Chapter 46

18.9K 1.4K 59
                                    

[Author pov]

Setelah tersambung, Raya bisa melihat Renan melalui layar laptopnya. Dia meringis senang mendapati sahabatnya itu segera menerima permintaan vidio call darinya.

"Ada apa pagi-pagi begini minta vidio call-an segala," ujar Renan ketus lalu menguap, pertanda ia masih mengantuk.

"Ya elah! Ini sudah jam sembilan woy! Emangnya lo nggak sholat subuh apa?" tanya Raya penuh curiga.

"Sholat nggak sholat itu urusan gue. Ngapain nanya-nanya?"

"Ya elah, Ren. Biar lo jadi bad boy, lo tetep kudu sholat tauk!" Raya cemberut manyun, mendapati sahabatnya itu tak mengindahkan perintah Tuhan.

"Ya udah. Entar gue sholat dzuhur deh." Cengiran khas Renan mengembang lepas di kedua sudut bibirnya.

Dahi Raya mengernyit. "Emang bisa sholat subuh diganti sholat dzuhur? Sontoloyo lo jadi orang! Dosa! Dosa! Masuk neraka baru tau rasa lo!"

"Udah udah. Lo lama-lama kayak emak gua tau nggak? Ngomel-ngomel kayak kaset rusak. Sekarang lo mau ngomong apa? Tumben minta vidio call-an segala."

"Em... gini, Ren. Beberapa hari lagi kan Arsyaf ulang tahun."

"Iye. Terus?" Renan mengambil sebatang rokok lalu menyalakannya.

"Gue sebenarnya tau apa yang sangat diinginkan Arsyaf untuk kado ulang tahunnya."

"Emangnya apa yang dia pengen?" tanya Renan sambil menyesap sepuntung rokok tersebut lalu menghembuskan kepulan asapnya ke udara.

"Dia dari dulu pengen minta cium tapi nggak pernah gue kasih," curhat Raya enggan.

"Terus, lo mau cium dia di hari ulang tahunnya, gitu?" Intonasi Renan mulai terdengar serius dan tegas. Cengiran khasnya tak lagi mengembang.

Raya mengangguk pelan.

"Enggak. Enggak boleh," kata Renan dengan alis yang saling bertaut. Ucapannya kini malah terdengar galak.

"Kenapa nggak boleh?"

"Ya ampun Raya! Lo barusan ngomelin gue gara-gara nggak sholat subuh. Ngingetin gue tentang dosa. Sekarang lo mau ciuman? Lo pikir ciuman nggak dosa apa?" Kini gilian Renan yang mengomel.

Raya tertegun sejenak, ia masih berpikir. Benar kata Renan. Lagipula, dia sudah menyiapkan karikatur buatan sendiri yang ia buat selama berhari-hari. Apa itu tidak cukup.

"Ya udah deh, Pak. Makasih ye nasehatnye." Raya meringis senang. Nasehat sahabatnya itu telah membuatnya tidak bimbang lagi.

"Ingat, lo itu Batistuta!"

Raya mendelik. "Emangnya lo pikir gue pemain bola apa?" Tangannya bertengger di kedua pinggang.

"Batistuta, singkatan dari Bayi di atas Tiga Ratus Tahun." Tawa Renan seketika itu meledak.

Raya langsung mengerucutkan bibirnya. "Udah ah! Males ngomong sama lo. Bye!" Ia langsung mematikan sambungan internetnya. Sahabat terbaiknya itu membuat mood-nya jadi rusak.

***

Drrrtt...

Di tengah pertemuan keluarga, HP Raya terus bergetar, Arsyaf menelponnya. Ia pun segera mengangkat panggilan itu dan bergegas keluar ruangan agar mama, papa, kakak, serta keluarga calon suami kakaknya tidak terganggu.

"Halo, Mbak pacar, kamu sudah nyampek mana?"

"Aku sudah ada di Jakarta dari tadi, Mas pacar. Tapi kayaknya aku nggak bisa datang di kontrakan kamu lebih cepat deh," papar Raya setengah berbisik.

"Kenapa, sayang?"

"Soalnya aku sedang ada pertemuan keluarga nih."

"Oh ya udah kalau gitu."

"Eh, tapi kamu nggak ngundang cewek yang bernama Linsie ke acara ulang tahun kamu kan?" tanya Raya ketus, takut kalau Arsyaf akan meninggalkannya karena ada cewek lain.

