Chapter 28

19.5K 1.6K 61
                                    

[Raya pov]

Lagi-lagi gue berada sendirian di kamar ini bersama nenek yang lebih sering tidur. Mungkin karena usia rentanya. Gue nggak ada teman ngobrol. Papa masih di Kalimantan. Mama pamit sebentar karena ada urusan pekerjaan. Sedangkan Kak Icha kuliah. Sumpah! Gue bosen banget dah! Drama Korea yang gue tonton itu itu aja. Belum sempat download yang terbaru. Dan di kamar yang bukan VVIP ini, tidak tersedia WIFI. so lame!

"Assalamu'alaikum," Lea membuka pintu lalu berlari kecil menuju ke arah gue.

"Wa'alaikum salam," sahut gue sambil tersenyum manis.

"Maaf ya, Ray. Baru bisa jenguk elo sekarang. Soalnya gue ada acara keluarga." Lea memeluk gue dari samping.

"Iya. Nyantai aja kali!" Gue menepuk-nepuk punggungnya pelan.

"Eh, coba tebak, gue bawa apa?"

Dahi gue langsung mengernyit. "Apa?"

"Ta da!" Lea mengerluarkan sebuah hard disk dari dalam tasnya, lalu memberikannya pada gue.

"Buat apa?" Gue masih bertanya-tanya. Jangan bilang kalau Lea bikin vidio nyanyi-nyanyi kayak El.

"Di dalam situ sudah ada banyak judul pilem Korea. Lo bisa tonton sepuasnya!"

"Sumpeh lo?" Mata gue terbelalak senang. "Ada apa aja?"

"Buanyak! Ada teacher kim, fairy kim book jo, night light, scarlet heart ryeo, mask, dan masih banyak yang lainnya! Kalau gue sebutin atu-atu, bisa nyinyir dah mulut gua!"

"Woaaah! Makasih ya, Lea. Lo emang sahabat terbaik gue deh! Tau aja kalau gue lagi bosen."

"Iya dung!"

Lea memang sahabat yang sangat baik. Tapi, apakah dia akan tetap mau bersahabat sama gue kalau dia tahu bahwa gue sekarang nyelingkuhi Arsyaf? Gue tertegun, memikirkan baik-baik langkah apa yang akan gue pilih selanjutnya.

***

Mata kak Icha mendelik setelah mendengar perkataan Pak dokter. Walau dia Mahasiswa kedokteran, tetap saja ia tidak bisa menandatangani surat izin operasi sebagai wali pasien. Dia kemudian bergegas menelpon mama.

"Halo, Mama?" Kata Kak Icha.

"Iya, Icha. Ada apa, sayang?" Suara mama dapat gue dengar. Mungkin Kak Icha lupa men-silent.

"Mama, kata dokter, Raya harus operasi, Ma."

"Apa? Operasi?" Kata mama terdengar kaget.

"Iya. Kata dokter, Raya mengalami patah rahang, fraktur mandibula."

"Gimana sih kamu, Icha?! Adek kamu itu lagi sakit! Kenapa mau kamu ajak mandi bola?" Omel mama mengamuk.

"Astogeh, Mama! Bukan mandi bola, Ma! Fraktur mandibula, istilah lain patah tulang wajah!" Papar Kak Icha ngotot.

"Ooohh.... bilang dong dari tadi!"

Plaakk... Kak Icha menggeprak keningnya sendiri. "Astogeh, Mama! Ya udah kalau begitu, mendingan mama sekarang cepetan ke rumah sakit buat tanda tangan izin wali pasien."

"Baiklah, mama akan segera ke sana."

***

Di dalam operation room, mata gue mengerjap beberapa kali. Tak berapa lama kemudian, seorang wanita datang sambil menyiapkan sebuah jarum suntik. Gue hanya meliriknya sebentar lalu kembali menatap langit-langit operation room.

"Dik, adik nggak pengen ke toilet dulu?" Tanya wanita itu ketus.

Gue menggeleng. Memang saat itu gue nggak pengen pipis. Wanita ketus itu pun mengangguk pelan lalu bersiap menyuntikkan jarum itu ke bagian belakang gue. Em.... ya kalian pasti taulah!

Setelah di suntik, mata gue kembali mengerjap menatap langit-langit operation room. Tak sampai lima menit, gue memanggil wanita tadi.

"Maaf, Bu, toiletnya di mana ya?" Tanya gue dengan lugunya.

"Tadi katanya nggak mau ke toilet, sekarang mau ke toilet! Gimana sih Dik?" Omel wanita bertubuh tambun itu. Untung liurnya nggak muncrat. Soalnya dia pakek masker.

Ya elah! Tadi gue emang nggak pengen pipis, lha sekarang? Tadi ya tadi. Sekarang ya sekarang. Nggak mikir apa Ibuk itu?

"Ya sudah, saya anter!" Ujarnya bertambah judes.

"Nggak usah, Buk. Saya bisa sendiri kok!" Tolak gue santun.

"Ya elah, Dik! Adik ini sudah dibius, entar kalau nuncek di kamar mandi gimana?"

Gue menghela napas, mencoba bersabar dengan ocehan Ibu Ibu rempong itu. Akhirnya, gue pun mau di anter sama Ibu itu ke toilet. Yang lebih parahnya, Ibu itu mau masuk ke toilet bareng gua. Ah, gua mah ogah! Setelah terjadi sebuah perdebatan kecil, akhirnya tuh ibu-ibu mengalah juga.

Setelah dari toilet, gue kembali terbaring di atas ranjang sebelum benar-benar dipindahkan ke meja operasi. Tak berapa lama kemudian, mata gue terasa lengket. Ngantuk berat!! Akhirnya gue pun tertidur.

Dan saat gue membuka mata, seluruh mulut gue terasa sakit dan tidak bisa terbuka sama sekali. Ada kawat mengait rata dari gusi atas ke gusi bagian bawah. Dinding-dinding mulut dan lidah gue seolah ada seratus sariawan yang bertengger. Perih! Ada selang aneh yang masuk ke dalam salah satu lubang hidung gue. Entah itu untuk apa, gue bahkan nggak tau.

"Ma..." ucap gue, tapi terdengar tidak jelas karena memang mulut gue nggak bisa terbuka.

"Ada apa, Sayang?" Samar-samar, gue bisa melihat mama menangis. Suaranya terdengar purau.

"Sakit, Ma...." ucap gue seperti orang bisu yang mencoba ngomong.

Sejak operasi itu, gue nggak mau siapa pun menjenguk gue di rumah sakit, termasuk Arsyaf, Renan, dan El. Gue malu melihat diri gue sendiri di depan cermin. Betapa tidak? Muka gue pucat kayak gajah. Selang di hidung gue terlihat seperti belalai. Dan yang lebih parahnya, saat gue membuka mulut, ada behel aneh yang memenuhi gusi atas dan gusi bawah gue.

Dokter bilang, tulang gue nggak perlu di kasih plat, dan cukup disatukan secara alami karena gue masih muda, pertumbuhan tulang gue masih bagus. Oleh karena itu kawat-kawat aneh di seluruh gusi gue berfungsi untuk menyatukan rahang atas dan rahang bawah. Sejak operasi itu, gue hanya minum susu yang biasa buat nenek nenek encok. Kata bapak Tebe, eh maksud gue, kata dokter, susu khusus lansia memang bagus untuk tulang.

Nah, gue baru tahu fungsi selang belalai ini setelah dokter menjelaskan. Selang ini untuk minum tuh susu nenek-nenek karena memang, mulut gue nggak bisa terbuka sama sekali. Jadi, gue minum lewat hidung melalui selang.

Gue menghela napas sebal! Meratapi takdir yang menyakitkan ini. Apa ini karma? Berulang kali gue menanyakan hal itu. Tapi entahlah! Masih belum ada jawaban pasti.

***
Note : chapter ini 50% kisah nyata author ya gengs. Dulu author pernah kecelakaan dan mengalami fraktur mandibula. Tapi alhamdulillah, sekarang author sehat wal afiat. Horeee!! Kasih tepukan yang gemuruh

FEMME FATALE 2 / Cewek Cetar Season 2 Where stories live. Discover now