Chapter 15

21.5K 1.8K 140
                                    

[Raya pov]

"El, gue mau ngomong sama lo," kata gue ketika sampai di gudang belakang sekolah, base camp anak-anak paling brandal di sekolah, termasuk El.

Ya Tuhan! Di sana penuh asap rokok. Hampir semuanya menghisap sepuntung rokok baik itu cewek atau cowok dengan berteman sebotol teh dingin. Ada juga beberapa jenis camilan di atas meja usang. Sungguh nggak gue sangka di tempat itu banyak orang juga! Ada Zen, Teo, Dodot, Natasya, Berliana, bahkan ada Renan.

El menoleh, menatap gue sejenak lalu berdiri kemudian melangkah keluar dengan kedua tangan yang tersimpan di saku celana. Gue mengikutinya dari belakang. Sesampainya di luar gudang, mata gue kembali berkaca-kaca.

"El, gue mau tanya, kenapa lo pacaran sama Pamela?" Tanya gue menahan tangis, kemudian gue menelan ludah.

Mata El melebar sesaat. "Karena....." dia terhenti tampak berpikir.

"Jangan bilang karena lo beneran cinta sama dia!"

"Ray, kenapa lo tiba-tiba....."

"JAWAB PERTANYAAN GUE! KENAPA LO PACARAN SAMA PAMELA!!"

"Iya! Gue pacaran dengan Pamela karena gue cinta sama dia. Puas?!" Kata El kasar sambil mendelik.

Hati gue teriris. Perih bukan main. Tangis gue seketika itu pecah. Beberapa butir air mata dengan lancang terjun begitu saja.

Gue menggeleng tak percaya sambil melangkah mundur menjauhi El yang berpaling muka. "Itu nggak benar! Itu nggak benar!" Ucap gue lalu berlari pergi meninggalkan El.

Sejak perdebatan kami pagi itu, gue dan El tidak pernah berkomunikasi lagi. Dia tidak membalas chat atau SMS dari gue. Bahkan saat bertemu, kami seperti orang asing. Dia selalu saja mengabaikan keberadaan gue. Dia terkesan menghindar. Jujur, gue capek kayak gini terus. Gue capek!

***

Dada gue terasa sesak memikirkan El. Gue pun terbaring di atas kasur sambil beberapa kali mata gue mengerjap menatap langit-langit kamar. Tanpa berbuat apa-apa, rasa sesak itu terus menghardik sukma gue. Lagi-lagi air mata dengan lancangnya mengalir begitu saja. Sempat ada beberapa pertanyaan yang lalulalang di pikiran gue. Mengapa El berbohong? Mengapa El tidak mengatakan yang sebenarnya kalau dia pacaran sama Pamela demi melindungi gue?

Gue pun terbangun setelah berputar-putar memikirkan hal itu lama sekali, mengusap air mata, lalu beranjak pergi menuju gudang. Kemudian mengeluarkan motor kak Icha dan mengendarainya sampai ke rumah El.

Ting tung ting tung

Gue pencet tuh tombol berulang kali seperti layaknya gue memencet sebuah jerawat yang tumbuh di dahi tempo hari. Tak lama kemudian, El membuka pintu. Matanya melebar ketika ia melihat gue. Dia langsung buru-buru menutup pintu kembali tapi gue dengan sigap menghentikan pintu itu sekitar 10 cm sebelum pintu yang dibuka El benar-benar menutup.

"Gue mau ngomong sama lo!" Kata gue tegas.

El menghela napas berat. "Baiklah. Kita bicara di taman aja," sahut El kemudian keluar dari dalam rumah.

Kami pun berjalan menuju taman di dekat rumah El. Gue mengikutinya dari belakang. Astaga! Gue mulai napsu ketika melihat punggung El yang begitu lebar dengan lengan yang tampak kokoh. Sering kali gue seperti ini. Terhipnotis oleh fisik El yang memperdaya naluri wanita yang ada dalam diri gue.

"Lo mau ngomong apa?" Tanya El ketika kami sampai di taman lalu dia berbalik menatap gue datar seolah acuh.

"Gue mau penjelasan dari lo!"

"Tidak ada yang perlu untuk dijelaskan."

"Gue sudah tau semuanya, El! Gue tau kalau lo pacaran sama Pamela buat melindungi gue dari pembullyan di sekolah. Iya kan?" Gue memegang sebelah tangan El dengan dua tangan.

El membuang muka seakan tak berani menatap mata gue yang berkaca-kaca.

"Jangan seperti ini, El. Jangan pernah berkorban demi gue. Jangan pernah! Gue mohon!" Tambah gue.

El masih tak menyahuti ucapan gue. Mata kami belum bertemu di satu titik. Ia masih berpaling muka. Sakit banget rasanya jika diacuhkan oleh orang yang kita sayangi.

"Jangan pernah berkorban demi gue." Kalimat yang sama terus gue tegaskan. "Jika lo terus berkorban, maka gue akan benar-benar......" Gue terhenti, enggan untuk merampungkan kalimat yang selanjutnya.

Mata El melebar memandangi wajah gue yang tampak tertekan dengan sikapnya yang acuh akhir-akhir ini. Dia tampak ingin mendengar kalimat gue yang belum selesai. Mulutnya masih bungkam. Tak berkata sepatah kata pun. Nampaknya El yang pendiam kembali hadir.

"Jangan seperti ini, El! Kalau lo seperti ini, gue benar-benar akan...." Lagi-lagi kalimat yang hampir sama gue ucapkan.

"Benar-benar apa, Ray?" Kali ini El angkat bicara.

"Gue benar-benar akan....." kata gue masih enggan. "Jatuh cinta sama lo!"

note : seperti sebelumnya ya guys! El adalah tipe cowok yang nggak banyak bacot. Mencintai dengan tindakan bukan dengan kata-kata. Icikiwiiiir....

Berbeda dengan El, Arsyaf tipe cowok yang banyak bacot dan suka menggombal. Tapi dia menggombal hanya pada satu cewek saja, yaitu Raya.

Bagaimana kisah selanjutnya? Siapa di antara mereka berdua yang akan dipilih Raya?

Thor, tari Thor thor! Lanjut dong 😢

Oke Der, Readers. Rabu lagi ya, Der.

FEMME FATALE 2 / Cewek Cetar Season 2 Where stories live. Discover now