Chapter 47

16.5K 1.2K 70
                                    

[Author pov]

Di dalam taksi, Raya tersenyum sendiri sambil mengelus pigura yang ada di sampingnya. Sudah tak sabar ia menemui Arsyaf. Ia berharap, Arsyaf menyukai kado yang ia buat dengan susah payah. Betapa tidak? Di Surabaya, Raya adalah Mahasiswa yang super sibuk. Setelah kuliah, ia harus bekerja paruh waktu sebagai guru les privat, kemudian ia juga harus mengerjakan tugas kuliah yang terus datang silih berganti. Raya bahkan hanya tidur empat jam sehari untuk meluangkan waktu demi membuat karikatur tersebut.

Drrrtt...

HP Raya bergetar kuat. Ia pun menghentikan senyumannya lalu menerima panggilan yang masuk.

"Halo, Lea?" sapa Raya setelah melihat nama Lea tertera di layar ponselnya.

"Raya, lo ada di mana? Gue sudah hampir nyampek kontrakan Arsyaf nih."

Raya melihat ke jendela taksi, melihat penunjuk jalan yang remang-remang ia lihat. "Aku juga udah deket kontrakan Arsyaf kok. Kita ketemuan di sana."

"Oke deh. Bye..."

"Bye..."

Raya menghela napas, hatinya berdegup kencang. Tak sabar rasanya ingin bertemu dengan Arsyaf, cowok yang sangat dicintainya.

***

Linsie membuka kotak yang berisi kue tar coklat yang tampak begitu lezat. Ia bergegas memasang beberapa lilin kecil di atasnya lalu menyalakan korek.

"Eh eh. Lo mau ngapain?" cegah Arsyaf, matanya melebar kaget.

"Ya... mau nyalain lilinnya," jawab Linsie heran.

"Nggak boleh! Nggak boleh!" Arsyaf meniup korek yang dipegang Linsie.

"Kenapa nggak boleh?" Dahi Linsie berkernyit.

"Pokoknya, sebelum cewek gue datang, gue nggak bakal mulai acara ini," jelas Arsyaf agak marah.

Zen dan Teo sedari tadi sudah beberapa kali meneguk ludah melihat hidangan yang tersedia di atas meja makan. Perlahan, tangan mereka merambat mencoba mengambil paha ayam. Mereka memang bukan Upin Ipin, tapi tidak dapat mereka pungkiri, ayam goreng adalah makanan yang lezat.

"Ngapain kalian?!" Arsyaf menyingkirkan tangan Teo lalu tangan Zen agar menjauh dari hidangan.

"Ya elah, Syaf. Kita udah laper tingkat tinggi nih. Dari tadi cuma nungguin Raya doang," kata Teo sambil mengerucutkan bibir seperti anak-anak TK.

"Dari pada nunggu Raya yang nggak nongol-nongol, mendingan nunggu Upin Ipin wisuda," tambah Zen kesal.

Renan menghela napas jengah. Entah mengapa ia merasa malas mengikuti percakapan Arsyaf, Zen, dan Teo. Ia pun mengambil jaket lalu berdiri.

"Mau ke mana lo, Ren?" Arsyaf mendongak, melihat Renan yang berdiri di hadapannya.

"Gue mau ke warung Mbok Pit, ngopi. Entar kalau Raya ke sini, kasih tau gue ya," kata Renan malas lalu beranjak pergi.

Tak terasa sudah sepuluh menit sejak Renan keluar dari kontrakan menuju warung Mbok Pit yang jaraknya tak begitu jauh. Raya masih saja belum datang. Arsyaf bahkan sempat menelponnya, tapi tidak diangkat.

"Eh, Syaf. Gue keluar beli minuman dulu ya. Kayaknya minuman yang kita punya bakalan kurang deh." Linsie melirik sejenak tiga botol minuman bersoda yang ada di hadapannya.

"Oh iya. Tolong belikan susu coklat juga. Raya suka banget sama susu coklat," kata Arsyaf tak tahu perasaan Linsie padanya.

Linsie tersenyum kecut. "Oke."

FEMME FATALE 2 / Cewek Cetar Season 2 Where stories live. Discover now