29

56.8K 12.8K 5.6K
                                    

“Jangan ikut campur,” kata Nakusha kepada Salga yang menatapnya remeh.

Salga menaikkan satu alisnya, maju dengan tangan berada di saku celana hingga jaraknya dengan Nakusha berjarak satu meter. “Kalau gitu jangan libatin dia.”

Nakusha mengabaikannya dan melirik Azalea yang berada bermeter-meter di belakang Salga. “Azel, ikut gue dan gue izinin lo sekamar lagi sama gue.”

Salga menggertakkan gigi. Urat menyembul di keningnya karena marah. “Sekamar?”

“Eh.” Elazar menggaruk kepalanya bingung sambil menatap Nakusha. Kenapa dia tiba-tiba merasa temannya yang satu ini menjadi labil?

Salga tiba-tiba terkekeh sembari menoleh ke arah Azalea. “Ternyata sekamar, heh, Azel?”

Bulu kuduk Azalea berdiri. Dia merinding. Tatapan Salga benar-benar mengerikan saat ini. Dia bergegas meringsut di belakang Yelin, bersembunyi.

Dua laki-laki tampan dengan tempramen berbeda yang berdiri berhadapan, yang satu berpenampilan berantakan dengan baju tidak tersisip rapi serta dasi dilonggarkan, dan yang lainnya malah berpenampilan super rapi dan teratur. Hal ini membuat mereka dengan cepat mengambil atensi siswa lainnya untuk menonton. Apa lagi mereka di wilayah terbuka yang sering menjadi tempat lalu-lalang para siswa.

Yelin berlari ke samping, mengangkat ponselnya untuk memfoto adegan yang jarang terjadi dan tidak bisa menahan kegembiraan melihat asil fotonya.

Perkembangan situasi yang tidak diinginkan ini membuat yang lain agak bingung. Karena pada dasarnya mereka tidak pernah dekat satu sama lain meski sekelas. Pihak Nakusha adalah anak OSIS yang mengikuti peraturan dengan patuh, sedangkan pihak Salga malah sebaliknya, biang onar. Perbedaan kepribadian itu membuat mereka tidak menyukai satu sama lain.

“Dek, jangan difoto ya. Ayo hapus.” Caka memperingati Yelin dengan lembut.

Namun Genta memelototinya tidak terima. “Suka-suka adek gue, lah! Siapa lo nyuruh-nyuruh?”

“Ada hak cipta tuh muka Naku. Gak pasaran kek muka kalian.” Elazar mengejek tanpa takut.

“Cuih. Sok mahal. Muka dia seni? Gak seberapa dibanding Bos gue.” Abe membalas sinis.

“Kita diam bukan berarti cupu. Cuma gak mau jadi sampah kek kalian yang kerjaannya bikin masalah mulu,” sindir Caka sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

Salga terkekeh dan menepuk pundak Nakusha kuat. “Oh, suhu ternyata. Gue kira beneran cupu. Good.”

Nakusha menepis tangan Salga yang berada di bahunya.

Tanpa terasa sekitar mereka semakin ramai, seolah semua orang menunggu pertunjukan bagus. Mereka juga penasaran bagaimana Nakusha menanggapi, soalnya dia terkenal dengan kontrol emosi yang stabil.

Azalea merasa bahwa situasi sudah di luar kendali. Dia menggenggam tangan Yelin, lalu diam-diam menggeretnya kabur dari sana.

Run bestie run! Bisa-bisa kita juga kena masalah dari guru!”

Yelin menatapnya heran. “Lo gak mau tanggung jawab? Pasti karena lo Kak Alga sama Kak Naku cekcok.”

Bukannya bersalah, Azalea malah terkikik. “Biarin. Siapa suruh Nakusha ganggu gue.”

Yelin menatapnya kosong. “Hah?”

Di sisi lain, Nakusha meringsut menjauh sembari merapikan dasinya. Dia melirik ke arah Azalea yang memasuki gedung kantin sebelum melirik kedua temannya. “Cabut.”

Salga menyunggingkan senyum jijik. Dia menepuk tangan seolah ada debu di sana sebelum berbalik. Ketika melihat bahwa tidak ada lagi Azalea, dia mengerutkan kening.

Azalea & Alter Ego Boy ✓Where stories live. Discover now