Chapter 53

18.3K 1.4K 180
                                    

[Elbara pov]

Hati gue terasa perih banget melihat keadaan Raya seperti itu. Setelah dokter memberinya obat penenang, dia pun tertidur lelap. Perlahan tanpa izin, gue membuka pintu kamarnya, berjalan sepelan mungkin agar dia dan roommate-nya tak terbangun. Gue lantas mengambil kursi, mendekatkannya ke sisi ranjang Raya. Gue menatap tangan Raya prihatin. Hanya tulang dan kulit yang tersisa di sana.

"Raya..." gue memanggilnya, meraih tangan keringnya lalu mengecup punggung tangannya. "Aku akan kembali sebentar lagi, Raya."

"Park Bo Gum?" tanya seorang gadis kecil berkepala botak.

Gue menoleh kaget ke arah gadis kecil gundul itu, roommate Raya. Dia bukan tuyul, sepertinya dia mengidap penyakit yang sangat parah sehingga mengharuskan kepalanya tercukur habis.

"Aku?" gue menunjuk diri gue sendiri dengan alis terangkat. "Aku bukan Pak Bo Gum." gue menggeleng.

"Park Bo Gum. Bukan Pak Bo Gum!" omel gadis kecil itu.

"Iya iya terserah kamu," sahut gue setengah berbisik.

"Kalau kamu bukan Park Bo Gum, terus kamu siapa? Kwangsoo running man?" tanyanya lugu.

Bushet nih anak! Memang benar gue tidak pernah nonton drama korea. Tapi kalau Kwangsoo running man, gue tahu, soalnya Raya sering nonton running man saat jam istirahat. Yang perlu digaris bawahi, apa gue mirip dengan manusia setengah jerapah itu?

"Adik kecil, kakak bukan Park Bo Gum apalagi Kwangsoo," gue membelai lembut pipi gadis kecil itu. "Kakak ini temennya Kak Raya."

Gadis kecil itu mengangguk, mulutnya membentuk huruf O. "Kakak bukan pacarnya Kak Raya kan?" tanyanya kepo.

"Kenapa emang?"

"Kalau kakak bukan pacarnya Kak Raya, kakak harus jadi pacarku!"

Gue terkekeh lama lalu membelai pipi gadis kecil itu lagi. "Masih kecil nggak boleh pacaran."

"Tapi aku mau pacaran sama Kakak!"

Gue kembali terkekeh. "Iya iya, pacarannya nanti setelah kamu lulus SMA ya," kata gue agar gadis kecil itu berhenti merajuk.

"El?" panggil Raya tiba-tiba.

Gue terlonjak kaget, menoleh ke arah Raya dengan mata terbelalak lebar. "Raya?"

"El? Kamu El kan?" tanya Raya lemas.

Gue tak menjawab. Semua kekata yang tadi gue pikirkan tercekat di tenggorokan. Gue mematung tak bernapas hingga akhirnya gue bisa bernapas lega ketika Raya kembali tertidur pulas.

***

[Author pov]

Sudah beberapa hari Raya di rumah sakit umum. Akhirnya ia dipindahkan ke rumah sakit jiwa dan menetap selama tiga minggu di sana untuk menjalani terapi kejiwaan. Keadaan Raya semakin hari semakin membaik seiring berjalannya waktu. Setiap hari Icha dan Renan tak pernah lupa memberikan support pada Raya. Dan berkat mereka, Raya berhasil sembuh dari depresi yang ia alami dan bisa kembali pulang.

"Raya, coba lihat ini!" Icha menyodorkan beberapa lembar kertas pada Raya.

Alis Raya terangkat. "Apa ini, Kak?" Raya kemudian membaca sekilas kertas-kertas yang diberikan Kakaknya.

"Itu berisi pengumuman tentang persyaratan beasiswa pemerintah Jepang, monbukagakusho," papar Icha sambil tersenyum manis.

"Untuk apa?" Dahi Raya mengernyit.

"Ya untuk mencapai cita-cita lo selama ini!"

"Maksud Kakak?" Dahi Raya kembali berkernyit.

"Bukannya lo pengen menjadi seorang arsitek?"

FEMME FATALE 2 / Cewek Cetar Season 2 Where stories live. Discover now