Chapter 49

17.3K 1.1K 111
                                    

[Author pov]

WARTEG! EH WARNING!! ANAK DIBAWAH 17 TAHUN DILARANG BACA YA 😉

Setelah Zen dan Teo sampai di warung Mbok Pit, mereka duduk di hadapan Renan sambil cekikikan senang. Dahi Renan berkernyit setelah menyeruput secangkir kopi pekat tanpa gula.

"Ngapain kalian senyum-senyum kayak gitu? Stress lo pada?" tanya Renan santai.

"Kita nggak stress kok, Ren," sahut Teo menyeringai.

"Kita itu cuma senang aja karena Arsyaf malam ini nggak bakal jablay lagi," jelas Zen.

"Maksud kalian apa?" Dahi Renan berkerut, ia masih tak memahami percakapan Zen dan Teo. Tapi ia bisa mencium ada sesuatu yang tak beres dari gelagat dua temannya.

"Lo tau nggak? Kita tadi sudah kasih obat perangsang ke minuman Raya," kata Teo dengan entengnya. "Dengan begitu, dia pasti mau membelai Arsyaf."

Sontak Renan terlonjak kaget. Spontan, ia langsung mencengkram kaos yang dikenakan Teo hingga pemuda kurus itu terangkat. "Apa lo bilang barusan?"

"Ren, tenang, Ren!" ujar Zen mencoba menenangkan Renan.

"Lo bilang tenang?" Kali ini Renan mendelik pada Zen. "Apa kalian tau kalau Raya itu masih perawan? Huh?" Ia meneriaki dua temannya emosi.

Seluruh pengunjung warung menoleh ke arah meja Renan. Melihat beberapa orang pemuda yang tengah bertengkar, tentu saja mau tidak mau menjadi suatu keharusan untuk ditonton. Aneh, bahkan tidak ada di antara mereka yang berusaha mencegah.

"Ren, maaf, Ren," ucap Teo ketakutan.

"Kalau sampai terjadi apa-apa sama Raya, gue bersumpah akan bunuh kalian satu per satu," ancam Renan kemudian sebuah tinju dahsyat mendarat sempurna ke pipi Teo hingga pemuda berkaos hitam itu terjerembab ke atas lantai. Kursi yang ada di belakangnya bahkan ikut terguling.

Tak puas akan hal itu, Renan juga mencengkram baju Zen lalu mendaratkan sebuah tinju juga pada pemuda bertindik itu. Napas Renan menjadi tak beraturan karena marah. Setelah itu, ia langsung berlari menuju kontrakan.

***
Lea keluar dari taksi yang dinaikinya setelah membayar. Dia menghela napas lega karena akhirnya ia bisa sampai juga ke tempat tujuan setelah terjebak macet.

Sebelum masuk ke kontrakan Arsyaf, Lea mengeluarkan sebuah cermin kecil dari dalam tasnya lalu melihat wajah cantiknya di cermin tersebut. Dia tertegun sejenak, meneliti apa yang kurang dari dandanannya malam ini. Kemudian ia kembali merogoh tasnya untuk mengambil lipstik.

Ya. Memang tidak ada gunanya ia berdandan. Secantik apa pun ia merias wajahnya, Arsyaf tidak pernah tertarik padanya. Tapi tak apa. Setidaknya ia hanya ingin terlihat lebih cantik untuk malam ulang tahun Arsyaf.

Guk guk guk guk

Lea terlonjak kaget, ia perlahan memutar kepalanya ke belakang. Dan didapatinya seekor anjing yang cukup besar terus menggonggong padanya. Sebenarnya, ia takut anjing. Saat masih kecil, ia pernah dikejar anjing lalu digigit. Sejak saat itu Lea selalu ketakutan melihat anjing apalagi ketika sedang menggonggong.

Aaarrrgghh

Lea berteriak. Ia buru-buru membuka pintu kontrakan Arsyaf yang kebetulan tidak terkunci, melepas sepatu cepat, lalu menutup kembali pintu. Napasnya ngos-ngosan. Ia menepuk-nepuk ringan dadanya.

"Arsyaf?" sapa Lea ketika ia mendapati ada yang aneh dengan suasana kontrakan. Sepi. Tidak ada siapa pun.

"Arsyaf?" Lea melangkahkan kakinya menuju ruang tengah.

"Lea?" Samar-samar Arsyaf melihat Lea menghampirinya lalu duduk di sampingnya.

"Ya ampun Arsyaf. Tetangga lo pada gila apa ya? Masa' melihara anjing gede banget," curhat Lea sambil mengelus-elus dadanya sendiri. "Gue kaget banget sumpah."

FEMME FATALE 2 / Cewek Cetar Season 2 Onde histórias criam vida. Descubra agora