Extra Chapter

21.4K 1.5K 107
                                    

[Author pov]

EPILOG

Mata Raya melebar ketika melihat dua garis di test pack yang baru saja ia celupkan ke air seninya. Senyumnya mengembang lalu ia jingkrak-jingkrak kegirangan di dalam kamar mandi. Ia positif hamil setelah baru 3 minggu menikah dengan El.

"Ngapain kamu senyum-senyum kayak gitu?" El yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar mandi membuat Raya gelagapan menyembunyikan test pack nya.

"Orang senyum emangnya nggak boleh?" tanya Raya nyolot.

"Ya ... nggak apa-apa sih," kata El santai.

Raya mengedikkan bahunya lalu menepuk-nepuk pipinya di depan cermin, hatinya sangat bahagia, tapi ia belum bisa memberitahu El tentang kabar baik kehamilannya.

"Kamu nggak lupa ulang tahunku nanti malam kan?" tanya El sambil memeluk Raya dari belakang, melingkarkan tangannya, dan menyandarkan dagunya di pundak istrinya.

"Ya nggak mungkinlah aku lupa. Kamu ingetin aku tiap hari. Mana pungkin aku lupa." Raya menimpali.

"Kamu kasih aku apa nanti?"

"Kado spesial. Kado yang nggak bisa dibeli di manapun." Raya membalikkan tubuhnya lalu melingkarkan tangannya di leher suaminya.

Dahi El berkerut, ia sungguh dibuat penasaran. "Nggak bisa dibeli di manapun? Kamu buat sendiri?" El bertanya-tanya.

Raya menggeleng. "Aku nggak bisa buat sendirian. Aku dibantu seseorang bikinnya."

"Siapa yang bantu kamu?"

"Ada deh. Entar jam duabelas, kamu pasti tau sendiri. Aku akan berikan kadonya jam duabelas malam nanti."

El tersenyum lalu ia memeluk erat istrinya. "Aku nggak sabar."

Tak terasa sudah dua jam sejak percakapan antara Raya dan El di kamar mandi. Sedari tadi El selalu melirik jam dinding dan berharap jam duabelas akan segera tiba. Raya masih berkutat di dapur untuk menyiapkan kue tar yang tadi sore ia pesan. Tak lupa juga ia memasang lilin untuk dinyalakan nanti.

"Sayang," panggil El yang duduk di hadapan beberapa hidangan yang tersaji di atas meja makan.

"Hm?" sahut Raya sembari terus menyiapkan hidangan.

"Apa kamu nggak bisa kasih kadonya sekarang aja?"

Raya tercekat, alisnya terangkat, lalu ia melirik sekilas jam dinding yang tergantung kemudian ia terkekeh.

"Kok malah ketawa sih?" tanya El heran.

"Kamu mah kayak anak kecil aja yang nggak sabar nunggu buka puasa. Jam duabelas mah cuma tinggal 1 jam lagi, Mas Bara," jelas Raya lalu terkikik.

El menghela napas kecewa ketika Raya menolak untuk memberikan kadonya sekarang.

"Eh ngomong-ngomong, aku masih risih lho, panggil kamu dengan sebutan Mas," jelas Raya blak-blakan. "Aku ngerasa aneh aja. Apa sebaiknya aku panggil kamu seperti saat kita pacaran dulu?"

"Nggak boleh. Aku suka panggilan Mas Bara atau sayang soalnya. Kamu ngerasa risih soalnya belum terbiasa."

"Emangnya kamu nggak risih?" Kali ini Raya duduk berhadapan dengan El.

"Aku nggak risih. Aku hanya merasa sedikit aneh."

"Itu mah sama aja!"

Mereka pun bercakap-cakap sampai larut malam, dan tak terasa, jam duabelas yang dinantikan El datang juga hingga membuatnya terperangah senang.

FEMME FATALE 2 / Cewek Cetar Season 2 Where stories live. Discover now