Chapter 20

21.3K 1.6K 22
                                    

[Author pov]

Dua tahun yang lalu, sebelum El pindah ke SMA 5 Cendrawasih, pernah terjadi sebuah tawuran hebat antara persekutuan 3 sekolah yang dipimpin El melawan persekutuan 5 sekolah yang dipimpin Sam. Dari segi jumlah, kelompok yang dipimpin El tentu tak sebanding dengan kelompok yang dipimpin Sam.

Tapi......

Siang itu, langit temaram, hanya ada warna abu-abu yang menggumpal. Sekelompok anak muda berseragam kemeja putih dengan rompi merah kotak-kotak sudah berdiri di tengah lapangan. Di garis paling depan ada Sam dengan membawa sebuah balok kayu dengan panjang sekitar 1,4 meter yang disandarkan di pundak kanannya. Wajahnya tampak songong, dahunya agak mendongak ke atas dengan tatapan tajam ke depan.

Tak lama kemudian, sekelompok anak muda dengan seragam putih abu-abu datang di lapangan itu. Di garis paling depan ada El dengan membawa sebatang besi. Wajahnya tak kalah songong. Matanya tak terlihat takut sama sekali walaupun pasukannya hanya setengah dari pasukan yang dibawa Sam.

"Ngapain lo ngajak kita tawuran?" Tanya El serius, menatap lurus ke arah Sam.

"Karena gue mau jadi ketua di antara semua ketua. Dan lo sangat mengganggu cita-cita gue itu," papar Sam. "Tidak mungkin ada dua kepala dalam satu perahu kan?"

El tersenyum miring. "Lo mau jadi ketua?" Tanyanya sinis dengan nada menghina. Cuiiih! El meludah ke samping. "Baiklah kalau itu mau lo."

Mata Sam menyipit, bibirnya tertarik ke tepi kanan. "Kita lihat saja siapa yang akan menang!"

"Oke. Siapa yang menang akan menjadi raja 8 sekolah. Dan yang kalah....." El terhenti. "Em.... akan gue pikirkan nanti ketika gue menang."

Sam tersenyum sinis. "Sombong sekali lo!" Tangan Sam langsung mencengkram kerah baju El dengan lancang. Matanya mendelik marah.

Zen mengambil langkah ketika melihat Sam mengangkat kerah baju El. Tapi El merentangkan tangan kanannya untuk menghentikan langkah Zen. Kemudian dia menepis tangan Sam dari kerah bajunya dengan kasar.

"Nggak usah banyak bacot. Ayo kita berkelahi!" Ujar El.

"SERBUUUU....!" Perintah Sam marah.

Semua anak SMA yang berdiri di belakang Sam melaju. El juga memberi kode untuk para anak buahnya agar segera melakukan perlawanan.

Braaak braaak braaak

Besi yang dipegang El terus bersahutan dengan balok kayu yang berada di tangan Sam. Sementara itu, semua orang terus asyik berkelahi dengan lawannya masing-masing.

"Nggak gue sangka lo jago berkelahi juga!" Kata Sam dengan balok kayu yang menahan sebatang besi yang di arahkan padanya.

Braaak

El menendang dada Sam hingga tubuh Sam terpental ke atas rerumputan. Sam mencoba berdiri dari tempatnya terjatuh tapi sebelum ia sempat, El sudah menginjak dada Sam dengan kuat. Sam mengerang kesakitan tapi El sama sekali tak mempunyai belas kasihan. Saat itu El tidak mempunyai hati. Hatinya telah mati sejak mamanya meninggal. Itulah sebabnya ia sama sekali tak memiliki rasa iba pada Sam.

Arrrgghh.... Sam masih mengerang kesakitan. Mulutnya mengeluarkan darah segar merah merona tapi El masih menginjak dada Sam berulang kali. Setelah melihat Sam terkapar tak berdaya, El pun beralih melawan yang lainnya. Dengan cepat ia menghajar satu per satu anak buah Sam dengan begitu mudahnya.

Tik tik tik

Satu per satu air hujan terus turun dari langit, membasahi lapangan yang tadinya kering dengan air.

"Sam, lo nggak apa-apa kan?" Tanya Mario, sahabat Sam sejak SD.

"Gue nggak papa," sahut Sam mencoba untuk berdiri.

Mario memapahnya. "Beneran?"

"Gue nggak bisa kalah semudah ini!" Sam mengambil balok kayu yang ada di dekatnya lalu berjalan menuju El yang tengah asyik menghabisi anak buahnya. Dari belakang, ia memukulkan balok kayu itu ke kepala El dengan keras hingga kepala El berdarah.

