Chapter 3

25.4K 2.1K 95
                                    

[Elbara pov]

"Raya? Raya? Bangun Raya!" Gue menepuk-nepuk pipinya pelan.

Raya masih tak kunjung bangun. Dua adik kelas terlihat sangat ketakutan. Mereka bahkan menelan ludah beberapa kali.

"Kak, maaf, kami nggak sengaja," papar adik kelas dengan rambut berkuncir kuda.

Gue nggak menghiraukan apa yang cewek itu katakan. Gue pun segera menggendong Raya menuju UKS. Tapi baru beberapa langkah gue beranjak, gue terhenti dan menoleh ke arah 2 adik kelas itu.

"Kalian!" Kata gue.

"I...iya, Kak...." kata mereka gugup.

"Kalau kalian atau teman-teman kalian melakukan hal seperti ini lagi, gue nggak akan tinggal diam!"

"I....iya...Kak" Mereka menelan ludah kembali.

Gue pun melanjutkan langkah tapi gue kembali berbalik menatap mereka sinis.

"Oh iya satu lagi!" Ucap gue tegas. "Tolong kasih tau Arsyaf kalau pacarnya ada di UKS. ngerti?!"

"Ba...baik, Kak!"

Setelah membawa Raya ke UKS, gue pun membaringkannya di atas ranjang lalu menatapnya iba. Gue menunggu beberapa saat di sampingnya sampai perawat sekolah datang. Gue sadar kalau gue bukan siapa-siapa. Gue nggak berhak ada di sampingnya. Itulah sebabnya gue menyuruh dua cewek tadi memanggil Arsyaf ke UKS. Tak lama setelah itu, perawat sekolah pun datang dan gue pun langsung pergi dari UKS.

Dari lantai 2, gue bisa melihat Arsyaf berlari menuju UKS. Dia terlihat sangat cemas. Jangan tanya gue cemas atau enggak! Tentu saja gue sama cemasnya dengan Arsyaf. Setelah melihat Arsyaf masuk, gue kembali menuju UKS untuk melihat keadaan Raya.

Kali ini gue tidak masuk. Gue hanya berdiri di ambang pintu sambil melihat Arsyaf duduk di samping Raya sambil menggenggam lembut tangan cewek yang gue cinta itu. Tangan gue mengepal marah tapi gue nggak bisa berbuat apa-apa.

Mereka terlihat bercakap-cakap sebentar lalu mereka berpelukan mesra. Dan yang lebih membuat gue sakit, Raya memeluk Arsyaf duluan lalu Arsyaf membalas pelukannya. Sial!!

***

[Raya pov]

Kejadian tadi di sekolah terasa sedikit aneh. Kenapa Arsyaf yang berada di samping gue? Padahal saat pingsan, gue samar-samar melihat El yang menggendong gue menuju UKS. Walaupun pengelihatan gue saat itu agak nggak jelas, tapi gue yakin kalau itu El bukan Arsyaf. Aaaaarrrghh!!

Apa itu hanya imajinasi gue saja? Apa karena kulit mereka sama-sama putih, jadi gue mengira Arsyaf adalah El? Ya! Benar! Mungkin gue yang salah lihat karena saat itu pengelihatan gue yang nggak berfungsi dengan baik.

Tidak dapat dipungkiri kalau gue juga sayang sama El. Walaupun dia tidak banyak bicara, tapi dia sangat peduli sama gue. Dia seperti kakak laki-laki bagi gue. Dia selalu melindungi gue ketika gue berada dalam masalah. Di antara ketiganya, dia lah yang paling dewasa. Mungkin karena dia terbiasa hidup sendiri tanpa orang tua. Ah, kenapa gue jadi memikirkan El? Ada apa dengan gue? Kenapa gue sering memikirkan El?

Arsyaf yang menggendong gue ke UKS dan berada di samping gue sampai gue bangun. Sadar, Ray! Sadar! Hati lo kenapa suka nikung sih? Hati gue ngebacot sendiri.

Arsyaf adalah pacar terbaik di dunia. Walaupun secara tindakan gue nggak selingkuh, tapi hati gue nggak bisa bohong. Jujur, gue lama-kelamaan juga mempunyai rasa sama El.

Note : Hayooo... readersnya masih milih Arsyaf nih?

FEMME FATALE 2 / Cewek Cetar Season 2 Where stories live. Discover now