Chapter 27

18.6K 1.6K 70
                                    

[Raya pov]

Dia adalah El, pacar gue. Lebih tepatnya, selingkuhan gue. Dia memang jarang bicara. Tapi dia selalu bisa membuat kejutan yang nggak pernah bisa gue duga. Misalnya saja saat dia datang melindungi gue dari dua cowok berandalan, melindungi gue dari pembullyan, dan sekarang? Dia memotivasi gue saat gue sedang terpuruk.

Drrrttt.....

HP gue tiba-tiba bergetar. Apa mungkin El yang mengirim pesan? Gue pun mengambil HP gue yang terletak di nakas meja, lalu mengusap layarnya. Ternyata bukan! Kali ini Arsyaf yang chat WA pribadi.

Arsyaf  : Sayang, km msih skit?

Raya      : iya nih. Atit bnget

Arsyaf  : kta mamaku, klw org sakit, hrus denger sholawatan

Raya     : huuus! Emangnya aku mau naza'?

Arsyaf  : gk gitu mksud aku, sayang. Mungkin dg denger sholawatan, hti km jdi adem. Nih! Aku udah rekamin lagu sholawatan buatan aku sendiri sma tmn2.

Arsyaf : (kirim audio sholawatan)

Sumpah ngakak dah gua setelah denger audio sholawatan yang dikirim Arsyaf. Di audio tersebut, yang nyanyi jelas bukan pacar gua. Tapi Arsyaf bagian musik latar pakek beat box. Lha itu yang buat gue ngakak. Masak beat box intronya teketek teketek bla bla em telolet. Terus langsung masuk sholawatan.

Raya     : sumpah ngakak yank!

Arsyaf : gmn? Bgus kan?

Raya    : intronya nyebelin! 😂

Arsyaf : nyebelin gpp. Yg pnting km ktawa biar gk stress mikirin kgagaln SNMPTN.

Raya    : mkasih ya, Mann.

Arsyaf : cama2 Geet! Eh, mksud aku, cama2 Got!

Raya    : kurang ajar! Emangnya lu pikir, gw selokan?

Arsyaf : maap maap. Mksud aku, kmu itu goat!

Raya    : goat? Lu pikir gw kmbing? 😬

Arsyaf : maapin aku Ishita Balap.... karuuung...

Raya    : gk akan gw maapin, Raman kuman jelek!

Arsyaf : Sungguh aku minta maap Anandhi.

Raya    : aku tidak mau, Jagdish! Eh, btw, km kok tau pilem2 india sih! Ketularan renan y?

Arsyaf : ketularan emak gua.

Raya     : 😂😂😂

Ya Tuhan, situasi apa ini? Bagaimana bisa gue mencintai dua orang sekaligus dalam satu waktu? Yang satunya romantis banget buat hati gue melayang-layang pengen loncat-loncat. Dan yang satunya, kocak bin ajaib, selalu buat gue tertawa. Tidak mungkin hubungan kita bertiga terus seperti ini kan? Pasti suatu saat nanti gue akan dihadapkan situasi di mana gue harus memilih salah satu di antara mereka.

Tok tok tok

Terdengar suara ketukan pintu. Gue terkesiap. Seorang cewek membuka pintu kamar lalu tersenyum. Dia Murti, sahabat gue saat kelas X. Hubungan gue dan Murti agak merenggang ketika kita mengambil jurusan yang berbeda ketika memasuki kelas XI. Dia mengambil jurusan IPS, sedangkan gue mengambil jurusan IPA.

"Boleh masuk?" Tanyanya.

Gue mengangguk cepat, memperbolehkannya masuk. Murti pun masuk ke dalam kamar lalu menutup pintu.

"Aku denger, kamu kecelakaan. Jadi, aku buru-buru ke rumah sakit," papar Murti dengan suaranya yang pelan dan terdengar malu-malu.

Ya. Murti adalah seorang yang pendiam. Dia selalu merasa minder karena wajahnya. Itulah sebabnya dia jarang bicara dengan orang lain. Satu-satunya orang di sekolah yang mau ngomong sama dia cuma gue.

"Makasih ya, Murti," ucap gue sambil tersenyum. "Duduk gih!" Gue melirik sekilas kursi yang ada di samping ranjang gue.

Kadang, gue merasa iba sama Murti. Anak-anak di sekolah selalu mengolok-olok wajahnya. Apalagi anak-anak cowok! Jika Murti lewat, anak-anak cowok pasti pura-pura pengen muntah.

Murti memang tidak cantik. Kulitnya hitam, wajahnya penuh jerawat, dan giginya tonggos, sebelas dua belas sama Sobirin. Tapi bedanya, giginya Murti warna putih dan nggak bau. Sepertinya, dia rajin gosok gigi.

Saat gue dan Murti tengah asyik berbincang, tiba-tiba Sobirin datang, membuka pintu secara ngotot, lalu mendelik kaget ketika mendapati gue terbaring di atas ranjang rumah sakit dengan beberapa luka di wajah.

"NENG RAYAAA....." Teriaknya histeris.

Bushet dah! Tuh anak teriak-teriak nggak jelas di rumah sakit. Bisa-bisa obat di rumah sakit ini jadi terkontaminasi gas beracun yang keluar dari mulutnya dah.

"Ya Allah, Neng Raya kok bisa jadi gini?" Tanya Sobirin cemas.

"Sobirin, lo belum sikat gigi berapa hari?" Gue tak menghiraukan pertanyaan Sobirin dan balik bertanya.

Dia meringis malu. "Baru tiga hari, Neng."

What? Tiga hari? Sebelah pipi gue langsung berkedut ngeri. Tuh jenglot satu sepertinya perlu dibunuh sebelum gas beracun yang ia keluarkan membunuh orang lain.

"Siapa dia, Neng?" Tanya Sobirin sambil melirik Murti.

"Oh iya. Kenalkan! Dia Murti," kata gue sambil melirik Murti.

"Sobirin." Sobirin mengulurkan tangannya pada Murti.

Murti langsung menjabat tangan Sobirin. "Murti." Ia tampak malu-malu.

Bushet dah! Nih anak bedua cocok banget yak? Apalagi mereka sama-sama jomblo! Gimana kalau gue comblangin mereka aja? Tapi Eiiiittss tunggu! Kalau mereka jadian, terus gimana dong kalau mereka pengen ciuman satu sama laen? Kan jadi ribet! Yang ada bukan ciuman bibir tapi ciuman gigi dong! Somplak banget pikiran gue.

***
Note : gimana humornya? Nyess banget kan? Baru author alami maret lalu gengs. Tiap ada lawakan lucu dari temen2 kos atau temen2 yang lain, pasti author langsung catet biar gak lupa. Hahahaha

10++ comment langsung lanjut

FEMME FATALE 2 / Cewek Cetar Season 2 Where stories live. Discover now