Chapter 84

17.4K 1.9K 140
                                    

[Author pov]

Anila menatap wajah Renan, membuat pria berambut gondrong itu sedikit risih. Setelah menyesap seputung rokok dan mengeluarkan kepulan asap, Renan terhenti. Ia mengapit sepuntung rokok di antara jari telunjuk dan jari tengahnya lalu menatap balik Anila.

"Kenapa kamu ngelihatin aku kayak gitu?" tanya Renan sinis.

"Habisnya kamu ganteng banget sih," jawab Anila blak-blakan dengan suara manjanya.

Jujur saja, Renan suka perempuan manja tapi penurut seperti Anila. Di antara 23 wanita yang pernah ia kencani, hampir separuh memiliki sifat manja. Menurutnya, perempuan manja dan penurut itu perlu untuk dilindungi. Mereka terlihat rapuh.

Memang benar selama ini Renan mencari seorang perempuan yang memiliki kepribadian seperti Raya. Baik, pintar, tegar, lucu, manja, walaupun tidak penurut. Dan jujur saja, Anila memiliki semua kriteria yang yang ia inginkan. Apalagi Anila adalah gadis penurut. Hal itu menambah poin plus baginya.

"Sayang, bentar lagi Raya dan Pak Bara menikah. Kita kapan ya?" tanya Anila memberanikan diri. Ia menggigit bagian bawah bibirnya.

Renan menghela napas jengah. Ia paling tidak suka dituntut untuk membuat komitmen yang lebih serius.

"Usiaku dua bulan lagi sudah 27 lho," imbuh Anila.

"Aku kan sudah bilang ke kamu kalau aku belum ingin menikah," ucap Renan sinis lalu ia kembali menghisap puntung rokoknya.

"Ya udah," kata Anila sambil memegang tangan Renan. "Kalau kamu masih belum siap, aku nggak akan maksa kok. Aku bakalan nungguin kamu."

"Bagus kalau kamu ngerti!" ujar Renan ketus setengah membentak.

Anila menelan ludah. Hatinya teriris mendengar Renan berkata ketus terhadapnya. Tak apa jika Renan tidak ingin menikah. Tapi bukankah Renan bisa menolaknya secara halus?

"Anila?" sapa seorang lelaki tampan yang kebetulan lewat.

"Jordan?" kata Anila dengan mata sedikit membulat, melihat sesosok lelaki tampan yang sudah lama tak ia lihat.

"Anila, apa kabar?" tanya Jordan sumringah.

"Baik. Gue baik. Lo sendiri?" jawab Anila bersemangat lalu berdiri, memeluk Jordan, kemudian cipika cipiki dengan entengnya, membuat hati Renan memanas.

"Gue baik," sahut Jordan. "Em... dia siapa?" tanyanya sambil melirik ke arah Renan.

"Dia pacar gue. Namanya Renan Atala. Lo bisa panggil dia Renan."

"Hai. Aku Jordan," kata Jordan sembari mengulurkan tangannya pada Renan.

"Renan," sahut Renan malas sambil menjabat singkat tangan Jordan.

"Eh ngomong-ngomong, lo sekarang kerja di mana?" tanya Anila sambil mempersilahkan Jordan untuk duduk di sampingnya.

"Gue sekarang kerja di sini. Gue pemilik restoran ini," jelas Jordan.

"Benarkah?" Anila terperangah.

Entah kenapa Renan semakin kesal melihat keakraban Anila dengan Jordan. Ia bersikap cuek sambil terus merokok dan sesekali SMS-an dengan beberapa mantan pacarnya, mencoba mengabaikan percakapan antara Anila dan Jordan.

"Eh, ngomong-ngomong kapan kalian menikah?" tanya Jordan sambil menatap Renan tajam.

Renan terhenti, ia menatap balik Jordan dengan tatapan tak kalah tajam. "Itu bukan urusan elo," kata Renan sinis sambil membanting rokoknya ke dalam asbak.

"Sayang, kenapa kamu sinis gitu sih ke Jordan?" tanya Anila setengah berbisik, ia merasa sedikit tidak enak hati pada Jordan.

Jordan tersenyum miring. Ia menyadari kalau Renan cemburu terhadapnya. Tapi ia juga sadar bahwa Renan masih belum memahami perasaannya sendiri terhadap Anila.

FEMME FATALE 2 / Cewek Cetar Season 2 Место, где живут истории. Откройте их для себя