Chapter 19

21.7K 1.7K 131
                                    

[Raya pov]

El terlihat fokus dengan game barunya. Dia selalu begitu kalau lagi nimbrung bareng kami bertiga. Apa dia juga seperti itu kalau bersama Zen dan anak buahnya yang lain?

"Hai, El! Boleh aku duduk?" Kata Pamela manja lalu duduk di samping El bahkan tanpa El harus berkata apa-apa. "Lagi nge-game apa sih?" Pamela memajukan dahunya untuk melihat game yang dimainkan El.

El tak menjawab, ia masih fokus nge-game. Astaga! Gue cemburu! Sesak! Rasa sesak tiba-tiba datang ketika Pamela duduk di dekat El. Bau parfumnya bahkan dapat gue cium. Harum banget! Pasti El suka sama bau parfumnya. Pikiran gue melayang-layang, menduga-duga apa yang El pikirkan tentang cewek super cantik yang kini duduk di sampingnya.

"Eh, sayang! Ada sesuatu di rambutmu!" Arsyaf mengambil daun kecil kering yang terselip di cela-cela rambut gue.

"Benarkah?"

"Ini," Arsyaf memperlihatkan daun tersebut pada gue.

Gue nyengir. "Makasyeh!"

"Syama-syama!" Arsyaf mencubit gemas pipi gue.

Tangan El terhenti bermain game. Dia melirik gue marah. Gue menelan ludah. Apa gue sudah keterlaluan pada El? Bermesraan dengan Arsyaf di hadapannya. Ah, tidak! Lagi pula Pamela juga dari tadi nempel-nempel ke El. Itu juga membuat gue cemburu tauk!

***

"Ini sudah seminggu sejak lo datang ke rumah gue dan menyatakan cinta, Ray. Lo bilang tiga hari. Tapi....."

"Nggak bisa, El. Gue nggak bisa menghianati Arsyaf. Dia terlalu baik buat gue," ucap gue memotong.

El menghela napas berat. "Berarti lo nggak setuju dengan ide gue buat selingkuh?" Dia mengangguk pelan.

Gue tercekat. Sejenak membutuhkan waktu buat berpikir.

"Jika terus bersahabat kayak gini, gue akan semakin sayang sama lo, Ray! Tapi.... lo tau sendiri bagaimana rasanya orang yang lo cintai dimiliki orang lain." El memegang pundak gue.

Gue masih terdiam.

"Rasanya sakit banget jika tidak bisa memiliki orang yang kita cinta," tambah El.

"Gue tau! Gue tau! Tapi gue nggak bisa menghianati Arsyaf!"

El mengangguk, ia tampak mengerti perasaan gue. "Baiklah. Gue mengerti." Dia melepaskan tangannya dari pundak gue lalu tersenyum lesu.

Gue menatapnya iba. Kondisi ini membuat gue frustasi sehingga gue tidak bisa fokus dalam belajar untuk persiapan UN dan SBMPTN.

"Jika lo nggak mau nerima gue menjadi pacar lo, lebih baik gue pergi. Gue akan pergi ke Singapura untuk kuliah. Mungkin dengan begitu, gue bisa ngelupain lo." El membelai pipi gue lembut dan gue membiarkan itu.

"Singapura?"

El mengangguk. "Bokap gue punya beberapa kolega di sana. Itulah sebabnya dia ingin mengirim gue kuliah ke sana sekalian belajar bisnis."

"Tapi....."

"Maaf." El memotong kalimat gue. "Maaf karena gue memiliki perasaan ini sama lo yang pastinya nanti akan merusak persahabatan kita berempat."

"El......" Gue menggeleng. "Gue nggak mau lo pergi, El. Jangan pergi!"

"Gue nggak bisa terus di Indonesia. Jika gue terus di sini, gue akan semakin cinta sama lo."

Astaga! Gue harus bagaimana? Kalau El pergi, mungkin setengah dari hati yang gue miliki akan hancur. Dan kalau gue selingkuh sama El, bisa-bisa Arsyaf yang pergi.

El pun berbalik dengan tampang lesu lalu mencoba beranjak pergi. Pikiran gue seketika kacau terjebak di antara dua pilihan. Gue mencintai Arsyaf, tapi gue tidak bisa mengabaikan El.

"Jangan pergi, El!" Gue memeluk punggung bidang El dari belakang. El terhenti tanpa berkata apa pun.

"Jangan pergi. Gue nggak mau kehilangan lo!" Gue masih memeluk punggung El, tangan gue masih melingkar kuat di sekeliling pinggangnya. "Baiklah kalau itu mau lo. Ayo kita selingkuh!"

