Chapter 12

20.6K 1.8K 31
                                    

[Raya pov]

Sepanjang jalan menuju restoran, Arsyaf terus menggandeng tangan gue erat seolah tak mau lepas. Bahkan saat ia menyetir mobil tadi, tangan kirinya menggenggam tangan gue. Sementara tangan kanannya berayun-ayun di kemudi bundar. Gue bisa merasakan cintanya yang begitu besar. Mengingat hal itu gue jadi suka senyum-senyum sendiri.

"Kamu mau pesen apa, Sayang?" Tanya Arsyaf dengan nada kalem ketika seorang pelayan cantik memberi kami daftar menu. Rupanya dia tak lagi marah sama gue.

Dahi gue mengernyit heran. Ternyata lelaki egois yang ada di hadapan gue bisa lembut juga. "Em..... aku mau makan kentang goreng!" Gue menunjuk gambar sekardus kecil kentang goreng yang tampak lezat dengan saos sambal dan mayones.

"Mbak, dua kentang goreng ya!" kata Arsyaf pada pelayan cantik itu sembari mengembalikan buku menu.

Pelayan cantik itu senyum-senyum nggak jelas pada Arsyaf. Apa dia idiot?

"Iya, Mas." Ucap pelayan cantik itu sambil menerima buku menu dari Arsyaf.

Dengan jelas, gue bisa melihat pelayan itu mencoba merayu Arsyaf. Ia dengan sengaja mendekatkan jemarinya ketika Arsyaf memberikan buku menu.

"Ehem!" Gue berdehem sinis lalu menjauhkan tangan pelayan itu dari tangan Arsyaf. "Kentang goreng dua ya, Mbak. NGGAK PAKEK LAMA!" kata gue judes sambil melotot marah.

Inilah resiko mempunyai pacar yang super ganteng. Untung Arsyaf orangnya setia banget. Kalau tidak, mungkin sekarang kita sudah putus dari dulu. Betapa tidak? Setiap kali gue jalan bareng sama dia, pasti ada aja cewek gatel suka caper. Sebel! Sebel! Sebel!

Pelayan cantik itu hanya cemberut setelah tersenyum kecut pada gue. "Baik, Mbak!" Ujarnya ketus kemudian pergi mengambil pesanan kami.

Arsyaf tersenyum kecil sambil memandang gue lekat. "Kamu cemburu?" Godanya.

Gue memanglingkan muka, salah tingkah. "Enggak," elak gue bohong.

Arsyaf mengacak rambut gue lembut. "Kamu imut banget kalau lagi cemburu tau nggak?"

Gue langsung menepis tangan Arsyaf dari rambut gue. "Apaan sih! Lebay!" Ucap gue sambil menahan senyum.

"Arsyaf? Raya?" Sapa seorang gadis dari belakang.

Gue pun menoleh. Betapa terkejutnya gue ketika mengetahui siapa gadis yang memanggil gue tadi. Pamela. Dia berdiri di samping El. Dan tentunya kedua tangannya melingkar erat di lengan El.

Gue tercekat. Mematung di tempat gue duduk. Dada gue kembali terasa sesak. Plis Tuhan! Tolong hilangkan rasa ini. Rasa yang seharusnya tak pernah ada dan mengusik kehidupan bahagia gue bersama Arsyaf.

"Kalian lagi nge-date?" Dahi Pamela mengernyit.

"Iya, Mel." Jawab Arsyaf singkat.

Pamela menarik lengan El untuk mendekat di meja kami. "Boleh kami duduk di sini?" Tanya cabe gila itu dengan semangat.

"Bo...boleh," jawab gue enggan.

El dan Pamela pun ikut makan satu meja bersama kami. El dan Arsyaf duduk bersebelahan. Sedangkan gue duduk di samping Pamela.

"BTW, gimana ceritanya kalian bisa jadian?" Pamela melihat ke arah gue lalu ke arah Arsyaf, yang saat itu duduk tepat di hadapan gue.

"Ceritanya panjang, Mel! Bisa-bisa mulut gue berbusa kalau cerita satu-satu," celetuk Arsyaf asal.

El hanya diam sambil memandangi gue dari tempatnya. Ya! Ini pertama kalinya El melihat penampilan gue dengan rok pendek dan make-up cantik ala kak Icha.

"Terus, gimana kalian bisa jadian?" Tanya Arsyaf balik.

Pamela mengangkat bahu. "Entahlah. Gue juga kaget ketika El tiba-tiba datang ke kelas lalu nembak." Cewek dengan rambut pirang terurai itu senyum-senyum nggak jelas juga kayak pelayan tadi. Apa dia idiot?

Gue hanya diam. Dada gue sakit banget. Ada apa ini, Tuhan? Kenapa sesakit ini? Mengapa hamba harus mencintai dua cowok dalam satu waktu?

***
Note  : eemmmm.... pasti beberapa reader pernah mengalami hal yang serupa sama Raya. Iya kan? Iya dung! Pasti kan? Pasti dung!

FEMME FATALE 2 / Cewek Cetar Season 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang