Chapter 38

17.4K 1.3K 27
                                    

[Raya pov]

Sunset di ujung lautan seolah menjadi saksi cinta kami. Mata gue masih terpejam. Jantung gue berdegup semakin kencang tiap detiknya. Sekujur tubuh gue menegang. Gue pun menelan ludah, gugup bukan main. Tapi sebelum bibir kami benar-benar bertemu, seekor keong beracun tiba-tiba merambat di kaki gue.

Aaarrrrghh

Gue terlonjak kaget. El terkesiap. Ia membuka matanya lalu terkekeh. Gue lagi-lagi menelan ludah dan langsung berpaling muka dari El. Napas gue tak beraturan. Mungkin pipi gue sudah memerah sedari tadi. Setelah itu, gue langsung buru-buru memasang masker agar El tak tahu betapa malunya gue. Sumpah! Gue salah tingkah!

"Kenapa kamu menjerit?" tanya El sambil mengulum tawa.

"Tuh ada keong!" jawab gue sambil melirik sekilas keong kecil yang berjalan lambat di sekitar kaki gue.

El lagi-lagi terkekeh. Ia mengambil keong itu, memandanginya sejenak, lalu membuangnya jauh-jauh.

"Sudah. Keongnya sudah nggak ada. Apa bisa kita lanjutkan aktivitas kita tadi?" godanya.

"Aktivitas yang mana ya?" Gue belagak pilon.

"Ya ... yang tadi itu."

"Ah, kayaknya udah malem deh. Aku mau pulang," kata gue mengalihkan pembicaraan.

El mengelus rambut gue lembut. "Ya udah. Ayo kita pulang!" katanya sambil mengembangkan senyuman tipis.

***
Gue berdiri di depan cermin. Dengan senyuman kecil, gue membolak-balikkan tubuh gue. Mungkin ini akan jadi hari terakhir gue memakai seragam putih abu-abu yang biasa gue pakek hampir setiap hari.
Ya! Waktunya corat-coret sadis ala anak SMA yang merasa gaul. Hello... hay bye bye.

Setelah memakai masker, gue pun berangkat ke sekolah. Di sana sudah ada Arsyaf yang menunggu gue di depan gerbang sekolah. Dia tersenyum jahat dan langsung menyemprotkan cat ke seragam gue. Gue berteriak sambil berlari menjauh. Tapi dia dengan langkah panjangnya terus mengejar dari belakang. Dan akhirnya, dia berhasil menyemprotkan cat ke seragam gue lagi.

"Arsyaf!" tegur gue sambil melipat tangan.

Dia menyeringai khas. "Selamat hari kelulusan, sayangku."

"Selamat hari kelulusan juga, babiku," sahut gue manja.

Dia kemudian mengeluarkan spidol dari dalam saku celananya. "Sini! Aku ingin jadi orang yang pertama nulis di seragammu," paparnya.

Gue mengangguk. "Baiklah," gue pun menyiapkan punggung gue buat Arsyaf, agar dia bisa leluasa menulis di seragam putih gue.

Cukup lama ia menulis. Apa IQ nya semakin menurun? Atau... apa dia lupa cara menulis? Sebenarnya apa yang ia tulis? Ah, gue jadi penasaran.

"Udah belom?" tanya gue tak sabaran.

"Iya bentar!" sahutnya.

"Aku penasaran nih!"

"Iya. Bentar."

"Kamu nulis apa sih?"

"Nulis kata-kata yang bisa buat kamu klepek-klepek."

"Klepek-klepek?" Dahi gue berkerut. "Kata klepek-klepek membuatku teringat ikan mujair yang papaku

tangkap tempo hari."

"Kenapa emang?" tanya Arsyaf yang masih asyik menulis di seragam gue.

"Ikan mujairnya goyang dualima pas di angkat dari air. Mulutnya mangap-mangap gitu. Klepek-klepek."

"Nah! Udah!" Arsyaf menutup spidolnya lalu membalikkan badan gue. "Kamu bisa baca pas sudah pulang nanti. Oke?"

"Oke, bos!" Gue langsung hormat pada Arsyaf sambil memberikan senyuman termanis.

Arsyaf tertawa kecil sambil mencubit gemas pipi gue. "Lucu banget sih pacarku ini. Pengen langsung kupinang dengan Bismillah deh."

