Chapter 82

19.1K 1.4K 121
                                    

[Author pov]

Mulut Raya menganga, matanya terbelalak lebar, lalu tangannya dengan sigap mencegah El yang hendak memukul Arsyaf lagi.

"El, hentikan!" cegah Raya panik.

El terhenti lalu dengan tatapan penuh emosi, dia menatap Raya. "Kenapa kamu mencegahku?" bentak El.

"El, aku mohon tenang dulu. Aku akan jelasin semuanya."

"Semuanya sudah jelas!"

"El, kamu jangan marah kayak gini. Aku mohon. Aku akan jelasin semuanya tapi kamu tenang dulu," pinta Raya memohon sambil memegang lengan El yang masih mengepal marah.

El menarik napasnya dalam-dalam lalu mengembuskannya, mencoba meredam amarahnya yang masih memuncak.

"El, kamu mau dengerin penjelasanku kan?" tambah Raya.

El mengangguk pelan. Lalu Raya meminta El dan Arsyaf untuk masuk ke dalam apartemennya. Sesampainya di ruang tamu, Arsyaf dan El duduk berjauhan. Sementara Raya ada di dapur untuk menyiapkan 3 cangkir teh hangat.

"Raya nggak salah," ucap Arsyaf setelah beberapa lama tidak ada percakapan di antara mereka berdua.

El menaikkan satu alisnya lalu tersenyum miring. Seperti biasa, dia tidak berkata apa-apa.

"Tadi gue maksa dia buat diam saat gue peluk. Gue memohon padanya agar tidak meronta," jelas Arsyaf gamblang.

"Gue tau kok," kata El singkat, membuat Arsyaf sedikit kaget.

"Lo tau? Tapi kenapa lo masih marah sekarang?"

"Gue marah ke elo bukan ke Raya."

"Syukurlah kalau lo hanya marah ke gue." Arsyaf tersenyum lega. "BTW, gue minta maaf ya."

Alis El terangkat mendapati Arsyaf meminta maaf.

"Gue minta maaf karena gue telah lancang meluk calon istri orang. Apalagi calon istri sepupu sendiri," papar Arsyaf lalu terkekeh kecil.

"Oke gue maafin. Tapi ingat! Ini untuk yang terakhir kalinya. Jika terjadi lagi, gue nggak akan segan-segan habisin elo. Ngerti?" ancam El tegas, membuat Arsyaf meneguk ludah takut.

"Oke. Lagipula, gue sudah janji ke Raya kalau pelukan tadi adalah pelukan terakhir untuk perpisahan. Gue akan menikah dengan Lea."

Bagi El, Raya adalah miliknya. Tidak ada lelaki lain yang boleh menyentuhnya selain dirinya. Berbeda dengan Papanya, El sangat setia pada pasangannya. Sekali ia jatuh cinta, ia tidak bisa mencintai perempuan lain.

"Tehnya sudah siap," kata Raya sambil membawa 3 cangkir teh di atas nampan lalu menyuguhkannya ke El lalu Arsyaf. "Maaf ya ... tehnya terlalu manis soalnya aku tadi kebanyakan masukin gula," papar Raya lalu tersenyum malu pada El.

El tersenyum kecil lalu mengelus rambut Raya. "Nggak apa-apa kok."

Alis Raya terangkat. Dia pikir El masih marah karena insiden pelukan tadi. "Kamu sudah nggak marah?"

"Aku nggak marah ke kamu. Aku marah ke Arsyaf."

"El?"

"Hm?" sahut El setelah menyeruput tehnya.

"Sampai kapan kita akan kayak gini?"

Kening El mengerut. "Maksud kamu?"

"Sampai kapan hati kita berlima akan berjauhan seperti sekarang?" tangan Raya mulai merambat memegang tangan El.

"Kita berlima?" El masih tidak mengerti.

Raya mengangguk. "Iya kita berlima. Aku, kamu, Arsyaf, Renan, dan Lea. Aku ingin kita berlima sahabatan kayak dulu lagi."

FEMME FATALE 2 / Cewek Cetar Season 2 Where stories live. Discover now