30

60K 13.5K 8.6K
                                    

Dapet spoiler di IG baru cepet ya komennya padahal rencana mau up malem :")

Bagi yang belum follow, harus follow. Wajib. @shinyalph

Gak kerasa dah 30 part.

***

Nakusha berbalik, sambil berjalan dia menarik lengan sweaternya hingga siku lalu menggenggam tangan Azalea agar meninggalkan tempat tersebut.

Azalea mengikuti langkahnya dengan kikuk. Menoleh ke belakang, dia bisa melihat Dava berusaha bangkit dari tanah diiringi rutukan kasar.

Menelan salivanya perlahan, Azalea menatap sisi wajah Nakusha. Samar, namun dia dapat melihat betapa dinginnya raut wajah laki-laki itu. Tersadar, Azalea langsung menarik tangannya dari Nakusha. Dia kira akan sulit. Namun ternyata dengan sedikit tarikan, tangannya sudah bebas dari genggamannya.

“Itu... makasih Nakusha.” Azalea mencicit takut sebelum berlari pergi.

Hingga dia hampir memasuki gedung asrama, langkahnya terhenti. Hatinya tiba-tiba merasa bersalah. Nakusha menyelamatkannya hingga membuat kacamatanya rusak. Masa dia hanya mengucapkan terima kasih?

Plin plan sejenak, Azalea mempertimbangkan dengan baik lalu berbalik. Ternyata Nakusha masih tertinggal jauh. Meski dia takut berjalan sendiri di malam ini, bukankah masih ada Nakusha?

Memikirkannya dia lega. Menguatkan tekadnya, dia berjalan kembali ke arah di mana dia meninggalkan Nakusha. Namun baru berjalan 15 meter, di sebuah gazebo, dia melihat sosok Nakusha bersandar.

Gadis itu mendekatinya ragu-ragu. Ada asap di sekitar laki-laki itu, membuat Azalea kembali tidak yakin.

“Nakusha?”

Laki-laki yang dipanggil namanya tersebut dengan santai menoleh. Namun karena itu, Azalea jadi membeku. Tanpa kacamata, sorot matanya terlihat tajam dan dalam, seolah akan mengisap dirinya ke dalam sana.

“Azalea....” Nakusha tertawa rendah. Tatapannya samar, melihat gadis itu berdiri empat meter darinya dengan latar belakang remang-remang. Kulit putihnya bersinar di bawah lampu dengan ekspresi kaku.

“Lo pasti merasa sesak, kan?” Sudut bibir Nakusha terangkat. Asap tipis melewati wajahnya, menambah pesonanya misteriusnya. “Gue denger nekan dada terlalu lama bikin peredaran darah jadi gak lancar.”

“Jadi?” Otak Azalea belum terhubung arti kalimat Nakusha.

“Alternatifnya ada satu, memijit dada.” Nakusha mengangkat satu tangannya, mengisap sepuntung rokok di sela jemarinya. Dia membuka sedikit bibirnya, membiarkan asap keluar bertebaran dari sana. Menyipitkan mata, dia menatap Azalea dengan seringai jahat. “Lo butuh bantuan gue?”

Ekspresi Azalea berubah terkejut. Tanpa sadar dia mundur selangkah, menatap laki-laki itu tidak percaya. “M-maksud lo?”

Dari ucapan Nakusha, tidak mungkin dia menemukan sesuatu, kan?!

Nakusha membuang sisa rokoknya ke tanah, menginjaknya hingga padam lalu melangkah santai mendekati Azalea.

Merasa bahwa posisinya terancam, Azalea berbalik hendak kabur, namun tangannya segera dicekal dan ditarik hingga menabrak dada bidang Nakusha. Aroma dingin dicampur rokok membuat kepala Azalea sedikit pening.

Nakusha menunduk, menatap sosok yang menempel padanya dengan lekat. “Lo ngerti maksud gue.”

“Naku—”

“Ehan. Gitu kan cara lo manggil gue sebelumnya?” tanya Nakusha dengan suara rendahnya.

Azalea mendongak menatapnya lalu mengangguk. “Tapi lo gak suka.”

“Panggil gue lagi.”

