26

58K 12.8K 7.3K
                                    

“Lalala... hmhmhm....” Azalea sejak tadi bersenandung tak jelas. Namun dari nada dan wajahnya yang berseri-seri, jelas dia sedang dalam suasana hati yang baik. Seharian mogok makan dan diam di dalam kamar, akhirnya orang tuanya mengizinkannya! Tentu saja dia bahagia.

“Suara lo jelek. Diem.” Salga di sampingnya memutar bola matanya, jengah.

Azalea meliriknya dari ujung matanya, lalu kembali bersenandung. Jelas tidak peduli akan perintah kakaknya. Menoleh ke samping kanannya, matanya berbinar-binar. “Dek, Kak Lea cantik gak?”

“Cantik,” ujar Elano tulus.

Azalea semakin berbunga-bunga. Dia meremas pipi adiknya gemas. “Lano baik banget. Gak kek di samping sana.”

Salga mendengkus mendengar sindiran dari Azalea. Melirik rambut adiknya yang pendek, sudut bibirnya terangkat jijik. “Lo kek bencong.”

Mata Azalea melotot. “Bencong dengkul elo! Ini namanya cantik plus tampan disaat yang sama.”

“Berisik!” Suara berat menginterupsi dari depan.

Azalea sontak menatap ke depan sambil mengeluh. “Pah, liat Kak Alga tuh. Jadi kakak durhaka banget.”

“Mah, jangan manjain dia gini. Jadi gak tau diri.” Ucapan pedas Salga membuat mata Azalea memerah.

“Salga!” Sagara yang tengah mengemudi menyerukan namanya. “Adikmu udah besar. Biarin aja.”

“Iya, besar. Entar ada masalah paling nangis gak jelas.”

“Kak Alga kata-katanya kok jahat gitu?” tanya Skaya menengahi. “Kalo kamu gini, siapa yang jaga adikmu di sekolah nanti?”

“Lele udah besar, Mah. Gak perlu Alga perhatiin.” Meski dengan suara yang lembut, Salga mengatakannya secara acuh tak acuh.

Azalea cemberut. Walau kemarin Sagara dan Skaya menyetujui kemauannya secara terpaksa, tetapi karena ini Salga jadi memusuhinya.

Menghindari situasi canggung, Salga memulai percakapan dengan Skaya yang duduk di kursi penumpang depan. “Mah, Alga ganteng gak hari ini?”

Baru hendak Skaya menjawab, Sagara bergegas mendahului. “Jelek. Mukamu gak sama kayak istri Papa.”

“Berarti Papa jelek juga dong? Kan kita mirip,” tanya Salga mengejek.

“Papa ganteng,” ujar Elano sungguh-sungguh di samping Azalea, membuat Sagara melirik anak bungsunya dengan sudut bibir terangkat.

“Lano juga ganteng, mirip Mama.” Sagara membalas dengan suasana hati baik.

Sudut bibir Salga berkedut. Di keluarga ini, nampaknya kasta terendah ada padanya. Sangat ternistakan, terabaikan, dan terinjak-injak.

Salga berdeham. “Pa, 3 hal terindah buat Papa apa?” tanyanya iseng. Sudah jelas, pasti pacar pertamanya. Muka buaya seperti Sagara, tidak dapat disangkal dia akan memiliki banyak gadis cantik di masa lalu.

Sagara berpikir sejenak sebelum bibirnya terangkat. “Pertama, tau Mama cewek. Dua, nikah sama Mama. Ketiga, di malam hari.”

Suasana seketika sepi.

Skaya yang tadinya pasif dalam obrolan langsung melayangkan tatapan tajam ke Sagara. Ketika Sagara menoleh ke arahnya, dia dapat melihat istrinya berkomat-kamit. “Jangan ngomong aneh-aneh!”

Wajah Salga seketika muram. Dia tahu Sagara adalah binatang! Dia mengasihani Mamanya dalam hatinya.

Azalea melirik Salga di sampingnya. Merogoh tasnya, dia mengulurkan sekotak susu. “Ini buat Kak Alga.”

Azalea & Alter Ego Boy ✓Where stories live. Discover now