Alis gue terangkat. "Aku mah ogah kalau cuma dipinang dengan Bismillah doang! Semua cowok juga bisa ngomong Bismillah."

"Ish ish ish!" Arsyaf geleng-geleng. "Terus, kamu ingin aku pinang dengan apa?"

"Ya dengan duit lah!" tukas gue ngotot.

"Ya ampun, pacarku kok matre banget yak?"

"Di dunia ini, nggak ada cewek yang nggak matre. Kalau ada cewek yang ngaku nggak matre, berarti dia menyebarkan berita hoax."

"Emang kamu nggak merasa kalau dipinang dengan Bismillah itu sesuatu yang romantis apa?"

"Enggak!" tukas gue cepat.

"Kan sudah ada lagunya tuh! Yang nyanyi Pasha Ungu lagi!"

"Mau yang nyanyi Pasha Ungu, mau yang nyanyi Dewi Sancai, gue tetep ogah kalau dipinang dengan Bismillah doang!"

"DEWI SANCA!" tegur Arsyaf ngotot. "Kalau Sancai, pacarnya Tomingse, Tomas Ingin Sendiri."

"Maap Pak bos." Gue memasang wajah imut.

"Baiklah kalau itu maumu, Kushi."

"Terima kasih Arsyaf Sing Raizada."

Kami kemudian tertawa bersama. Pertengkaran manis seperti ini yang membuat gue enggan melepaskan Arsyaf demi El. Gue tahu kalau gue egois. Tapi itulah kenyataannya. Gue masih tidak bisa memilih di antara keduanya. Yang satunya membuat hidup gue menjadi lebih berwarna, yang satunya membuat gue merasa aman dan nyaman. Sampai kapan akan seperti ini? Kelak, gue harus memilih. Tidak bisa selamanya akan seperti ini.

"Eh, BTW, di mana Renan dan El?" tanya gue celingukan dengan mata yang menyisir seluruh halaman sekolah.

"Itu Renan!" Arsyaf menunjuk balkon lantai dua.

Di sana gue bisa melihat Renan di kejar dua kuntilanak, Tantri dan Monica. Istri tua dan istri muda lagi merajuk. Melihat hal itu, gue hanya bisa tetawa geli.

"Kak Arsyaf! Kak Arsyaf!" Tiba-tiba segerombol adik-adik kelas berlari menghampiri Arsyaf hingga membuat gue terpental menjauh.

Di antara adik-adik kelas itu, terdiri dari beberapa spesies yang berbeda. Ada yang cantik, ada yang biasa-biasa aja, ada pula yang jelek. Ada yang tinggi, ada yang sedang-sedang saja, ada pula yang cebol. Ada yang berkulit putih, kuning langsat, coklat, hitam, ada pula yang berkulit hijau toska. Eh?

Gue menghela napas. Tidak mungkin bagi gue untuk menerobos masuk kerumunan cewek-cewek centil itu. Bisa-bisa sepulang sekolah gue kena santet. Wuuuah! Bisa berabe nih.

Gue pun memutuskan untuk mencari El. Siapa tahu dia sendirian dan tak bersama Pamela atau para fans fanatiknya. Gue berjalan menuju kelas, dan gue tak menjumpainya di sana. Kemudian gue mencarinya di gudang, base camp anak-anak geng di sekolah. Nihil. Dia juga tidak ada di sana. Hampir putus asa gue mencarinya hingga gue ingat satu tempat yang belum gue periksa.

*****🐤🐤🐤*****

Bom vote dan bom komen guys!

Apakah El sudah pergi ke Singapura?

Btw, author itu bosen menciptakan karakter cewek yang perfect, baik hati dan ceria. Itulah sebabnya karakter Raya di novel ini, author ciptakan agak gampangan biar beda dengan novel yang lain. (Author tertawa jahat)

Nantikan kisah selanjutnya hehe

Baca juga karya author yang lainnya ya:
Lantunan Lafadz Kerinduan

dan

Wonderful Heart Zahra

Eh, maaf sebelumnya, author lama update. Soalnya author lagi ngurus urusan kuliah. Maaf ya...

FEMME FATALE 2 / Cewek Cetar Season 2 Where stories live. Discover now