El menoleh. Ia merasakan sesuatu keluar dari kepalanya. Ia mengusap sedikit bagian keningnya. Bukan air hujan yang ia jumpai! Tapi darah. El semakin marah. Ia langsung menendang dada Sam hingga Sam mundur beberapa langkah ke belakang. Kemudian merebut balok kayu dari tangan Sam dan memukulkan balok kayu itu ke arah Sam berulang-ulang.

Napas El ngos-ngosan setelah puas memukuli Sam. Beberapa anak buah Sam sempat mencoba menyerang El dari belakang. Tapi dengan sigap El langsung berbalik dan menghajar satu per satu di antara mereka. Bahkan ada juga yang langsung lari terbirit-birit sebelum El mengeluarkan tinjunya.

Dua jam telah berlalu. Semua pasukan tawuran tampak terkapar di atas rerumputan dan menerima air hujan yang menerpa mereka dari langit. Hanya tinggal beberapa anak muda berseragam putih abu-abu yang masih berdiri kokoh, termasuk El.

"Hidup, El! Hidup!" Teriak Teo sambil mengangkat balok kayu yang dibawanya ke udara beberapa kali.

Semua anak buah El ikut bersorak mengikuti seruan Teo. "Hidup, El! Hidup!"

***

Di dalam gudang, El duduk di hadapan Sam yang sudah diikat di sebuah tiang kayu lapuk di sebuah gudang kosong bekas pabrik rokok yang tak terpakai.

"Sekali lagi gue tanya. Lo mau tunduk sama gue atau gue akan mempermalukan lo di hadapan semua orang?" Tanya El tegas sambil menyatukan sepuluh jemarinya.

Sam masih tak mau menyerah. Dia tersenyum miring. "Daripada gue tunduk sama lo, lebih baik gue mati!"

El mengangguk pelan. "Baiklah. Jadi, lo milih dipermalukan?"

Sam memanglingkan muka. Dalam hati, ia tidak ingin menjadi bahan bullyan dan dipermalukan. Tapi di sisi lain, ia juga tidak ingin tunduk dan menjadi anak buah El.

"Sudahlah, El! Langsung aja! Enaknya diapain nih anak?" Tanya Zen pada El.

Satu alis El terangkat. Ia tampak berpikir sejenak. Lalu dia tersenyum miring. "Kencingi saja dia!"

Mata semua anak buah El terbelalak lebar termasuk Zen ketika mendengar perintah El yang terdengar begitu kejam. Mereka menatap El penuh tanya, masih tak percaya dengan perintah El barusan.

Ya! Semenjak mama El meninggal, El menjadi pribadi yang sangat kejam dan tidak berperi kemanusiaan. Saat dia berhasil memenangkan tawuran, dia pasti akan menghabisi ketua tawuran dari tim lawan yang tidak mau tunduk padanya.

El menatap tajam anak-anak buahnya yang masih melongo. "Apa yang kalian lakukan?"

Semua anak buah El terkesiap. Mereka agak bergidik takut.

"Cepat kencingi dia!" Perintah El marah.

Beberapa di antara mereka mulai membuka kancing celana dan menurunkan resleting untuk bersiap mengeluarkan air seni mereka. Dan bau pesing pun berhamburan di seluruh ruangan, terutama di sekujur tubuh Sam yang tadi sudah basah karena air hujan.

Sejak saat itu, 3 di antara 5 sekolah yang dipimpin Sam terpecah. Mereka meninggalkan Sam begitu saja dan menjadi anak buah El.

Dua tahun kemudian, Sam kembali menantang El ketika mereka mendekati Ujian Nasional. Tapi El yang sekarang bukan El yang dulu. Ia sangat memikirkan perasaan Raya. Dia tau benar kalau Raya sangat membenci hal-hal seperti miras, balapan liar maupun tawuran. El tidak meladeni tantangan Sam bukan karena UN. Tapi karena dia begitu mencintai Raya. Ia takut Raya akan menjauhinya jika ia masih terlibat di kehidupan gelap seperti itu.

El sangat mencintai Raya. Dengan susah payah ia berhasil meluluhkan setengah dari hati yang dimiliki Raya. Dia tidak mau membiarkan hati Raya kembali utuh untuk Arsyaf. Itulah sebabnya ia berusaha semampu mungkin tak membuat Raya kecewa.

***

Note    : hai teman?! Gimana? Konfliknya udah mengena belom?

Tawuran itu nggak baik ya....

FEMME FATALE 2 / Cewek Cetar Season 2 Where stories live. Discover now