31

58.6K 13.6K 8.2K
                                    

Buat seluruh saudari dan saudaraku (jika ada) yang membaca part sebelumnya, aku gak janji double up loh hari ini. Aturannya tuh sehari sekali. Kok pada ramai-ramai nagih update malam ini, ya? 🙂

Yaudah deh. Karena aku jodohnya Chanyeol yang baik hati, aku kabulkan. Hanya hari ini.🤝

***

Azalea kembali ke kamar asramanya sambil menenteng tasnya. Begitu mendongak, dia melihat sosok Salga bersandar di pintu, sepertinya sedang menunggunya.

Mengingat kejadian kemarin yang kabur meninggalkan Salga bersama Nakusha, dia menelan salivanya dan diam-diam ingin berbalik untuk kabur. Namun Salga sudah mengetahui presensinya sehingga mengambil langkah lebar dan menarik kerah belakangnya.

“Mau ke mana, Azel?” bisik Salga ringan dengan penekanan pada namanya.

Perlahan Azalea menolehkan kepala menghadap sang kakak lalu cengengesan. “Eh, Kak Alga. Apa kabar? Bukannya kamarnya Kak Alga gak di lantai ini, ya? Oh! Jangan-jangan Kak Alga nyasar? Sini Lele anterin balik.”

“Baik banget Azel,” ujar Salga penuh penekanan. “Tapi gak perlu. Masuk!” titahnya sambil menggeret gadis itu ke depan pintu kamarnya.

Azalea cemberut. Dia merogoh saku celananya mengambil kunci lalu dengan setengah hati membukanya. Salga tanpa basa-basi masuk, segera mengedarkan pandangan seolah mencari sesuatu.

“Periksa apa sih?” tanya gadis itu setengah sebal.

Salga memasukkan tangannya ke saku jaket. “Jejak cowok. Siapa tau lo diem-diem masukin orang gak jelas ke sini.”

“Astaga, fitnah lebih kejam dari pembunuhan, Kak.” Azalea berkata dramatis. “Gak sekalian meriksa kamar mandi ada apa di dalem? Tangkepin kecoak sampe cicaknya sekalian.”

Salga duduk di atas kasur gadis itu, meletakkan kedua tangan di belakang punggung untuk menopang badannya. Mengabaikan kalimat gadis itu. “Punya hubungan apa lo sama Nakusha?”

Saatnya diinterogasi.

“Dulunya sih roommate. Sekarang gak ada hubungan apa-apa.” Azalea mengatakannya dengan jujur. Mereka bukan teman, gebetan, pacar, apa lagi pasangan suami-istri.

Salga menatapnya sebentar sebelum mendengkus. “Oke, gue percaya. Pokoknya jangan dekat-dekat dia.”

Azalea duduk di kursi meja belajarnya sambil menghadap arah Salga. “Kenapa?”

“Munafik. Gue gak suka.”

Alis Azalea terangkat. “Kak Alga sok tau ih.” Beda di mulut beda di hati. Di mulut dia menyangkalnya, di hati dia mengiyakan.

“Jangan banyak tanya. Gue tau lo itu suka nyari masalah. Semakin dilarang, semakin lo buat.”

“Iya deh iya.”

Salga mengangguk puas. Dia berdiri dan melangkah menuju pintu. Sebelum dia benar-benar keluar, dia melirik Azalea. “Entar malem ke kantin. Gue traktir.”

Mata Azalea seketika berbinar. “Love you Kak!

Salga mendengkus lalu membanting pintu tertutup. Azalea tertawa bahagia. Dia tahu betul sifat sang kakak. Sok galak padahal perhatian.

***

Ujian hari ketiga, keempat, hingga seminggu! Azalea tidak bisa menahan diri lagi. Untung saja hari ini adalah hari terakhir ujian, sehingga dia tidak akan duduk di sebelahnya lagi.

“Lo mau apa, sih?” tanyanya datar.

“Mau lo,” jawab Nakusha langsung.

Azalea memutar bola matanya. Dia menarik napas, berusaha tenang. Bersedekap dada, dia duduk menghadap Nakusha. “Lo bukan gay.”

“Emang.”

“Terus?” tanya Azalea greget. Nakusha yang mendorongnya menjauh lebih dahulu. Ketika dia menyerah, laki-laki itu malah mendekat. Dia jadi bingung apa mau laki-laki ini.

“Lo bukan—”

Buru-buru Azalea membekap bibir Nakusha. Entah kenapa dia memiliki tebakan akan lanjutan kalimatnya. Jantungnya berpacu cepat dan segera mengedarkan pandangan. Untungnya saat ini sedang jam istirahat, jadi tidak banyak orang di sana.

Merasa sesuatu yang basah dan hangat mengenai telapak tangannya, tubuh Azalea merinding. Dia menarik tangannya, lalu menyadari bahwa Nakusha menjilat telapak tangannya!

“L-lo...” Wajah Azalea memerah. “Gue tadi megang sampah, belum cuci tangan!”

Laki-laki itu tersenyum samar. “Gue liat lo cuci tangan sebelum masuk kelas tadi.” Lagi pula tangannya beraroma sabun. Mau tak mau dia menjulurkan lidah menjilat sudut bibirnya.

Wajah Azalea semakin memerah melihat tindakannya itu. Dia mengepalkan tangan, melirik sekitarnya lalu mendekatkan wajah ke arah Nakusha.

“Lo tau sesuatu tentang gue?” bisiknya memastikan.

Nakusha ikut memajukan wajahnya tepat di samping telinga Azalea. “Setau gue, kita bisa pacaran tanpa khawatir gender sama.”

Napas hangat Nakusha yang berembus ke telinganya membuat Azalea gatal, ingin menggaruknya. Lalu ketika menyadari arti kalimat Nakusha, dia terbelalak. Respons yang terlambat.

Bagi yang lain, keduanya terlihat dekat seperti mendiskusikan sesuatu yang penting sehingga tidak ada yang memiliki kecurigaan apa pun.

“L-lo....”

“Jadi, gimana kalau kita bahas hubungan kita mulai sekarang, Azalea?” Senyum Nakusha mengembang lembut. “Gak ada kata mundur setelah provokasi gue.”

Meski nadanya lembut, itu terdengar seperti ancaman samar.

“Lo nolak gue!” timpal Azalea sambil membuang muka.

“Karena gue gak tau.”

Azalea tidak menjawab. Dalam hati masih shock karena tahu Nakusha begitu cepat menyadari penyamarannya. Nakusha meliriknya, lalu menggenggam tangan gadis itu dan meletakkannya di atas pahanya. “Kita pacaran?”

“Gak.” Melihat wajah Nakusha sedikit berubah, gadis itu segera menambahkan, “Lo kira sebelumnya gue gak sakit hati ditolak lo? Sekarang waktunya uji coba. Kalo cocok, lo jadi pacar gue.”

Wajah Azalea yang sengaja dibuat mendominasi dan galak membuat Nakusha terkekeh geli. Dia melirik sekitar dengan santai. Melepaskan kacamatanya, dia mengangkat buku menutupi sisi wajahnya lalu mencuri kecupan di sudut bibir Azalea.

Gadis itu membeku di tempat. Dia menyentuh bekas ciuman laki-laki itu lalu melotot ke arahnya. “F*u*c*k you!

Nakusha tersenyum samar. “Kapan?”

TBC

October 15, 2021.

5K komen.

Menggantung itu asik. Ehe.

Azalea & Alter Ego Boy ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang