Chapter 59

16.6K 1.3K 92
                                    

[Raya pov]

Gue terhenti ketika berada di depan kamar Matsumoto-san. Pintu kamarnya terbuka dan dia tampak kebingungan mencari sesuatu bersama Reiko-chan. Mereka nampaknya sedang mencari sesuatu dari laci ke laci. Mereka bahkan mengeluarkan semua baju yang ada di lemari dan memporak porandakannya.

"Ada apa ini, Reiko-chan?" Dahi gue berkernyit.

Ya. Gue tinggal di home stay milik Matsumoto-san. Selain murah, home stay milik Matsumoto-san juga memiliki fasilitas yang sangat lengkap. Di home stay ini, semuanya penyewa tinggal di lantai atas. Sedangkan keluarga Matsumoto-san tinggal di lantai bawah.

Reiko-chan menoleh, wajahnya tampak murung. "Matsumoto-san kehilangan kalungnya," ungkapnya lesu.

Mata gue terbelalak lebar setelah mendengar penjelasan Reiko-chan. "Bagaimana bisa hilang?" tanya gue kaget.

Reiko-chan mengedikkan bahu lalu kembali membantu Matsumoto-san mencari kalung yang hilang itu.

"Pasti ada yang mencurinya!" ujar Matsumoto-san dengan raut muka menggila. "Bagaimana mungkin kalung itu hilang sementara aku selalu meletakkannya di laci setelah kupakai?"

"Bagaimana kalau kita geledah saja semua kamar yang ada di sini," usul Reiko-chan.

"Ide bagus!!"

Pertama, kami menggeladah kamar Furukawa Keiko, di sana tidak apa-apa. Dengan gelagat seperti orang keranjingan, Matsumoto-san bergegas ke kamar sebelahnya, kamar milik Kurumi. Dan lagi, di sana tidak ditemukan benda yang dimaksud. Terakhir, Matsumoto-san dan Reiko-chan akan menggeledah kamar gue.

"Kalian tidak akan menemukan apa pun, percayalah!" kata gue denga penuh percaya diri.

Dua orang itu terus mencari. Membuka lemari gue kemudian mengobrak-abriknya, meneliti satu per satu laci lalu mengeluarkan semua barang-barang yang ada di dalamnya. Bahkan mereka menggulingkan kasur gue untuk menemukan kalung itu. Percuma! Kalian nggak akan pernah menemukan kalung itu di sini, ujar batin gue.

"Matsumoto-san, apa ini?" tanya Reiko-chan setelah menyingkap buku-buku yang berada di nakas meja. Di tangannya ada sebuah kalung cantik emas putih.

Mata gue terbelalak lebar. Bagaimana bisa kalung itu berada di sana? Gue bertanya-tanya. Matsumoto-san meraih kalung itu dari tangan Reiko-chan. Lalu melangkah ke arah gue.

"Apa ini Raya-chan? Bagaimana bisa kalungku ada di kamarmu?" ucap Matsumoto-san marah. Matanya mendelik, melotot seolah mau keluar.

Gue menelan ludah. Sebenarnya, gue tak tahu kenapa kalung itu bisa berada di sana. "A... Aku tidak tau," jawab gue jujur.

Matsumoto-san tersenyum miring seolah meledek jawaban gue. "Berani-beraninya kau berbohong padaku!"

Plaaakk

Sebuah tamparan mendapat cepat di pipi gue, membuat mata gue membulat kaget, sedangkan tangan gue spontan memegangi pipi gue yang terasa nyeri setelahnya.

"Pergi kau dari rumahku! Aku sudah sering bertemu orang-orang yang berpura-pura baik sepertimu." Matsumoto-san tiba-tiba mendorong gue menuruni tangga hingga sampai ke halaman luar.

"Matsumoto-san, sungguh aku tidak tau bagaimana kalung itu bisa berada di kamarku," papar gue ngotot.

Wanita paruh baya itu sama sekali tak mau mendengarkan semua perkataan gue. Dia kembali ke dalam, mengambil barang-barang gue, lalu melemparnya asal di hadapan gue.

"Matsumoto-san, sungguh aku tidak tau apa-apa. Sungguh!" jelas gue lagi.

Hampir semua penghuni home stay keluar dari  kamar masing-masing. Mereka saling berbisik sambil memandang rendah gue. Sementara itu, gue bisa melihat Reiko tersenyum licik di belakang punggung Matsumoto-san.

"Sudahlah! Aku sudah sering menjumpai orang sepertimu. Mulai sekarang, jangan pernah menampakkan wajahmu lagi. Apa kau mengerti?" bentak Matsumoto-san.

"Matsumoto-san..."

"Dan mulai sekarang, jangan pernah bekerja di kedaiku lagi!!" potong Matsumoto-san emosi.

Braaak

Matsumoto-san membanting pintu, menutup semua jendela yang terbuka, dan membiarkan gue sendirian di halaman. Air mata begitu lancang membasahi pipi gue. Dan gue sadar bahwa gue sedang difitnah mencuri.

Hati gue sesak, sempat beberapa kali gue memukul dada gue. Tapi percuma! Dada gue masih saja sesak. Sudah berapa kali gue dihianati kayak gini? Pertama Tantri, kedua Pak Dono, lalu Lea dan Arsyaf, kemudian kini... Reiko-chan.

Sambil menangis, gue memunguti barang-barang gue yang tadi dilempar asal oleh Matsumoto-san. Sekarang, gue akan tinggal di mana? Apa gue harus tinggal di sauna seperti drama Korea yang kerap gue tonton?

Setelah mengemasi barang-barang gue yang berserakan di halaman, gue bergegas pergi sambil mengusap sisa-sisa air mata. Beberapa home stay lain sempat gue kunjungi. Tapi nihil! Home stay di sekitar kampus dengan harga murah sudah penuh dan tak menerima penghuni lagi. Jika gue tinggal di home stay dengan harga mahal, lalu siapa yang akan membayar biayanya?

Punggung gue terasa pegal setelah seharian penuh menggendong tas ransel sambil menyeret koper beroda. Gue sekarang tidak punya tempat tujuan. Tadinya gue sementara mau tinggal di motel, tapi gue tiba-tiba merasa jijik ketika melihat beberapa pasang pemuda pemudi mabuk masuk ke dalam motel tersebut. Itulah sebabnya gue mengurungkan niat gue untuk tinggal di motel.

Hari semakin gelap, langit tampak tak begitu bersahabat. Setetes air dari langit satu per satu turun lalu disusul dengan tetesan yang lainnya. Gue berlari kecil menuju teras mini market untuk berteduh.

"Raya?" sapa seorang cowok yang keluar dari dalam mini market.

Gue menoleh dengan mata melebar. "Sam?"

Cowok itu mengamati gue dari bawah ke atas. Alisnya agak terangkat setelahnya. "Kenapa lo bawa koper segala?"

"Gue diusir dari home stay."

"Kenapa bisa diusir?" tanya Sam kaget.

Gue mengedikkan bahu.

"Terus, sekarang lo mau tinggal di mana?"

Lagi, gue mengedikkan bahu, tak berani melihat ke arah Sam, gue mengalihkan pandangan menghadap ke bawah. Gue malu.

"Gimana kalau elo tinggal di apartemen gue aja?"

Gue mengangkat kepala kaget lalu menghadap ke arah cowok itu.

*****🍰🍰🍰*****
Vote komen

Apakah Raya akan menerima tawaran Sam?




FEMME FATALE 2 / Cewek Cetar Season 2 Where stories live. Discover now