Chapter 76

18.6K 1.5K 161
                                    

[Author pov]

Raya mendongak, melihat lelaki tampan yang baru saja menyapanya. Matanya melebar melihat lelaki itu. Tak ia sangka kalau ia akan bertemu dengan mantan di sebuah pesta megah seperti ini.

"Kenapa kamu bisa ada di sini?" tanya Arsyaf heran lalu berjalan pelan menuju Raya, kemudian ia duduk dalam satu meja bersama perempuan cantik berlipstick merah itu.

"Gue datang bersama El," jawab Raya jujur.

"Bagaimana bisa kamu datang bersama El?" Arsyaf semakin keheranan.

"Syaf, sebenernya ...." Raya memberi jeda pada kalimatnya. "Gue sama El sekarang pacaran."

"Apa?" Mata Arsyaf melotot kaget. "Bagaimana mungkin kamu dan El bisa pacaran? Sejak kapan? Kenapa bisa sama El?"

Raya berpikir sejenak, diam, mencoba merangkai kata-kata yang pas agar tidak menyakiti hati Arsyaf. Ia tahu bahwa Arsyaf selama ini sudah sangat terluka karenanya.

"Kenapa harus El, Raya?" sambung Arsyaf emosional.

"Maaf, Syaf. Sebenernya, gue sudah suka sama El sejak dulu. Sejak gue sama lo masih pacaran," papar Raya jujur. Ia tidak ingin terus merasa berdosa pada Arsyaf karena menutupi sebuah fakta bahwa dirinya pernah selingkuh dengan El.

"Lalu, dulu kamu sempat pacaran sama El, gitu?"

Raya mengangguk pelan, merasa bersalah karena dia pernah bermain cinta di belakang Arsyaf selama ini. Tapi ia tidak menyesal mencintai El karena El adalah lelaki yang menurutnya jauh lebih baik daripada Arsyaf.

Arsyaf menghela napas emosi, dadanya terasa terbakar. Bagaimana mungkin Raya tega selingkuh di belakangnya? Padahal selama ini cintanya hanya untuk Raya seorang. Tapi Raya malah membagi cintanya untuk El. Dan lebih parahnya, di akhir cerita Raya lebih memilih El daripada Arsyaf yang cintanya tak pernah terbagi sedikit pun untuk perempuan lain.

"Lalu bagaimana denganku Raya? Kenapa kamu tega melakukan ini padaku?" tanya Arsyaf dengan suara goyah, seolah-olah terdengar tengah menahan tangis.

"Arsyaf, sekali gue minta maaf. Gue nggak bisa balikan sama lo. Nasi sudah menjadi bubur. Lagi pula, elo harus bertanggung jawab terhadap Resya, bukan?"

"Resya?"

"Iya. Resya. Nyatanya Resya adalah anak lo dengan Lea. Apa lo sudah melakukan tes kecocokan DNA?"

Hati Arsyaf rasanya tercabik mendengar nama Resya dan hal-hal yang berhubungan dengan tes kecocokan DNA. Karena sebenarnya, dia sudah melakukan tes kecocokan DNA itu. Beberapa hari lalu, ia membayar orang untuk mengambil beberapa helai rambut Resya. Dia kemudian membawa sample rambut Resya tersebut ke rumah sakit untuk tes kecocokan DNA. Dan hasilnya tak bisa ia percaya. Ternyata Resya memang benar adalah anak kandungnya.

"Aku sudah melakukan tes DNA seperti yang kamu suruh," ucap Arsyaf setelah terdiam beberapa saat. Ia menunduk sedih.

"Lalu? Apa hasilnya?" tanya Raya penasaran.

"Kamu benar. Resya adalah anak kandungku."

Mata Raya melebar sesaat, tapi ia tak begitu terkejut dengan kenyataan itu seolah ia sudah mengikhlaskan sosok Arsyaf untuk menjadi ayah Resya.

"Aku akan bertanggung jawab pada Resya," sambung Arsyaf miris, ia masih enggan menerima kenyataan bahwa Resya memang benar anak kandungnya.

"Lalu, bagaimana dengan Lea? Apa elo akan menikahinya demi Resya?"

Arsyaf mengangguk pilu.

"Bagus kalau begitu. Selama ini, Lea sudah menderita karena menjadi single mother. Tanpa suami, ia membesarkan Resya sendirian," papar Raya iba. "Lagi pula, gue juga kasihan sama Resya. Orang-orang di sekelilingnya sering memandang rendah dirinya karena dia dicap sebagai anak di luar nikah."

FEMME FATALE 2 / Cewek Cetar Season 2 Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt