang sibuk dengan dunianya sendiri itu dalam diam. Setelah dilihatnya keduanya mulai rileks, dia menyatakan tujuan mengundang Caka dan Elazar menemuinya.

“Ehan besok ulang tahun. Lo berdua punya rencana gak?” tanya gadis itu dengan mimik serius.

Elazar menoleh. “Minta Nakusha traktir, lah.”

“Setuju. Kapan lagi bisa minta-minta Nakusha,” celetuk Caka menyetujui.

“Nggak modal.” Azalea melempar keduanya dengan buku. “Kasih ide yang bener, dong. Jangan otaknya makan mulu.”

“Wis, Le? Baru kali ini gue liat lo serius,” ujar Elazar terpukau.

“Kapan sih, Lea gak serius selama menyangkut Nakusha?” tanya Caka kepada Elazar. Dia melipat kedua tangannya di belakang kepala, menatap Azalea dengan senyum guyon yang dibalas gadis itu dengan toyoran.

“Lagi-lagi lo berdua ngomong di luar konteks, gue tendang ya,” ancam Azalea tak main-main. Namun karena itulah kedua laki-laki itu terbahak, melihat pipi tembemnya mengembung dengan kening mengerut. Lucu.

“Oke, oke. Serius nih.” Caka dengan cepat menyahut begitu melihat Azalea mulai melepaskan sepatunya.

Elazar berdeham, berusaha mengontrol ekspresinya menjadi serius. Dia tidak bisa menahan diri melirik Caka. Namun tidak sengaja kedua mata laki-laki itu beradu, membuat mereka tidak bisa menahan tawa. Entahlah, selama melihat wajah satu sama lain, mereka selalu ingin menertawakan.

Pada akhirnya Azalea benar-benar melempar sepatunya ke arah kedua laki-laki itu, membuat mereka menjadi tenang dan mendengarkannya.

“Lo pada tau apartemen Ehan di mana?”

Elazar segera menjawab seperti murid yang baik. “Tau!”

“Lo punya ide, Le?” tanya Caka penasaran.

Senyum misterius merekah di bibir Azalea, membuat Caka dan Elazar beringsut mendekatinya untuk menginterogasi.

***

Pukul 23.44 WIB.

Ada suara samar langkah kaki di lorong yang sunyi tersebut. Kemudian, beberapa bisikan terdengar, disertai bunyi logam yang saling berbentur.

“Sabar, anjir. Pintunya susah dibuka pake jepit rambut!” seru salah satunya dengan geram. Siapa bilang mudah menggunakan benda seperti jepit untuk mencongkel pintu yang terkunci?

“Di film-film mudah bego.”

“Pake otak anjim. Itu film.”

“Cepetan ish. Lilinnya udah mulai cair.”

15 menit kemudian, derit pintu terbuka terdengar. Ketiga orang tersebut mengendap-endap masuk, melihat sekeliling yang gelap. Elazar menunjuk arah kamar dengan isyarat, jelas sangat akrab dengan denah apartemen tersebut.

Mereka mendobrak pintu kamar, niat hati ingin mengagetkan empunya. Namun tidak ada suara lain selain dobrakan. Karena kegelapan, hanya lilin kue yang menjadi sumber penerangan, mereka tidak dapat melihat dengan jelas. Suara jarum jam dinding berdetak jelas, mengisi kesunyian.

Azalea melangkah maju dengan kue di tangannya. Tiba-tiba merasa suatu cairan yang aneh di bawah sepatunya, dia mengernyit.

Tak!

Sakelar lampu ditekan Caka. Mereka langsung menyipitkan mata, belum menyesuaikan diri dengan cahaya yang tiba-tiba. Namun hal itu tidak dapat menutupi pemandangan mengerikan di depan mereka.

Mata Azalea membola. Kue cantik di tangannya terlepas dari tangannya. Tubuhnya gemetar, perlahan mundur dengan sepatu yang dibasahi cairan merah membuat jejak jelas di lantai yang putih. Air matanya meluruh tanpa sadar.

“E-ehan....”

TBC

April 13, 2022.

Siap-siap kita masuk ke konflik.

2K komen kuy.

Azalea & Alter Ego Boy ✓Where stories live. Discover now