Chapter 39

17.3K 1.2K 39
                                    

[Raya pov]

Kaki gue melangkah menuju bukit belakang sekolah. Napas gue terasa ngos-ngosan setelah mencari El ke mana-mana. Tapi, di sana nihil. El tidak ada. Sebenarnya di mana dia?

Aaarrrgghh

Teriak gue ketika seorang cowok tiba-tiba melompat dari atas pohon. Untung bukan monyet. Ya. Dia El. Sambil menepuk-nepuk dada pelan, gue mencoba meredam kekagetan.

"El! Kamu ngagetin aku tau nggak?" bentak gue marah.

Dia malah meringis senang. "Maaf ya guru Tong." Dia mengacak rambut gue.

Sumpah! Gue jadi tersipu malu. Pipi gue memerah. "Apaan sih!" Gue menepis tangannya.

Gue bisa melihat seragam yang ia kenakan masih putih bersih. Itu tandanya masih belum ada orang yang mencorat-coret seragamnya. Apa dia menunggu gue?

"Ini!" Dia tiba-tiba menyodorkan sebuah spidol merah pada gue. "Tulis sesuatu di seragamku!"

Alis gue terangkat. Benar dugaan gue. Mungkin dia ingin gue menjadi orang pertama yang mencorat coret seragam putihnya. Gue pun menyambar spidol itu, membalikkan badannya, lalu mulai menulis.

Love you more, El jelek!

"Kamu nulis apa?" tanya El penasaran.

"Aku nulis, awas ini ketua geng!" jawab gue asal.

Dia terkekeh lalu membalikkan badannya kemudian menatap gue lekat. "Sekarang, mana punggungmu? Aku mau nulis sesuatu," paparnya.

Kini giliran gue yang membalikkan badan dan menyiapkan punggung untuknya. Apa dia menulis sesuatu? Kenapa tidak terasa? Pikiran gue melayang-layang, menerka-nerka apa yang ia tulis.

"Kamu nulis apa sih, El? Kok nggak terasa?" Pertanyaan yang sedari tadi gue simpan akhirnya terlontar juga.

"Entar kamu cari aja. Kalau kamu nggak nemu, berarti ..." El tercekat.

"Berarti apa?" Alis gue terangkat sejenak.

"Lupakan," katanya.

Aneh, kenapa gue merasa kalau El menyembunyikan sesuatu dari gue? Sebenarnya, apa yang El sembunyikan? Apa itu hanya perasaan gue saja?

***
[Elbara pov]

Mungkin hari ini akan menjadi hari terakhir gue bertemu Raya. Sedih rasanya. Dialah satu-satunya orang yang gue sayang di dunia ini. Dan karena gue terlalu menyayanginya, gue harus meninggalkannya secepat mungkin, sebelum Papa mencelakai keluarganya.

Gue nggak boleh egois. Bagi gue, lebih baik melihat dia bahagia bersama orang lain daripada harus menderita hidup bersama gue. Awalnya gue sangat menginginkannya berada di samping gue. Tapi jika itu membuatnya terluka, maka tidak perlu. Lebih baik gue yang pergi.

Apa kalian tahu gue nulis apa di seragam Raya? Gue nulis, Aku akan kembali di balik kerah bajunya. Mungkin dia bisa saja tidak menemukan tulisan itu. Karena memang gue menulisnya di tempat yang sulit untuk ditemukan, sekali lagi, di balik kerah baju bagian belakang.

Di tepi pantai gue merenung. Ini adalah hari terakhit gue bersama Raya. Sedih rasanya. Tapi mau bagaimana lagi? Karena jika tetap bersamanya, gue akan semakin sedih jika melihatnya terluka.

Gue menghela napas panjang sambil menikmati sunset indah di ufuk sana. Tenggelamnya bola orange itu akan selalu mengingatkan gue pada sosok Raya, satu-satunya gadis yang pernah menemani gue melihat mega merah di ujung sore yang hangat.

