Chapter 62

18.2K 1.3K 205
                                    

[Elbara pov]

Dengan kemeja biru muda dan setelan jas warna hitam pekat, lengkap dengan dasi motif garis-garis, tubuh gue seakan menegang. Betapa tidak? Sebentar lagi gue akan memasuki ruangan rapat dewan direksi. Gue sebenarnya malas menjadi pewaris perusahaan Papa. Impian gue adalah mendirikan perusahaan gue sendiri, perusahaan yang dimulai dari nol. Tapi mau bagaimana lagi? Inilah takdir gue yang sudah diatur oleh Tuhan dan sekarang hidup gue dikendalikan oleh Papa. Gue hanya sekedar boneka sekarang. Damn it!

Dua orang body guard tampak berjaga di depan pintu. Papa berjalan di barisan paling depan. Sementara gue berada di samping kanannya, satu langkah di belakang. Dan masih ada beberapa orang berjalan di belakang gue menuju ruang rapat. Ya, Papa adalah CEO di perusahaan ini, perusahaan yang menguasai pangsa pasar Asia dan Eropa, perusahaan yang telah didirikan oleh Kakek dulu.

Dua orang body guard itu tampak bersiap membukakan pintu ketika melihat kami berjalan ke arah mereka. Dan pintu pun terbuka. Setelah menelan ludah, gue menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan.

Semua orang tampak berdiri dengan hormat ketika Papa memasuki ruangan dan mengambil kursi yang paling depan. Kemudian Papa mempersilahkan semuanya untuk duduk. Setelah berbasa-basi, akhirnya Papa menyuruh gue buat maju ke depan dan memperkenalkan gue ke semua anggota dewan direksi.

Papa menepuk bahu gue dua kali. "Dia adalah anak saya. Sebentar lagi dia akan lulus kuliah. Mulai sekarang, dia akan menjadi direktur keuangan di perusahaan ini," kata Papa dengan entengnya.

Mata gue membulat lalu menoleh ke arah lelaki paruh baya itu dengan tatapan penuh tanya. Apa-apaan ini? Tanpa persetujuan dari gue, Papa membuat keputusan seenaknya. Shit!

Spontan suasana ruang rapat menjadi riuh. Para dewan direksi saling berbisik satu sama lain walaupun ada sebagian anggota yang hanya mengangguk seolah mengiyakan keputusan Papa.

"Dia adalah penerus perusahaan ini. Jadi, saya akan memupuknya sejak dini sebelum dia benar-benar menggantikan posisi saya sebagai CEO," lanjut Papa kemudian lelaki paruh baya itu memberikan kode mata agar gue memperkenalkan diri ke para anggota dewan direksi.

"Perkenalkan, nama saya Elbara. Mulai sekarang, saya akan menjabat sebagai direktur keuangan diperusahaan ini," papar gue tegas.

***

Tok tok tok

"Masuk!" perintah gue.

Seorang perempuan cantik bernama Davina memasuki ruang kerja gue sambil membawa beberapa berkas perusahaan. Ia kemudian meletakkan berkas-berkas tersebut di meja gue. Gue mendongak, melihatnya yang masih berdiri di hadapan gue dengan postur tegap, dan kaku seolah menggambarkan sosok wanita yang sangat disiplin.

Umurnya 28 tahun, 6 tahun lebih tua daripada gue. Dia lulusan management di salah satu Universitas ternama di Indonesia. Dia sudah bekerja selama 5 tahun di perusahaan ini. Keuletannya membuat Papa mempercayakan gue pada sosok wanita berpenampilan rapi itu. Dia merupakan salah satu tangan kanan Papa.

Gue tak boleh kalah darinya. Gue harus mengatakan pada dunia kalau gue bisa menjadi pewaris yang kompeten. Oleh karena itu, dengan gestur tegas, gue mencoba mempelajari berkas-berkas yang ia berikan.

"Apa? Ada pertemuan ke Beijing?" Gue terhenti membaca berkas, lalu kembali mendongak, menatap Davina.

"Iya, Tuan Suryabara ingin anda menggantikannya pada pertemuan di Beijing China dengan para koleganya di sana," jelas Davina.

Gur menghela napas, "Baiklah. Kalau begitu, persiapkan semuanya," kata gue.

Perjalan gue masih panjang. Untuk menemukan Raya dan mendapatkannya, itu tidaklah mudah. Gue harus menjadi seseorang yang kokoh agar tidak lagi menjadi boneka Papa. Oleh karena itu, gue harus menjadi seorang pembisnis yang lebih hebat daripada Papa.

FEMME FATALE 2 / Cewek Cetar Season 2 Where stories live. Discover now