Extra Chapter [End]

20.9K 1K 107
                                    

Hai hai 😪
Ketemu lagi sama author yang nggak konsisten ini. Oh iya sekedar woro-woro ajah. Kalau cewek cetar season 3 akan segera hadir di awal April gaes.
"Lho thor, katanya cewek cetar season 3 nggak akan hadir kalau novelnya thor gak ranking satu?" tanya reader.
"Iya, author berkata kayak gitu karena author pikir nggak bisa ngarang cerita konyol lagi. Terus nggak punya pikiran bikin sekuel cewek cetar. Jujur ajah, author diteror reader. Author disuruh bikin sekuel padahal author nggak punya ide konyol. Tapi sekarang author punya teman baru yang super kocak. Nah, karena itulah author berubah pikiran. Author mau bikin sekuel cewek cetar season 3. Setuju nggak?" jelas author.
"Panjang banget pidatonya thor? Pidato bapak gua aja perasaan nggak sepanjang itu," keluh readers.

👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍
[Mr. Bara pov]

Mempertahankan Raya memang sangat sulit. Tapi sampai kapanpun, aku nggak akan melepaskan Raya untuk siapapun. Aku akan melindungi Raya dan keempat anakku. Sudah 18 tahun aku berhasil mempertahankan Raya dan untuk selamanya, dia akan tetap menjadi istriku dan ibu dari keempat anakku.

"Aku salut pada kegigihanmu, Tuan Bara," kata seorang pria berjas hitam dengan tatanan rambut rapi yang disisir ke belakang.

"Kalau tidak ada yang dibicarakan lagi, silahkan keluar," kataku tegas sembari menunjuk ke arah pintu.

Pria tinggi yang berkulit putih itu tersenyum miring. Ia masih duduk pada tempatnya. "Aku akan menghancurkan perusahaanmu dan menikahi Nyonya Aldrick."

"Sejak 18 tahun yang lalu dan selamanya, dia bukan Nyonya Aldrick. Tapi Nyonya Bara. Kau harus ingat itu," ucapku penuh penekanan.

"Lihatlah. Selama 18 tahun aku berusaha menghancurkan perusahaanmu, baru sekarang perusahaanmu goyah. Harus aku akui kalau kau pembisnis yang hebat."

"Aku tak butuh pidatomu!"

"Aku membutuhkan Raya. Raya adalah oksigenku."

"Jangan sebut nama istriku dengan mulut kotormu!" Kunaikkan oktaf suaraku.

"Tak lama lagi dia akan menjadi istriku."

"Dia tidak akan mencintaimu."

"Kenapa kau begitu yakin?" Pria berjas hitam itu berdiri, alisnya terangkat. "Dia pernah mencintaiku. Dan sebentar lagi, dia akan mencintaiku lagi."

"Kau bilang, dia pernah mencintaimu?" Aku tersenyum miring seolah meremehkan. "Mungkin itu hanya dalam mimpimu."

***

[Milly pov]

Gue adalah cewek tercantik di SMA pandu Raja. Walau gue bisa memiliki pacar ganteng dan kaya tapi gue nggak pacaran karena gue punya prinsip single until married yang kalau diartikan ke dalam bahasa Indonesia, artinya jomblo sampai nikah. Prinsip gue, sengaja gue jadikan bahasa inggris biar kelihatan kekinian. Kalau barang kali grammarnya salah, anggap saja itu typo atau salah ketik.

"Eh, kamu Milly ya?" tanya seorang cowok gatel bernama Vano. Dia ngakunya udah jatuh cinta sama gue sejak pandangan pertama. Hoax banget kan? Najis!

"Pasti lo mau ngeramal ya?" tanya gue songong.

"Iya. Aku ramal, kita akan bertemu di kursi pelaminan," jawabnya lalu tersenyum, memperlihatkan deretan giginya yang rapi.

"Kasihan ya si Dilan. Gombalannya diplagiat orang se-Indonesia."

"Beda dong! Dilan kan ngeramal bertemu di kantin. Kalau aku ngeramal ketemu di kursi pelaminan."

"Bodo," ucap gue malas.

"Coba kalau gue ngeramal kayak Dilan. Terus kita ketemu di kantin. Kan kurang romantis. Di kantin cuma ada Mbak Minah, penjual pentol."

"Jadi, lo suka Mbak Minah?" tanya gue asal sambil terus berjalan menuju kelas.

"Enggak. Gue sukanya sama Mbak Milly."

"Kok yang elo sebutin tadi cuma Mbak Minah? Padahal di kantin ada Mbak Duroh, Mbak Kolilah, dan Pak Somay."

"Pak Somad, Milly. Bukan Pak Somay!" geram Vano.

"Suka-suka gue dong. Mulut-mulut gue. Kok elo yang sewot?"

"Eh BTW, elo cemburu sama Mbak Minah?"

"Enggak," jawab gue singkat. Kini gue sudah sampai di kelas gue. Percakapan memuakkan antara gue dan Vano selalu terjadi hampir di setiap detik. Kerjaannya Vano itu cuma ngikutin gue kemana-mana kayak upil yang nggak pernah habis meski digaruk tiap hari.

"Milly, kamu cantik. Pantas aja aku sudah mencintaimu. Nggak tau kalau sore. Mungkin akan bertambah," cerocos Vano.

"Dasar nggak kreatip!" bentak gue sambil meletakkan tas gue di atas meja.

"Jangan rinduin aku ya."

"Idiiiih. Gue nggak rindu sama elo, Vano. Barang kali Mbak Minah si penjual pentol atau Pak Somad si penjual somay."

"Syukurlah kalau kamu nggak merindukan aku. Soalnya rindu itu berat." Lagi, Vano tak berhenti mengoceh. Sepertinya film Dilan telah membuatnya menjadi seorang plagiator.

"Yang berat itu bukan rindu, Van. Yang berat itu kena bau jigongnya Pak Sobirin," ucap gue asal.

"Apa?" seorang guru berbadan ceking berdiri di ambang pintu sambil melipat tangan. "Kamu bilang saya bau jigong?"

Mata gue langsung mendelik kaget melihat Pak Sobirin, guru mapel ekonomi. "Bapak salah denger kali," elak gue sambil memberikan cengiran khas.

"Asal kamu tahu ya, Milly. Biar saya bau jigong, Mamamu pernah ngejar-ngejar saya," papar Pak Sobirin jelas-jelas terdengar ngibul.

Teman-teman gue sudah pada tau kalau Pak Sobirin suka sama emak gua. Dia sudah punya istri dan seorang anak laki-laki yang wajahnya lebih tak bisa terdefinisikan. Tapi Pak Sobirin masih suka nanya-nanya tentang kabar emak gua.

"Ngejar-ngejar dalam mimpi, Pak," gerutu gue setengah berbisik.

Begitulah hari-hari gue di sekolah. Kalau nggak ketemu Vano, ya Pak Sobirin. Yang lebih hebatnya, Pak Sobirin sangat yakin kalau dia lebih cakep dari bokap gue. Yakali. Kadang, sempat terpikir di benak gue cara durhaka kepada guru. Untung gue ingat Allah. Jadi pikiran gila itu ilang gitu aja.

🍝🍝🍝🍝🍝🍝
Tunggu kelanjutan ceritanya di cewek cetar season 3 di bulan april yach

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 11, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

FEMME FATALE 2 / Cewek Cetar Season 2 Where stories live. Discover now