Chapter 6

23.8K 2.2K 37
                                    

[Raya pov]

Arsyaf kali ini kena hukuman karena dia tertangkap basah membawa majalah porno. Dia dihukum membersihkan toilet sekolah bersama Renan, Teo, dan Dodot. Rasanya capek juga kalau harus nungguin cowok bego dihukum tiap hari. Mendingan gue pulang, bobok cantik, terus nonton drama korea. Ueeenaaakk!! Jadi mau tidak mau, gue harus naik bis lagi. Jangan tanya motor! Perlu diingat kalau motor gue disita sama papa. Sial!!

"Guru Tong?!" Sapa seseorang.

Gue yang tadinya menunduk lalu mengembalikan posisi kepala untuk melihat siapakah orang yang menyapa gue tadi. Mata gue melebar sejenak ketika melihat El berada di hadapan gue kemudian dia duduk di samping gue dan menemani gue menunggu bis datang.

"El? Lo nggak dihukum?" Tanya gue keheranan.

"Gue nggak suka baca majalah kayak begitu!"

"Jangan sok alim lo, El!" Tukas gue judes. "Pasti lo sama bejatnya kayak Arsyaf dan Renan 'kan?"

"Enggak. Gue malah lebih bejat dari mereka."

Mata gue melebar kaget. "Ha?" Mulut gue menganga.

"Daripada hanya gambar, gue suka nonton yang asli tau!"

"Sumpeh lo?" Gue masih tak percaya. Orang sependiam El suka nonton kayak begituan.

El mengacak rambut gue lembut. "Ya enggaklah!" Dia tersenyum.

Gue membiarkan El mengelus rambut gue. Astaga! Astaga! Hati gue mulai berbelok. Sadar, Ray! Sadar! El emang manis banget kayak G-dragon personilnya BingBang. Kalau dia senyum, hati gue jadi melumer panas. Tapi gue udah punya pacar! Ingat! Ingat!

"Eh! Bisnya sudah datang, El!" Gue mencoba mengalihkan pembicaraan sembari menunjuk bis yang melaju ke arah kami.

Kami pun naik ke dalam bis. Sialnya, kami tidak mendapatkan tempat duduk. Akhirnya, kami pun mau tidak mau harus berdiri bersebelahan. Ah, gue jadi berpikir yang aneh-aneh lagi! Karena El sangat mirip dengan artis korea, gue jadi berkhayal beberapa adegan yang sering muncul dalam drama hehehe.

Dalam khayalan gue yang pertama, tiba-tiba Pak Sopir mengerem bis secara mendadak terus gue jadi terhempas ke pelukan El. Kemudian kami saling berpandangan lalu kembali ke posisi semula dengan perasaan salting dan tak saling bicara karena malu.

Tak lama setelah itu, gue berkhayal lagi. Dalam khayalan gue yang kedua, seorang penumpang turun dari bis meninggalkan kursi kosong untuk penumpang yang lain. Dengan senang hati, El mempersilahkan gue buat duduk di kursi kosong itu. Ya elah! Gue jadi senyum-senyum sendiri. Bushet dah! Khayalan gue lama-kelamaan mulai membabi buta dah.

Dan yang lebih lucunya, dalam khayalan gue yang ketiga, tiba-tiba penumpang bis semakin banyak hingga berdesak-desakkan dan El pun berusaha melindungi gue agar tidak terdesak penumpang yang lain. Hehehe gue mengetok-ngetok kepala gue sendiri sambil tertawa kecil. Kira-kira, dari ketiga khayalan gue, yang akan terjadi yang mana ya?

Ternyata, dari ketiga khayalan itu tidak ada yang terjadi! Sopir tak kunjung mengerem mendadak, penumpang yang lain juga tak kunjung turun, dan pada beberapa halte hanya beberapa orang yang masuk bis, tak sampai membuat semua penumpang bis berdesak-desakan. Hallah..... gue menghela napas penuh sesal.

"Eh, kenapa lo nggak naik motor?" Tanya gue keheranan.

"Motor gue lagi diservice," jawab El singkat.

"Ya elah! Motor lo kan ada tiga! Masa' diservice semua?"

"Terserah gue dong!"

Ya elah. Ketahuan banget kalau El lagi modus. Ah, jadi baper. Gue cekikikan sendiri dalam hati. El akhirnya mengantar gue sampai ke rumah.

"Makasih ya, El!" Kata gue sambil tersenyum.

"Seharusnya gue yang ngomong terima kasih." El mengelus poni gue lembut.

"Kenapa?"

"Karena lo, gue jadi tau rasanya naik bis."

Gue cekikikan senang. "Jadi, ini pertama kalinya lo naik bis?"

Dia hanya mengangguk. Biasa! Dia suka hemat suara.

"Lo nggak mau mampir dulu?" Tanya gue sambil membengkokkan jempol ke belakang, mencoba menunjuk rumah gue.

"Enggak," jawabnya singkat.

"Ya udah! Gue masuk dulu ya!"

Lagi-lagi dia tidak menyahuti ucapan gue. Dan hanya mengangguk sambil tersenyum manis. Plis El! Jangan tersenyum! Jujur, setiap kali El tersenyum, hati gue jadi berkecamuk manja. Asheeek....

Gue pun masuk rumah setelah melambaikan tangan ke El. Dan yang lebih lucunya, setelah gue masuk rumah, gue melihat dari jendela kamar, salah satu anak buah El menjemput El dengan motor. Dan gue kenal banget motor siapa itu! Itu motornya El. Bushet dah tuh anak! Modusnya nggak ketulungan! Tapi bukannya marah karena dibohongi, gue malah senyum-senyum sendiri dari balik jendela. El, apa lo lupa kalau gue ini pacar sepupu lo sendiri?

Note : meskipun Raya adalah pacar orang, El masih belum menyerah. Bagaimana kisah selanjutnya?

Ayo! Ajak teman-teman kalian buat baca nih novel ya! Bikin baper soalnya hehehe 😄 semakin banyak yang baca, semakin ngotot author nulis kelanjutan ceritanya

FEMME FATALE 2 / Cewek Cetar Season 2 Where stories live. Discover now