Gue pun mengambil ponsel dari saku celana gue, lalu bersiap membuangnya jauh-jauh ke laut. Tapi gue tercekat, ingat kalau di dalam ponsel ini masih menyimpan banyak foto gue bersama Raya. Gue pun melepaskan kartu kecil dari wadahnya, lalu melemparnya ke air agar Raya tidak bisa menghubungi gue lagi. Jika papa tahu kalau gue dan Raya masih berhubungan, maka papa nggak akan segan-segan mempercepat kebangkrutan perusahaan papanya Raya.

***

[Raya pov]

Setelah selesai mandi, gue buru-buru menyisir tulisan-tulisan yang bertebaran di seragam gue yang tadinya putih bersih. Pertama, gue membaca tulisan Arsyaf. Gue jadi tersenyum sendiri.

Love love love
Cewek cetar, item, dekil, cerewet, but I love her.

Bagaimana bisa gue nggak tertawa? Tulisannya jelek banget kayak cacing kremi, sulit dibaca. Apa mungkin dia baru belajar menulis? Gue terkekeh.

Gue pun bergegas mencari tulisan El. Dahi gue mengernyit. Sudah sekitar lima belas menit gue mencari tulisannya, tapi tetap tidak ketemu. Gue hanya nemu tulisan Arsyaf, Renan, Lea, dan Murti. Tapi di mana tulisan El? Apa dia tidak menulis sesuatu di punggung gue? Apa itu sebabnya gue tak merasakan guratan pena yang ia ayunkan? Gue pun mendengus kesal. Lalu gue memutuskan untuk menanyakan pada orangnya langsung.

Raya    : km nulis dmn, El?

Rasanya dag dig dug menunggu balasan SMS dari El. Lama banget gue menunggu. Tapi tetap saja tidak ada balasan darinya. Gue pun mencoba menelponnya. Tapi hanya ada suara embek embek customer service yang mengatakan kalau nomer El sedang tidak aktif. Apa mungkin El lupa menge-cash ponselnya?

Tak sabar rasanya gue mendengar suara El. Lagi, gue menelponnya. Tapi sama seperti tadi, hanya ada jawaban dari embek-embek customer service. Eh, maksud gue embak-embak. Gue pun mendengus kesal, membanting diri di atas kasur sambil memandangi langit-langit kamar. Sebenarnya, ada apa dengan El?

***

Dooorr dooorr dooorr

Suara ketukan pintu terus menderu keras-keras. Sambil membuka mata yang masih terasa lengket, gue menutup telinga gue dengan bantal. Suara salah satu cowok yang gue kenal terus memanggil-manggil nama gue. Mau apa sih dia? Ini kan masih pagi!! Apa dia lupa kalau gue alergi bangun pagi kalau lagi musim libur kayak gini?

"Raya! Raya bangun!" teriak cowok sontoloyo itu sambil terus menggedor-gedor pintu kamar gue.

"Apaan sih! Pergi sana ke tong sampah! Gue masih ngantuk nih!" sahut gue sambil membenamkan sekujur tubuh di balik selimut.

Dia masih belum jera. Ia terus mengetuk pintu kamar gue. Emangnya dia pikir pintu kamar gue itu bedug apa? Ditabuh bolak-balik udah kayak orang mau bangunin sholat aja.

"Raya! Raya! Pokoknya lo harus bangun!" teriak cowok itu berulang kali.

Aawrrrhhh

Gue sudah tak tahan dengan teriakannya. Akhirnya gue pun terbangun lalu berjalan menuju pintu sambil menghentak-hentakkan kaki kesal. Sambil mengucek mata, gue memasang muka cemberut. Dan dia malah mengoyak-ngoyak tubuh gue sambil marah-marah nggak jelas.

"Raya! Bangun!" tegurnya lagi. "Bangun woi! Lo pikir, lo ini sleeping beauty apa?"

"Bushet dah!" teriak gue sambil mengusap muka. "Liur lo muncrat tauk!"

*****🐤🐤🐤*****

Vote dan komen yak

Siapakah cowok yang menggedor-gedor pintu kamar Raya?

FEMME FATALE 2 / Cewek Cetar Season 2 Where stories live. Discover now