El melepaskan tangan gue yang melingkar di pinggangnya lalu berbalik dengan mata melebar. Ia tampak terkejut mendengar pernyataan gue barusan. Beberapa saat dia memandang gue dengan tatapan penuh cinta. Lalu kami pun berpelukan lama sekali. Dia membelai rambut gue beberapa kali dengan lembut. Pipi gue masih mendarat di dada El. Samar-samar, gue bisa mencium aroma harum dari seragam yang dikenakan El. Pelukannya begitu hangat. Sampai-sampai gue merasa enggan untuk beralih. Hmmm... Jadi, begini rasanya selingkuh? Nyaman.

***

[Elbara pov]

Praaaakkk....

Zen membanting beberapa surat tantangan tawuran di hadapan gue. Surat-surat itu dari musuh bebuyutan gue sejak kelas 1 SMA, namanya Ozora Samitra. Dia biasa dipanggil Sam.

"Sam sudah beberapa kali nantang kita buat tawuran! Tapi lo sama sekali nggak ada tindakan. Kenapa sama lo, El? Kalau dia ngajak tawuran, it's okay! Kita ladeni aja!" Omel Zen yang saat itu berdiri di hadapan gue.

Gue mendongak melihat ekspresinya sejenak lalu memandangi surat tantangan dari Sam. "Kita nggak bisa menerima tantangan Sam!" Kata gue santai.

Semua orang melotot kaget. Biasanya, kalau ada surat tantangan tawuran seperti ini, tanpa berpikir panjang, gue langsung menyetujuinya dan pada akhirnya gue berada di garis paling depan untuk menghadapi leader dari musuh.

"Kenapa lo jadi cemen?" Nada suara Zen semakin meninggi.

Gue menghela napas berat lalu berdiri menatap Zen tajam. Berani-beraninya dia mengatakan kalau gue cemen. Gue bisa melihat ekspresinya agak sedikit takut. Jakunnya bergoyang ke atas lalu ke bawah, menandakan kalau dia sedang menelan ludah.

"Cemen?" Tanya gue dengan salah satu alis terangkat.

"Bukan gitu maksud gue, El," jelas Zen memanglingkan muka.

Gue mengangguk pelan. "Bukannya gue cemen. Tapi sebentar lagi kita semua akan lulus dari sekolah ini. Jadi, kalau ada salah satu di antara kita dikeluarkan gara-gara tawuran atau harus mengulang di kelas 3, bukankah sangat disayangkan?" Papar gue tegas.

Beberapa orang tampak mengangguk setuju. Sementara Zen tampak berpikir.

"Terus gimana dong, El?" Celetuk Andro, salah satu anak buah gue.

"Kita tunggu timing yang bagus gengs!" Papar gue singkat.

Zen ikutan mengangguk mengiyakan ide gue. Lalu gue pun memegang salah satu pundak Zen dari samping kemudian menepuk pelan pundaknya beberapa kali.

"Lo harus lebih banyak nge-gym, Zen!" Kata gue sebelum meninggalkan ruangan.

Tawuran? Sungguh tak terbesit lagi kata itu di pikiran gue. Sejak Raya menerima gue sebagai kekasihnya, gue lebih berhati-hati dalam memimpin para ketua geng dari 6 sekolah. Kalau gue bertindak gegabah, mungkin Raya akan merasa jijik sama gue. Dia akan menjauhi gue jika dia tau kalau gue masih suka tawuran.

Sudah hampir setahun gue nggak tawuran. Sejak gue mengenal Raya, gue lebih sering nongkrong bareng cewek lebay itu dan kedua sahabat cowoknya yang begitu mencintainya. Ya! Siapa lagi kalau bukan Arsyaf dan Renan?

Sejak saat itu, untuk tawuran kecil antar sekolah, gue selalu mewakilkan posisi gue di garis depan pada Zen atau ketua geng dari 5 sekolah yang lainnya.

Tapi tawuran kali ini sepertinya akan jadi tawuran terbesar sepanjang sejarah hidup gue. Tantangan datang dari Ozora Samitra, bocah jenius yang menaruh dendam teramat besar sama gue.

***
Note : jangan ditiru ya readers! Selingkuh itu nggak baik. Hehehe
Vote dan komen ya guys 😄
Kalau author jadi Raya, author nggak bakal terima dua-duanya.  Jomblo, lebih baik. Dengan begitu, semuanya akan tetap bersahabat sampai akhir.

Mengapa Sam menaruh dendam pada El? Ceritanya di chapter selanjutnya ya guys!

20++ comment langsung lanjuuuttt

FEMME FATALE 2 / Cewek Cetar Season 2 Where stories live. Discover now