Chapter 56

17.9K 1.4K 153
                                    

[Renan pov]

Lagi, si kuntilanak ngajak gue vidio call-an. Bukannya gue nggak mau, tapi dia selalu ngajak vidio call-an di saat yang nggak tepat, misalnya saja saat gue lagi tidur, saat gue lagi nongkrong sama temen-temen gue, dan paling parahnya, dia sekarang ngajak gue vidio call-an pas gue lagi buang hajat. Yakali gue angkat! Gue biarin tuh HP geter-geter sampai gue selesai lah.

Ddrrrtt...

Tuh kan. Ada panggilan lagi. Setelah gue selesai cebok dan pakai celana, barulah tuh ajakan vidio call gue terima.

"Halo, Pret!" Seorang cewek yang pipinya kini bertambah temben menyapa gue sambil melambaikan tangannya. "Pret, ngapain sih, lama bener angkat vidio call dari gue," tegurnya seraya mengerucutkan bibirnya.

"Yakali gue angkat vidio call elo pas lagi boker. Lo mau lihat harga diri gue apa?" omel gue melotot.

"Ih najis!" Dia bergidik ngeri.

"Mau curhat apa lo kali ini?" Gue berjalan keluar kamar mandi lalu duduk di atas kasur.

"Eh, gue sekarang lagi deket sama cowok."

Alis gue terangkat karena sedikit kaget. "Deket sama cowok?"

Dia mengangguk malu-malu. "Namanya Sam, dia itu udah ganteng, pinter, cool, terus baik hati lagi!" paparnya ngotot.

"Terus, lo suka?"

"Kalau dibilang suka, gue suka. Tapi sekedar ngefans. Soalnya dia tuh sempurna menurut gue."

Gue menghela napas lega. Jujur saja, sejak Raya dan Arsyaf putus, gue sampai sekarang nggak pernah makan ati. Paling-paling makan ampela. Gue nggak pernah sakit hati karena cemburu.

"Eh BTW, lo belum mandi yak? Wajah lo, Ren! Kayak kambing melet habis disembelih," celetuk Raya asal.

"Itu yang disukai cewek, Ray," sahut gue bangga.

"Huweeh." Raya menjulurkan lidahnya, bertingkah seolah mau muntah. "Dasar celeng kepet!"

"Eh BTW, lo tambah sexy, Ray," goda gue cengingisan. "Jamu apa?"

"Jamu asam urat. Lha elo kok tambah tinggi? Lu minum boneto?" Ia menimpali.

"Minum boneto? Lo pikir gue ABG?"

"Iya, elu ABG, Anak Bau Got!" celetuk Raya sambil terkekeh kecil. "Mandi sana! Dasar kecoa jorok!"

"Iya, kodok tokotok."

Ceklek...

Terdengar suara pintu kamar kos gue terbuka. Di ambang pintu itu menyembul kepala Arsyaf. Gue langsung buru-buru mengakhiri vidio call dengan Raya. Gue nggak mau Raya frustrasi gara-gara Arsyaf lagi.

"Ngapain lo ke sini?" tanya gue ketus.

Sudah tiga kali gue pindah kos. Dan Arsyaf selalu mengikuti kemana pun gue pindah. Dia meyakini kalau gue tahu di mana keberadaan Raya sekarang.

"Lo habis vidio call-an sama siapa?" tanya Arsyaf penuh curiga. "Sama Raya?" tebaknya.

"Raya lagi Raya lagi. Tadi itu cewek gue. Kenapa emang?" sahut gue nyolot.

"Ren, gue yakin lo tahu di mana Raya sekarang. Jadi please! Tolong kasih tau gue." Dia kembali memohon seperti hari-hari sebelumnya.

Gue selalu merasa iba melihatnya terus memohon, bahkan mengemis pada gue hanya untuk mengetahui di mana keberadaan Raya sekarang. Tapi gue sayang sama Raya. Gue nggak bisa biarin Arsyaf mengganggunya untuk saat ini. Mentalnya masih rapuh setelah kecelakaan kedua orang tuanya. Dokter bilang, orang-orang di sekeliling Raya harus berhati-hati dalam berucap. Kata yang berhubungan dengan kenangan buruk yang dialami Raya bisa membuat Raya kembali depresi.

FEMME FATALE 2 / Cewek Cetar Season 2 Where stories live. Discover now