Chapter 67

18K 1.3K 106
                                    

[Author pov]

Sudah seminggu berlalu sejak pertemuan singkatnya dengan Lea. Raya mencoba tak menangis. Ia bahkan tidak bercerita pada Renan tentang pertemuannya dengan Lea. Sekarang, dia akan melupakan semuanya dan memulai dari awal lagi. Ya, itulah tekadnya saat ini.

Di keramaian restoran Raya melamun dengan segelas jus jambu sudah bertengger di atas meja. Semua es batu di dalamnya hampir mencair. Bulir-bulir embun semakin lama semakin banyak menetes dari gelas jusnya.

"Woi!" Anila melambai-lambaikan tangannya di depan mata Raya.

Raya langsung menyingkirkan tangan Anila yang mengganggu lamunannya. "Apaan sih!" katanya judes.

"Lagi mikirin mantan lo yang konon katanya super ganteng itu ya?" ledek Anila.

"Apaan sih lo, Nil! Annoying!"

Ya! Seringkali Raya menceritakan soal Arsyaf dan El pada Anila, teman sekantornya. Sebenarnya, Anila adalah salah satu bawahan Raya. Dia berada di bagian divisi interior. Sejak pergi ke Jepang 7 tahun yang lalu, Raya tidak mempunyai sahabat baik. Dia kehilangan kontak dengan semua teman SMA-nya semenjak dia memutuskan untuk melepaskan Arsyaf dan seluruh kenangannya.

"Udahlah, Ray! Nggak usah dipikir lagi yang namanya mantan. Mereka emang harus dimuseumkan atau dibakar!" Anila menyeruput sedikit jus alpukatnya melalui sedotan.

"Gue belom bisa move on, Nil."

Bola mata Anila sedikit maju, membulat sempurna. "Hari gini nggak bisa move on?"

"Ya... kalau ada yang lebih ganteng daripada mereka, gue mungkin bisa move on." Raya meringis.

"Sumpah dunia akhirat ya, Ray! Gua kagak percaya kalau mantan lo yang bernama si A dan si E itu super ganteng idola sekolah."

Raya mengerucutkan bibir mungilnya. Selama dua tahun bersahabat dengan Raya, Anila masih belum percaya bahwa sahabatnya itu memiliki dua mantan super ganteng. Ya! Bagaimana tidak? Selama ini jika Raya bercerita tentang kedua mantannya itu, Raya tidak berani menyebutkan nama mereka secara langsung dan hanya menyebut mereka berdua dengan inisial saja yakni A untuk Arsyaf, dan E untuk Elbara.

"Lo nggak percaya gue juga nggak apa-apa. Nggak ada ruginya juga buat gue." Kini giliran Raya yang menyeruput jus jambu.

"Udah ah! Gue bosen dengerin cerita hoax lo. Mendingan kita bahas proyek pembangunan resort Bakti Jaya Indah di Bali."

"Ogah! Gue lagi nggak mood!"

"Dasar moodyan!"

"Biarin!"

"Ya udah kalau nggak mau bahas kerjaan. Pulang yuk! Sudah sore nih!" ajak Anila buru-buru menghabiskan jusnya.

"Ayuk!" Raya berdiri lalu menenteng tas Branded-nya.

***

Raya menekan beberapa angka password untuk memasuki apartemennya. Tapi dia selalu salah. Keningnya mulai mengerut keheranan. Ya! Sejak tiga hari lalu Raya terlalu sering mengganti password apartemennya dengan password yang baru karena akhir-akhir ini banyak desas-desus ada penguntit berkeliaran di sekitar apartemen.

"Ada apa, Ray?" tanya Anila dengan alis terangkat.

"Gue lupa kata sandinya!" jawab Raya santai.

"Ya elah nih anak! Kenapa bisa lupa? Lo kan jenius!"

"Jenius pala lo!"

"Lo itu ya... baru gue tinggal tiga hari buat liburan aja udah berani-beraninya ganti kata sandi seenaknya. Emangnya ini apartemen milik lo doang apa?" Anila berkacak pinggang sambil melotot.

FEMME FATALE 2 / Cewek Cetar Season 2 Where stories live. Discover now