38

55.3K 12.2K 5.6K
                                    

Nakusha diam, menatap ekspresi bingung gadis di hadapannya dengan tenang. Ketika mata gadis itu sedikit bergerak seolah kembali dari lamunannya, Nakusha terkekeh. “Gue bercanda.”

Namun Azalea tidak melepaskannya dengan cepat. Dia meremas pundak Nakusha agar tidak bergerak menjauh. “Lo bukan tipe orang yang suka becanda.”

Satu alis Nakusha terangkat. “Lo baru kenal gue sebulan lebih.”

“Emang.” Azalea mengedikkan pundak tak peduli. “Kalau emang lo pernah ngambil nyawa orang lain, pasti ada alasannya kan?”

Nakusha mengacak rambutnya sebelum membantunya turun dari meja. “Gak usah dipikirin. Gue cuma ngasal.”

“Tapi Ehan, lo belum kasih tau alasan kenapa sifat lo di luar sama di dalem beda!” seru Azalea yang sudah berdiri dengan kedua kakinya sambil berjinjit mencengkram leher baju jersey laki-laki itu.

“Gue—”

“Azel! Apa yang kamu lakukan?”

Tubuh Azalea mematung. Dengan kaku dia menoleh. Melihat wali kelasnya, Bu Istan, berdiri di ambang pintu sambil menatap keduanya heran, sontak Azalea melepaskan Nakusha dan mundur beberapa langkah, menjauh. Sedangkan Nakusha dengan santai merapikan bajunya yang sedikit berantakan karena perbuatan gadis itu.

“A-anu bu itu....”

Bu Istan bersedekap dada dengan wajah tegas. “Azel, tidak puas membuat masalah di kelas, kamu sekarang berani melabrak kakak kelasmu?”

“Saya— eh, apa?” Azalea mengerjap pelan beberapa kali. “Labrak dia?” tanyanya aneh sambil menunjuk Nakusha.

“Iya! Kamu tadi ingin memukul Nakusha, bukan?” Bu Istan menggeleng-geleng. “Azel, Azel. Jangan ganggu Nakusha terus menerus. Ibu dengar kamu mengganggu Nakusha selama ujian kemarin. Sekarang kamu ingin memukulnya. Kamu ada masalah apa sama dia? Tidak baik menyimpan dendam.”

Azalea tercengang. Dia menatap Bu Istan tidak terima sebelum melirik Nakusha tajam. Siapa yang mengganggu Nakusha? Yang diganggu adalah dirinya! Bahkan sebelum Bu Istan datang, dia dimanfaatkan laki-laki ini!

Ingin sekali Azalea mengatakan perbuatan buruk Nakusha, si anak baik di mata semua orang. Tapi pasti tidak akan ada yang percaya, bukan? Yang mungkin terjadi adalah dia dikira halusinasi!

Nakusha yang sejak tadi mengunci mulut beranjak mendekati Azalea lalu merangkulnya sembari meletakkan tangannya di atas kepala gadis itu.

“Azel hanya belajar akting untuk drama nanti. Tidak apa-apa.” Nakusha menepuk kepala Azalea berulang kali, membuat gadis itu mendelik samar.

Karena itu yang dikatakan Nakusha, Bu Istan langsung mempercayainya. “Jangan bermain di sini. Bergabung dengan tim.” Setelah itu wanita paruh baya itu melenggang pergi lebih dahulu.

Melihat sosok Bu Istan menghilang diujung jendela, Azalea menepis tangan Nakusha dari bahunya lalu melayangkan pukulan padanya. “Sejak kapan gue ganggu elo! Ih nyebelin banget!”

“Kapan?” Nakusha menatapnya lekat sambil menahan pergelangan tangannya. “Sejak lo datengin gue 52 hari yang lalu.”

Azalea mengernyit. Mengingat kapan 52 hari yang lalu itu. Sepertinya... saat dia pindah ke sini, kan?

Nakusha mengangkat dagunya, menatap mata menerawang gadis itu yang sangat menggemaskan, lalu memajukan wajah mengecup kedua pipinya. “Lo yang datengin gue duluan, inget?”

Gadis itu tersentak merasa sentuhan lembut di pipinya. “Tapi lo nolak gue... Lagian lo kok ambil kesempatan mulu sih? Kata Papa gue, kalau cowok beneran cinta sama ceweknya, dia bakal jaga, bukan ngerusak.”

Azalea & Alter Ego Boy ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang