Chapter 30

20.2K 1.4K 69
                                    

[Sam pov]

Di atas ranjang rumah sakit, gue terkapar lesu. Sial! Untuk kedua kalinya gue kalah sama El. Gue nggak bisa percaya ini. Padahal selama ini gue sudah banyak latihan karate. Tapi tetap saja gue nggak bisa mengalahkannya.

"Tuan muda, tuan muda sudah bangun?" Tanya Rommy, salah satu sekretaris papa.

Gue hanya melirik sebentar ke arah Rommy tanpa menyahuti ucapannya. Sudah gue duga! Mama dan papa hanya peduli dengan pekerjaan mereka. Bahkan jika gue mati sekali pun, mereka mungkin nggak akan peduli sama gue.

"Tuan muda, Nyonya Yumeko dan Tuan Arnold tidak bisa ke sini. Mereka ada meeting penting bersama beberapa kolega untuk proyek pembangunan hotel," papar Rommy.

Gue tidak menghiraukannya. Gue kemudian melirik sebentar tulisan "VVIP 07 RS Wisnu Medika". Itu berarti, gue berada dalam satu rumah sakit bersama Raya, cewek yang sangat dicintai El.

"Rommy?" Kata gue tiba-tiba.

"Iya, tuan muda?" Rommy menimpali.

"Cari tau di mana kamar pasien yang bernama Soraya Aldric."

"Baik, tuan muda."

Iya. Gue tau nama lengkap ceweknya El karena hampir seminggu penuh gue menyelidikinya. Gue bahkan tahu nama ayah, ibu, dan kakak perempuannya.

***

Gue berjalan sendirian menuju taman yang berada di dekat kamar kelas 2. Sekitar jam 11 malam gue ke sana. Seluruh koridor rumah sakit tampak sepi. Hanya ada satu atau dua perawat yang lewat. Di kamar nomor 03, gue bisa melihat mamanya si Raya membuka korden. Samar-samar gue bisa mendengar percakapan mereka.

"Nggak apa-apa, Sayang. Ini sudah malam. Mereka nggak bakal ke sini. Mama tau kalau kamu malu dengan keadaanmu yang seperti ini. Tapi walau bagaimana pun juga, kamu harus menghirup udara segar!" Cerocos Nyonya Elly, mamanya si Raya sambil membuka sedikit bagian jendela.

Melihat wanita paruh baya itu sangat memperhatikan putrinya, gue jadi merasa iri. Sejak kecil, mama dan papa gue selalu sibuk bekerja. Mama gue adalah presdir C.M Group, salah satu perusahaan besar yang bergerak di bidang konstruksi. Sedangkan papa gue adalah seorang pemilik beberapa hotel bintang lima. Dalam setahun, gue hanya bisa bertemu dengan mereka berdua dua atau tiga kali saja. Itu pun tidak pernah lama. Paling satu sampai dua jam, kemudian mereka kembali bekerja.

"Eh! Infusmu mau habis! Mama panggil perawat dulu ya," kata Nyonya Elly.

Raya hanya mengangguk sambil tersenyum. Di saat dia sendirian bersama roommatenya, dia mengambil buku yang ada di atas meja lalu membacanya. Dia terlihat tak berkonsentrasi. Pasalnya, nenek yang berada sekamar dengannya tampak tak bisa tidur dan membolak balikkan tubuhnya ke kanan dan ke samping. Sesekali nenek itu memukul dirinya sendiri. Sepertinya, nyamuk mengganggunya.

Raya kemudian turun dari ranjangnya, mengambil lotion anti nyamuk dari dalam laci, berjalan pincang menuju nenek itu lalu mengoleskan lotion itu ke tangan dan kaki nenek itu. Setelah selesai, ia kembali menuju ranjangnya. Tentu saja dengan langkah pincang.

Wajah Raya terlihat pucat. Ada selang aneh yang menggantung di salah satu lubang hidungnya. Dia terlihat sangat rapuh seolah untuk berjalan saja sulit. Tapi bagaimana dia mau bersusah payah untuk memperhatikan nenek itu?

Mendapati hal itu, gue jadi mengerti alasan mengapa El sangat mencintai Raya. Dia memang tidak terlalu cantik, tidak begitu sexy, tapi dia.... baik. Mungkin itulah yang membuat seorang El jatuh cinta padanya.

"Tuan muda?" Sapa Rommy dari belakang.

Gue menoleh. "Hm?"

"Silahkan kembali ke kamar anda. Nanti anda masuk angin."

"Baiklah!"

Sesampainya di kamar, gue langsung merebahkan tubuh gue di atas ranjang. Tidak sampai lima menit, Rommy sudah menyodorkan setumpuk berkas buat gue.

"Apa itu?" Tanya gue sinis.

"Ini adalah berkas-berkas perdaftaran untuk ke Universitas Tokyo," jawab Rommy.

"Universitas Tokyo? Kenapa papa ingin mengirimku ke sana?"

"Dengan kejeniusan anda, tuan Arnold sangat yakin kalau anda bisa lolos ujian masuk di Universitas Tokyo. Sebenarnya, tuan Arnold ingin anda kuliah di Harvard. Tapi karena tuan Ozora Takeshi ingin...."

"Ya sudah kuduga! Pasti karena kakek!" Potong gue sebelum Rommy menyelesaikan penjelasannya.

Ya. Gue keturunan Japanese. Kakek buyut gue, Ozora Shouta menikahi nenek buyut gue, Sarah Widyanigrum. Dan mempunyai anak Ozora Takeshi, alias kakek gue. Kemudian, kakek gue menikah dengan nenek, orang asli Ciamis. Dan mempunyai anak Ozora Yumeko, alias mama gue.

Silsila keluarga gue cukup rumit memang! Dan kalian pasti heran kenapa wajah gue tidak terlihat seperti orang Jepang yang biasa bermata sipit. Itu karena gue lebih mirip dengan bokap gue yang memiliki keturunan Jawa Rusia. Nah, oleh karena itu, nama lengkap gue sebenarnya Ozora Samitra Aldebaran. Nama tersebut diambil dari dua keluarga yang berbeda budaya.

***
[Raya pov]

Tak terasa sudah sembilan hari gue berada di rumah sakit. Akhirnya dokter memperbolehkan gue untuk pulang. Tapi walaupun demikian, gue masih tetap harus kontrol ke rumah sakit seminggu sekali selama dua bulan sampai kawat-kawat aneh di mulut gue benar-benar di lepas.

"Sayang, apa kamu masih nggak mau menemui mereka?" Tanya mama sambil memegang tangan gue.

Gue hanya menggeleng karena memang untuk saat ini, mulut gue dibungkam oleh kawat.

"Kasihan mereka. Setiap hari mereka menjengukmu. Tapi kamu malah mengabaikan mereka," papar mama.

Gue mengalihkan pandangan, tak berani menatap mama yang tumben berbicara dengan nada serius.

"Setidaknya kamu temui mereka sekali saja. Ya?" Tambah mama.

Gue menggeleng, bertandakan tidak menyetujui usulan mama. Ah, dengan kondisi tak bisa berbicara seperti ini, gue merasa ikutan acaranya Uya Kuya yang hanya bisa mengucapkan iya, tidak, dan bisa jadi.

"Ya sudah kalau kamu tidak mau. Mama nggak akan memaksa." Mama membelai lembut pipi gue lalu beranjak pergi menuju ruang tamu untuk menemui Arsyaf, Renan, El, dan Lea.

Hari demi hari gue lewati dengan mengurung diri di dalam kamar, menonton drama korea, main game, dan sesekali belajar. Ratusan SMS dan chat dari Arsyaf, Renan, El, dan Lea tak pernah gue balas meskipun gue membacanya. Gue tau mereka khawatir. Tapi gue cuma butuh waktu untuk sendiri.

***

Note : bersambung....
Hari rabu. Author masih cari inspirasi. Daaaahh...

FEMME FATALE 2 / Cewek Cetar Season 2 Where stories live. Discover now