Chapter 51

18K 1.4K 254
                                    

[Lea pov]

Orang bilang cinta itu buta. Dan gue rasa itu benar. Malam itu, sebenarnya gue masih bisa mengendalikan diri. Gue sadar bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan susu yang gue minum. Tapi ya sudahlah. Karena Arsyaf yang meminta, akhirnya gue pun mau walaupun gue tahu perbuatan gue salah. Salah besar malah.

Sudah sejak lama gue iri dengan hubungan Raya dan Arsyaf. Mereka begitu romantis dan kocak. Sungguh pasangan serasi. Setiap hari, ah tidak! Setiap detik, gue marah melihat kedekatan mereka. Awalnya gue mencoba iklas, tapi lama-kelamaan gue nggak bisa. Rasa cinta gue yang begitu besar pada Arsyaf menolak untuk merelakan.

Sekarang nasi sudah menjadi bubur. Kalau dibilang menyesal, gue sama sekali tidak menyesal walaupun malam itu gue tahu Arsyaf melakukannya tanpa cinta. Dia berada di bawah pengaruh alkohol. Samar-samar gue bisa mencium bau alkohol dari mulutnya.

***

[Arsyaf pov]

Setelah hampir setengah jam gue memencet bel, akhirnya Mbak Widya keluar juga dari kos. Dia mendelik sambil berkacak pinggang. Pasti Raya sudah menceritakan semuanya pada Mbak Widya.

"Mbak, apa Raya ada di dalam?" tanya gue cemas. Sudah seminggu ini dia nggak mau ketemu sama gue. Nomornya bahkan sudah tidak aktif lagi.

"Kalau pun dia ada di sini, gue nggak bakal kasih tahu lo, Syaf! Dasar bajingan!" maki Mbak Widya marah.

"Mbak, aku harus ketemu sama dia, Mbak. Aku harus jelasin ke dia semua kesalah pahaman ini, Mbak."

"Kesalah pahaman lo bilang?" Alis Mbak Widya terangkat. "Orang selingkuh itu semuanya juga pada ngomong kek gitu."

"Aku nggak selingkuh, Mbak. Demi Tuhan, aku nggak selingkuh."

"Memang bener ya kata Raditya Dika, cowok itu kalau nggak brengsek ya homo."

"Ya ampun, Mbak. Sumpah demi Tuhan aku nggak brengsek apalagi homo."

"Persetan dengan ucapanmu! Sekarang pergi! Pergi nggak?" Mbak Widya mendorong gue sampai keluar gerbang.

"Mbak, dengerin aku, Mbak. Aku sayang banget sama Raya. Aku nggak bisa kehilangan dia, Mbak."

"Bodo!" Dia kembali masuk ke dalam kos lalu membanting pintu tanpa mengasihani gue.

Sudah dua hari gue lalu lalang di dekat kos Raya. Tapi tetap saja gue tidak melihat batang hidungnya. Apa dia pindah kos? Ah, tidak! Pasti dia marah banget sama gue. Tapi meskipun demikian, gue harus gigih. Gue nggak akan menikah dengan siapa pun kecuali sama dia. Titik!

***
[Raya pov]

Gue mengayun-ayunkan kaki gue sambil menatap danau ikan yang begitu luas, terhampar indah di depan mata gue. Sejak kejadian malam itu, gue jadi sering melamun dan mimpi buruk. Gue takut satu per satu orang yang gue sayang meninggalkan gue, menghianati gue, dan pada akhirnya membuat gue terluka.

"Neng Raya?" sapa seseorang yang suaranya sangat gue kenal. Sobirin.

Gue menghela napas jengah lalu meliriknya sejenak kemudian kembali menatap danau indah dengan pepohonan rindang yamg tumbuh subur di sekelilingnya.

"Neng, Bang Birin perhatikan, Eneng Raya akhir-akhir ini cemberut melulu. Bukannya Neng Raya dapat IPK sempurna, empat koma nol nol? Ngapain sedih?" tanya Sobirin prihatin.

"Nggak apa-apa kok, Sob," jawab gue malas. Seperti biasa, gue masih bisa mencium bau yang tidak sedap dari mulutnya.

"BTW, Bang Birin kagum lho sama Neng Raya. Soalnya Neng Raya itu SMA nya dari jurusan IPA. Tapi bisa dapat IPK setinggi itu. Sempurna lagi!" pujinya riang.

FEMME FATALE 2 / Cewek Cetar Season 2 Where stories live. Discover now