“Na—”

Nakusha mencengkram pinggang Azalea lebih erat. “Ehan.”

“Oke, oke, Ehan. Bisa lepas gak?” Soalnya berbahaya bagi jantung. Jika ada setan lewat terus Azalea jadi khilaf menerjang Nakusha bagaimana?

“Gak mau.”

Eh? Azalea mengerjap beberapa kali. “Ehan....”

Sorot mata Nakusha berubah dalam. Dengan satu tangannya yang bebas, dia mengusap bibir bawah Azalea lembut. “Gue mau cium di sini. Boleh?”

“Ngga—”

Tangan Nakusha beralih menjepit dagu Azalea lalu wajahnya dengan cepat mendekat, memblokir sisa penolakannya.

***

Kantung mata Azalea terlihat jelas hitamnya. Kepalanya terbaring lemah di atas meja, sesekali menguap pelan sebab kekurangan tidur. Merasakan pergerakan di sebelah, dia menoleh dengan wajah galak.

Melihat wajah tampannya dengan kacamata, dia mendelik. Kenapa dia baru menyadari bahwa laki-laki ini sangat agresif? Lalu apa maksud dari kata-katanya kemarin? Memijit dada? Memangnya Nakusha tahu dia seorang gadis?

Nakusha meliriknya sekilas lalu kembali menatap buku di atas mejanya, membuat Azalea semakin kesal. Dengan kasar dia menutupi buku Nakusha, mencondongkan tubuhnya ke depan laki-laki itu.

“Lo aneh!”

Nakusha tersenyum samar. “Gue aneh? Di mana?”

“Tadi malam! Lo....” Azalea seketika menelan kembali kata-katanya begitu menyadari bahwa dia sudah mengambil atensi orang-orang di ruang ujian tersebut.

“Azel!” bisik seorang gadis yang ternyata teman sekelas Azalea sambil melambai. “Jangan gangguin Kak Naku belajar, atuh.”

“Gue cuma—”

Kalimat Azalea lagi-lagi terhenti begitu pengawas ujian datang. Dia melirik Nakusha tajam lalu membuang mukanya.

Meski Azalea kesal dan tidak mau bersebelahan dengan Nakusha, namun dia tidak bisa menukar tempat. Jadi dia harus bisa menahan diri atau tidak dia akan melompat menggigit laki-laki itu saking marahnya.

Kejadian semalam membuatnya tidak bisa tidur nyenyak. Nakusha mencium hingga menggigit bibirnya, membuatnya bengkak bahkan terluka. Azalea sampai curiga bahwa hari ini dia akan sariawan karena perbuatan laki-laki itu.

Untungnya Nakusha tidak bisa memanfaatkannya lebih lama sebab Azalea menendang tulang keringnya, membuat perhatian laki-laki itu terfokus pada rasa sakit yang tiba-tiba datang, dan keluar dari dekapannya kemudian lari terbirit-birit.

Mengerjakan ujiannya sambil menyimpan dendam, Azalea tiba-tiba merasa tangannya digenggam. Ketika menunduk, dia melihat tangan kirinya yang berada di pahanya kini diselimuti telapak tangan lebar yang berasal dari sosok di sebelahnya.

Mata Azalea melotot. Dia menatap Nakusha dan memperingati, “Lepas.”

Tapi sayangnya, Nakusha mengabaikannya.

Azalea menggertakkan gigi dan kembali berbisik. “Gimana bisa lo nulis kalau pegang gue gini?!”

Nakusha akhirnya meliriknya sedikit lalu mengangkat tangan kirinya yang memegang pulpen. “Gue kidal.”

Azalea kehilangan kata-kata sejenak. Dia menarik napas lalu mengembuskannya. Gak boleh marah, gak boleh marah. Sugestinya pada diri sendiri.

“Ehan,” panggil Azalea lembut.

Nakusha menoleh sepenuhnya. Ingin mengetahui apa yang ingin dia katakan.

“Gue bisa panggil lo diam dalam bahasa Mandarin?”

Alis Nakusha terangkat, seolah memintanya melanjutkan.

Azalea tersenyum manis. “ān jìng.

TBC

October 15, 2021.

5K komen.

Azalea & Alter Ego Boy ✓Where stories live. Discover now