Chapter 57

17.3K 1.4K 295
                                    

[Sam pov]

Sudah hampir dua tahun gue mengenal Raya. Dia pribadi yang sangat menyenangkan dan selalu membuat gue tertawa. Lama-lama gue sayang sama dia. Tapi hanya sebatas sayang sebagai teman dan sampai kapan pun nggak akan pernah bisa lebih dari itu. Karena di hati gue hanya ada Olivia, tidak akan pernah ada yang lain.

"Dadaaah, Ren." Raya melambaikan tangan pada seseorang yang ia ajak vidio call-an. Kemudian mengakhiri panggilan itu ketika gue datang.

Dahi gue berkernyit. "Siapa itu?" tanya gue.

Aneh, hati gue kenapa agak kesal? Mendapati Raya vidio call-an sama cowok. Rasanya pengen banget gue membunuh cowok itu. Berani-beraninya dia vidio call-an sama cewek yang gue sayang.

"Dia sahabat gue sejak TK," jawab Raya lalu tersenyum simpul.

Gue hanya mengangguk dengan mulut membentuk huruf O. Setelah memesan makanan, tak lama kemudian seorang pelayan datang sambil membawa nampan yang di atasnya ada dua mangkuk sup iga sapi panas. Sesampainya di meja kami, dia meletakkan satu mangkuk di depan gue lalu satu mangkuk lagi di depan Raya.

Byuuurr...

Sup iga sapi itu tiba-tiba tumpah ke paha Raya karena pelayan itu tak berhati-hati meletakkannya. Raya mengaduh kesakitan sambil membersihkan sisa-sisa sup iga yang membuatnya meringis menahan sakit.

"Sumimasen. Sumimasen," kata pelayan itu yang juga ikut panik dan tampak bersalah.

Mata gue melebar sedangkan tangan gue mengepal marah. Lalu...

Braaak...

Sebuah tinju mendarat sempurna di wajah lelaki itu. Kemudian gue memberinya beberapa tinju susulan. Semua orang di restoran tampak kaget dengan mulut menganga, begitu pula dengan Raya. Dia bergegas menghentikan gue tapi gue sudah menjadi gila karena marah. Tinju gue tak bisa berhenti walaupun Raya memegang lengan gue. Gue terus melayangkan tinju pada pelayan itu sampai pelayan itu terkulai tak berdaya dengan muka penuh darah.

"Sam hentikan! Sam hentikan!" teriak Raya

Gue tak mendengarkannya. Saat ini, gue hanya ingin membunuh pelayan kurang ajar yang dengan lancang membuat Raya terluka. Gue malah meletakkan tubuh pelayan itu di lantai, menindihnya, lalu kembali memukulinya.

"Sam, lo gila!" pekik Raya frustrasi.

Gue terhenti ketika mendengar kata itu. Kata yang diucapkan Olivia beberapa tahun yang lalu.

"Lo gila, Sam! Lo gila!" bentaknya marah.

Gue menoleh, berdiri, menatap Raya untuk meminta penjelasan. Apa yang gue lakukan untuknya adalah sebuah kesalahan? batin gue bertanya-tanya.

"Raya..." Gue melangkah mendekati cewek itu.

Raya melangkah mundur sambil menggeleng. Raut mukanya sama persis dengan raut muka saat Olivia meninggalkan gue.

"Raya, gue hanya..." kata gue terhenti.

"Lo gila! Lihat apa yang lo lakukan pada pelayan itu?" Raya menunjuk seorang lelaki yang pingsan di samping kaki meja.

"Raya..." gue kembali melangkah maju, berusaha menjelaskan kenapa gue melakukan itu.

Dia menggeleng ketakutan lalu beranjak pergi meninggalkan gue seperti Olvia, dia tidak bisa menerima kepribadian gue ini.

***

Sudah dua minggu ini, dia tidak mau berbicara sama gue. Dia bahkan mengacuhkan gue saat di kedai ramen. Dia bertingkah seolah kami hanyalah sebatas pelayan restoran dan pelanggan. Aneh, tapi hati gue terasa sangat sesak dibuatnya.

FEMME FATALE 2 / Cewek Cetar Season 2 Where stories live. Discover now