Chapter 60

18.8K 1.3K 486
                                    

[Raya pov]

Sam membuka pintu apartemennya. Dia mempersilahkan gue buat masuk. Dengan malu-malu, gue melangkah masuk lalu melihat-lihat. Kalian tau apa yang gue katakan saat itu? WOW!! Bagaimana tidak? Apartemennya benar-benar sangat luas. Saat masuk, gue disuguhi aula ruang tengah yang berbau maskulin dengan wallpaper serba abu-abu.

"Ini apartemen elo?" tanya gue takjub.

"Iya," jawab Sam sambil menggaruk rambutnya yang tak terasa gatal.

"Lo tinggal sendirian?" tanya gue lagi.

Sam hanya mengangguk sambil melangkah menuju dapur. "Lo suka teh?" tanyanya setengah berteriak dari dalam dapur.

"Iya," sahut gue duduk terpaku dengan mata yang masih menyisir betapa indahnya dekorasi interior apartemen Sam.

Ya. Gue terima tawaran Sam walaupun dengan berat hati. Entah mengapa gue merasa aman jika berada bersamanya. Dia sudah gue anggap seperti Renan yang selalu ada di saat gue butuh. Yaaah! Gue akan tinggal di sini sampai gue menemukan home stay yang murah dan nyaman.

"Jadi, bagaimana ceritanya sampai elo bisa diusir?" tanya Sam sambil membawa dua cangkir teh, lalu meletakkannya di hadapan gue.

"Ceritanya panjang, Sam," sahut gue lesu. "Pokoknya, intinya gue itu difitnah sama Reiko."

"Difitnah?" Alis Sam terangkat tinggi.

"Yaaah gitulah," sahut gue malas. Hati gue selalu merasa sakit jika mengingat kejahatan Reiko pada gue. "Gue difitnah nyuri kalungnya Bu Matsumoto."

"Kurang ajar!" kata Sam geram. "Sepertinya, mata tuh anak harus dicongkel biar kapok."

Gue terkekeh mendengar lawakannya. Nggak gue sangka dia bisa melawak juga. "Lo lucu juga ya?" Gue menyikut lengannya.

"Gue serius nih!"

Gue lagi-lagi tertawa, lalu menepuk punggungnya dua kali. "Daripada lo congkel tuh mata, lebih baik buat dia ngaku," kata gue disusul dengan tawa yang membuncah.

"Gue benar-benar pengen mencongkel matanya, Raya."

Kali gue memukul agak keras punggung Sam. "Ih nggak lucu bercandanya. Serem!" kata gue mengulum tawa.

"Jadi, lo cuma pengen dia ngaku?" Dahi Sam mengernyit.

Gue mengangguk kuat, lalu berdiri sambil memegang gagang koper. "Jadi... Di mana nih kamar gue?" ucap gue mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Di sebelah situ." Sam ikut berdiri lalu berjalan menuju sebuah pintu kemudian membukakannya buat gue.

"WOW!" ujar gue kaget ketika memasuki kamar dengan nuansa maskulin.

Apa kamar ini adalah kamarnya Sam? Omo daebak! Rapi banget coy. Di depan ranjang king size sudah terdapat TV layar datar lengkap dengan play station dan rak untuk CD. Wallpaper kamar sangat indah dengan perpaduan warna abu-abu dan merah maroon.

"Lo boleh tidur di kamar gue. Apartemen ini memang di desain dengan satu kamar. Gue akan tidur di sofa," jelas Sam.

Gue menoleh ke samping, melihat Sam yang berdiri di sebelah gue. "Lo akan tidur di sofa?" Alis gue terangkat kaget. "Gue jadi nggak enak nih. Mendingan gue yang tidur di sofa."

"Nggak apa-apa. Nyantai aja."

***
Setelah selesai mandi dan ganti pakaian, gue mengunci pintu kamar, takut siapa tahu Sam tiba-tiba masuk. Gini-gini gue pernah disukai dua cogan the most wanted lho. Barang kali aja Sam juga jatuh cintrong ke gue. Ya... Jaga diri ajalah.

FEMME FATALE 2 / Cewek Cetar Season 2 Where stories live. Discover now