Chapter 9

22K 2K 54
                                    

[Raya pov]

Di taman dekat kompleks, gue malamun, merenungkan apa yang selama ini gue bimbangkan. Gue menatap danau dan pepohonan sembari menghela napas beberapa kali, memaki diri sendiri yang tak setia. Padahal saat Geum Jan Di selingkuh sama Yoon Ji Hoo, gue hujat tuh anak sampek tenggorokan gue kering minta aer. Tapi saat gue sekarang berada di posisi yang hampir sama dengannya, rasanya ada perasaan membenarkan apa yang dia lakukan.

"Neng Raya?" Seseorang yang suaranya terdengar tidak asing tiba-tiba menyapa gue.

Gue menoleh malas ke arahnya. Melihat dia tersenyum dengan gigi kuningnya, membuat gue bergidik ngeri. Gue takut mata gue buta karena silau. Tuh gigi kayaknya lebih kejam daripada pancaran sinar ultraviolet deh!

Sobirin kemudian duduk di samping gue. Dengan cepat gue bergeser menjauh, takut bau jigong mulutnya memperkosa lobang hidung gue.

"Neng Raya, kenapa Neng Raya nggak dateng di ulang tahun Abang Birin?" Tanya jenglot berkulit hitam sehitam pantat wajan yang kini menatap gue dari samping.

"Gue nggak ada duit buat beli kado!" Jawab gue malas.

Boro-boro mau ngasih kado ke Sobirin! Ngasih kado ke pangeran Arsyaf yang super ganteng aja gue nggak pernah. Apalagi ngasih kado ke seekor Jenglot! Yang ada bukan gue kasih kado tapi gue kasih sesajen.

"Nggak bawa kado nggak apa-apa, Neng. Yang penting Eneng bawa hati Eneng buat Abang Biri," katanya malu lalu menggeliat senang.

Sebelah pipi gue langsung berkedut ngeri. Gue nggak menyahuti perkataannya. Sumpah dah! Nih anak buat mood gua makin ancur.

"Eh, daripada bengong, gimana kalau kita main bola aja?" Sobirin menunjuk ke arah beberapa anak kecil yang tengah asyik bermain bola.

"Enggak mau ah!" Sahut gue spontan.

"Kenapa?"

"Entar gigi lo offset!"

Sobirin bukannya marah tapi malah tertawa kecil. "Ya nggak sampai segitunya kali, Neng! Apa perlu Abang Birin pakek cadar?"

"Sebaiknya nggak usah deh!"

"Kenapa?"

"Kasihan cadarnya."

Sobirin menggaruk kepalanya yang tidak terasa gatal. "Emang kenapa kalau Sobirin pakek cadar?

"Cadar elo nanti basah kuyup! Kena iler!"

Sobirin lagi-lagi tertawa senang. Gue makin keheranan dan semakin illfeel sama nih anak satu. Perlu digaris bawahi, sedari tadi gue kipas-kipas pakek tangan di area sekitar hidung gue. Soalnya sayup-sayup gue bisa mencium aroma tidak sedap yang keluar dari mulut Sobirin. Gue nggak menghindari dia hari ini soalnya gue merasa bersalah karena nggak datang di pesta ulang tahunnya tempo hari.

***

[Elbara pov]

(Flashback sebelum El dan Pamela pacaran)

Sumpah, gue nggak tega melihat Raya setiap hari dibully. Dia tampak menderita banget. Hampir semua cewek satu sekolah membully dia gara-gara dia pacaran sama Arsyaf, the most wanted boy di SMA 5 Cendrawasih ini. Dan yang lebih parahnya, Arsyaf nggak tau! Pacar macam apa dia?

"Pamela!" Gue berdiri di ambang pintu kelas Pamela sambil bersandar di sisi pintu.

Pamela yang saat itu sedang asyik mengobrol dengan Natasya dan Berliana pun terlonjak kaget bukan main.

"El?" Mata Pamela membulat. Sedangkan Natasya dan Berliana juga demikian.

"Bisa kita bicara sebentar?"

"Bisa! Bisa banget!" Jawab gadis berambut pirang itu dengan semangat. Dia kemudian menghampiri gue. "Lo mau ngomong apa, El?"

Mata gue menyisir ke sekeliling, semua orang tampak memperhatikan kami. "Gue mau ngomong sama lo. Tapi nggak di sini."

"Di mana?"

Jujur, gue males banget ngomong sama Pamela. Dia benar-benar menjijikkan. Tapi gue butuh dia.

***

"Sebenernya, lo mau ngomong apa sih, El?" Pamela tampak sumringah ketika kami tiba di halaman belakang sekolah.

"Gue langsung to the point aja. Jujur, gue butuh bantuan lo!"

"Bantuan gue?" Dia tampak keheranan. Dahinya mengerut. "Emangnya lo mau gue bantu apa?"

Gue menghela napas sejenak. "Apa lo bisa menghentikan cewek-cewek satu sekolah membully Raya?"

Mata Pamela langsung melebar. "Apa?"

"Nggak bisa?"

"Kenapa? Kenapa lo minta bantuan seperti itu ke gue?"

"Kalau nggak bisa, ya udah! Gue akan cari bantuan ke orang lain." Gue mengabaikan pertanyaan Pamela dan mencoba beranjak pergi.

Sebelum gue sempat melangkah, Pamela memegang lengan gue cepat. "Bisa. Gue bisa!" Ujarnya ngotot.

Gue terhenti, tanpa berkata apa-apa, gue mencoba mendengarkan apa yang akan dia katakan.

"Tapi....." Dia tercekat sejenak. "Tapi ada satu syarat!"

Sudah gue duga! Minta bantuan padanya nggak bakal gratis. Pasti dia meminta imbalan.

"Gue akan memastikan Raya aman, asalkan lo jadi pacar gue!" Lanjut cewek dengan kalung hitam press leher itu.

"Oke. Nggak masalah. Tapi gue nggak mau ciuman sama lo. Apalagi melakukan hal yang lebih dari itu," jawab gue tanpa berpikir panjang.

Asalkan Raya baik-baik saja, jangankan pacaran sama Pamela! Pacaran sama Murti, cewek paling jelek di sekolah ini pun gue mau!

Setelah gue berkata seperti itu, tangan Pamela langsung melingkar di sekeliling pinggang gue. Dia memeluk gue erat banget. Sumpah! Gue pengen muntah!

"El, gue cinta sama lo. Gue pengen hubungan kita langgeng sampai kita nikah nanti," papar cewek itu manja.

Gue nggak menjawab apa-apa. Nikah? Sama lo? Mendingan gue nggak nikah seumur hidup dari pada menikahi kimcil kayak lo.

Ya! Mungkin inilah yang terbaik. Daripada harus melihat Raya menderita, lebih baik gue yang menderita. Gue punya alasan tersendiri mengapa gue nggak bilang ke Arsyaf kalau Raya selama ini dibully. Gue hanya ingin melihat seberapa besar cinta Arsyaf ke Raya bila dibandingkan cinta gue.

***

Note    : authornya pengen baper baperan dulu hahaha

Halo guys! Gimana menurut kalian tentang chapter ini? Komen dan vote plis....
Author insyaAllah akan update setiap Rabu. Tapi kalau hari Rabu datang, terus author belom update juga, tolong ingatkan author ya. Soalnya author ini kadang-kadang pikun hahahaha 😄😃☺

FEMME FATALE 2 / Cewek Cetar Season 2 Where stories live. Discover now