"Lho? Kamu kok tau kalau aku punya temen cewek namanya Linsie?"

"Udah. Nggak usah banyak nanya! Kamu ngundang dia atau enggak?"

"Ya jelas aku undanglah. Dia kan temenku."

"Ya udah kalau kamu terlanjur ngundang dia. Tapi awas ya kalau kamu sampai belok!" ancam Raya takut.

LDR, singkatan dari Long Distance Relationship. Sudah menjadi rahasia umum jika banyak pasangan yang putus karena menjalani hubungan LDR, tak saling ketemu, hanya sekedar menyapa melalui telepon, SMS, dan vidio call. Kebanyakan cinta akan memudar jika satu sama lain jarang bertemu.

Arsyaf tertawa kecil. Ia sangat senang mendengar ancaman Raya. Cemburu. Itu tandanya Raya sangat mencintainya.

"Ngapain kamu tertawa kayak gitu? Nggak ada yang lucu!" tukas Raya judes.

"Kamu tuh lucu banget kalau cemburu. Lagipula, nggak mungkinlah aku selingkuh. Toh aku kan udah punya kamu." Arsyaf menggombal.

"Ih gombal!" ujar Raya manja.

"Tapi kamu suka digombalin. Iya kan?"

"Ih apaan cobak?" Raya semakin manja.

"Love you, Mbak pacar."

"Love you too," kata Raya sambil terkekeh ringan. "Eh aku tutup telponnya ya. Daahh..."

Sebenarnya Raya ingin sekali datang lebih cepat ke kontrakan Arsyaf tapi mau bagaimana lagi? Ia harus mengikuti pertemuan keluarga ini sampai selesai. Kakaknya akan segera menikah dengan seorang dokter muda bernama Doni, catet, Doni, bukan Dono.

Malam ini akan menjadi malam yang panjang bagi Raya. Pasalnya, di malam ini kedua keluarga akan membahas rencana pernikahan yang akan diadakan sekitar tiga minggu lagi. Mulai dari tempat akad, tempat resepsi, gaun, sampai makanan pun akan dibahas malam ini.

Setelah menutup teleponnya, Raya kembali ke ruang pertemuan. Dengan wajah lesu, ia duduk di samping Icha. Icha menoleh sebentar melihat Raya yang tampak sedih kemudian ia melirik sejenak sebuah pigura gambar karikatur dengan pita warna pink polkadot yang sengaja Raya sandarkan di kaki meja.

"Maaf, tante." Icha melihat ke calon ibu mertuanya sambil menunduk santun. "Maaf, Om." Kemudian ia melihat ke arah calon ayah mertuanya dan menunduk santun lagi.

"Iya, ada apa Icha?" tanya calon ibu mertua Icha.

"Sepertinya adik saya kurang enak badan. Apa boleh dia pulang terlebih dahulu?"

Mata Raya melebar, ia langsung menoleh ke samping, melihat kakaknya yang tengah berbohong demi dirinya.

"Tentu saja, Icha," jawab calon ibu mertua Icha. "Raya, kamu tidak apa-apa kan?" Wanita paruh baya itu tampak mencemaskan Raya.

"Em... aku nggak kenapa-napa kok, tante. Cuma sedikit pusing," sahut Raya berpura-pura lemas.

"Icha, sebaiknya kamu antar Raya pulang," perintah Nyonya Elly.

Icha mengangguk.

"Nggak apa-apa, Ma. Raya bisa pulang naik taksi kok," elak Raya.

Setelah perdebatan kecil, akhirnya Raya bisa menghindari pertemuan keluarga yang sangat membosankan itu dengan bantuan Icha.

"Salam buat Arsyaf ya, Ray!" Icha melambaikan tangan pada adiknya yang kini sudah duduk di dalam taksi.

"Siiipp dah!" Raya mengacungkan jempolnya sambil meringis senang. "Makasih banyak ya kak!"

"Iya."

"Dadah..." Raya melambaikan tangannya dengan semangat.

"Daah..." Icha membalas lambaian tangannya.

***
Dag dig dug vote dan komen
Dua chapter lagi menuju puncak dari segala klimaks yang ada jeng jeng jeng
Oh iya. Author sibuk banget. Nggak tau bisa update kapan. Mungkin setelah wisuda hahaha
Oh iya. Bagi pecinta El jangan khawatir!! El pasti balik tapi masih lama. 😯😢

FEMME FATALE 2 / Cewek Cetar Season 2 Where stories live. Discover now