48

50.3K 11.1K 8.6K
                                    

Cukup lama mendekam di ruang ketua OSIS, akhirnya dengan paksaan Azalea, mereka keluar dari sana. Wajah gadis itu terlihat ceria, memikirkan bahwa Nakusha terlalu mempercayainya sehingga berani menceritakan masa lalunya.

“Naku!” Vanilia yang berjalan dari arah berlawanan langsung tersenyum semringah melihat sosok Nakusha yang berjalan bersama Azalea.

Azalea menatap Vanilia lalu salah satu alisnya terangkat. Bukankah dia penggemar fanatik Nakusha yang memberinya uang? Kenapa berani muncul di hadapan mereka lagi?

Vanilia berjalan mendekat dan berdiri di hadapan mereka. “Naku, kamu mau ke mana? Aku bisa temenin kamu, kok.”

Azalea menoleh ke arah Nakusha. Melihatnya menunduk melihat pergelangan tangan Vanilia, dia mengernyit samar. Setahunya, Nakusha selalu tidak sabar pada gadis lain.

“Ada gue.” Azalea membuka mulut, menyadarkan Vanilia yang seolah sengaja mengabaikan presensinya. “Dia gak perlu digiring banyak orang. Jadi, mbak, jangan halangin jalan bisa?”

“Siapa yang mbak?!” tanya Vanilia dengan wajah muram.

Azalea menelengkan kepala, menatapnya dengan senyum polos. “Emangnya ada yang salah dengan kata mbak? Apa gue harus manggil lo mas?”

Pandangan Nakusha meninggalkan gelang di tangan Vanilia lalu menoleh ke arah gadis di sebelahnya dengan perasaan lucu.

Sangat imut....

Wajah Vanilia memerah. Dia ingin membantah, namun ketika melihat ke arah Nakusha untuk meminta pembelaan, dia malah mendapati laki-laki itu menoleh ke arah Azalea, menatapnya lembut dengan sudut bibir sedikit terangkat.

Dia tertegun, tanpa sadar merinding. Melirik Azalea lalu kembali kepada Nakusha, dia sampai kehilangan kata-kata.

“Halo, mbak? Denger gak?” Azalea melambaikan tangannya di hadapan Vanilia.

Sebelum Vanilia pulih dari keterkejutannya, Nakusha menarik tangan Azalea untuk pergi meninggalkannya.

“Dia siapa? Kenapa kejar lo mulu?” tanya Azalea berusaha menyamarkan rasa ketidaksukaannya.

“Yang gue bilang gadis kecil itu,” jawab Nakusha, tidak berniat merahasiakan.

Ekspresi Azalea berubah sedikit masam. “Andai aja cewek itu gue,” gumamnya penuh penyesalan.

Tapi jika dipikir-pikir, itu tidak mungkin. Dia tidak pernah ke luar negeri, baik menurut ingatannya maupun jawaban keluarganya. Kata Skaya, Indonesia memiliki banyak budaya dan wisata yang bisa dikunjungi. Selama belum berpariwisata di seluruh daerah indah di negeri ini, buat apa lari ke luar negeri?

Lorong yang sepi membuat mereka bebas skinship. Nakusha mengacak rambutnya gemas. “Lebih baik jangan. Gue gak mau lo sengsara saat itu.”

“Ih! Rambut gue berantakan!” seru Azalea sambil menghempaskan tangan laki-laki itu dari kepalanya.

Tanpa mereka sadari, Vanilia yang hendak mengejar malah mematung menatap interaksi mereka dengan ekspresi tak terduga. Perlahan tangannya mengepal sambil menggigit bibir bawahnya hingga berdarah.

Kenapa dia merasa ada ketidakwajaran dalam hubungan keduanya?

***

“Nih rencananya!” Azalea yang telah meninggalkan kelas selama 3 jam kembali. Dia melemparkan map pemberian Nakusha ke atas meja ketua kelas.

“Anj— kasih baik-baik dong,” umpat ketua kelasnya kesal. Sembari membuka map, dia menggerutu keras hingga terdengar oleh semua orang. “Gunanya gue sebagai ketkel apa, anjir? Ada urusan bukannya manggil gue, malah manggil siswa pemalas.”

Azalea & Alter Ego Boy ✓Where stories live. Discover now