Chapter 35

17.4K 1.3K 18
                                    

[Raya pov]

Setelah puas tertawa, kami pun melanjutkan kekonyolan kami. Dan, Arsyaf mau nggak mau harus buat cerita konyol. Kalau tidak, heeemmm..... ya tidak apa-apa sih.

"Ayo, Syaf! Sekarang giliran elo. Tadi elo enggak lucu," hina gue jujur. "Sekarang lo harus lucu."

"Kalau guweh dulu pernah duduk satu bangku sama temen guweh namanya Slamet." Sekarang Arsyaf ikut-ikutan meniru gaya bicara anak alay.

"Ooohh Slamet yang rambutnya nge-jos kayak Naruto?" Celetuk Renan. "Terus? Terus?"

"Pas waktu serius-seriusnya pelajaran agama, kan ceritanya lagi bahas Ustadz Yusuf Mansur. Eh dia malah teriak, MENDING BAHAS MANSUR S."

Koplak koplak! Pacar gua emang koplak dah! Tawa kembali riuh di antara kami berlima. Pengunjung restoran yang lainnya tampak agak kesal dengan kegaduhan yang kami buat.

"Terus? Terus?" Kata gue ngotot.

"Terus, si Slamet langsung kena hukum sama guru agama. Guweh juga kena hukum getoh gara-gara tertawa paling keras," papar Arsyaf.

"Emangnya apa hukumannya?" Renan tampak semakin penasaran.

"Guweh dan Slamet disuruh ngerangkum ceramahnya Ustadz Yusuf Mansur yang biasa tayang pagi-pagi. Pas ditagih ama guru agama guweh, guweh bilang aja nggak punya tipi. Dan yang lebih konyolnya, Slamet bilang kalau tipi yang channelnya Ustadz Yusuf Mansur lagi eror, buram, dan gak jelas getoh," jelas Arsyaf panjang kali lebar kali tinggi, udah kayak rumus volume balok aja.

"Sekarang giliran Lea!" Celetuk gue sambil menatap Lea penuh semangat.

"Ah, gue nggak ada pengalaman lucu," kilah Lea.

Arsyaf mengacak rambut gue lembut. "Udahlah, Rayap! Lea itu otaknya masih normal nggak kayak elo, gesrek-gesrek abnormal!" Katanya lalu terkekeh.

"Ih nyebelin!" Ucap gue manja sambil menghempaskan tangan Arsyaf dari puncak kepala gue.

***
[Lea pov]

Sudah hampir setahun gue berada di antara mereka berempat. Tapi gue masih merasa belum benar-benar membaur dengan mereka. Seolah ada sekat perbedaan sifat di antara kami.

Kalau boleh jujur, gue masih suka sama Arsyaf. Semakin gue mengenalnya, semakin gue menyukainya. Betapa tidak? Dia tampan, baik, dan humoris. Terlebih lagi dia begitu setia. Perempuan mana yang tak terperdaya oleh semua itu?

Gue tercekat melihat kemesraan Raya dan Arsyaf. Sesak bukan main. Sampai saat ini masih belum ada yang tau kalau gue menyimpan rasa yang teramat sangat terhadap Arsyaf. Tidak apa-apa jika Arsyaf bukan milik gue. Asalkan gue bisa melihatnya setiap hari, itu lebih dari sekedar cukup.

Mungkin gue egois, mencintai cowok sahabat gue sendiri. Tapi seberapa sering gue menangkisnya, perasaan gue masih sama terhadap Arsyaf. Dan anehnya, perasaan terlarang itu kian menggunung seiring berjalannya waktu. Sempat gue berpikir, kenapa dia menyukai Raya? Kenapa dia tidak menyukai gue? Padahal gue jauh lebih cantik daripada Raya. Sempat juga gue mencoba mengikhlaskan Arsyaf untuk Raya. Tapi nyatanya nggak bisa. Hati gue masih terasa sesak setiap kali melihat kemesraan mereka.

"Eh, Lea! Entar lo dijemput?" Tanya Raya.

Gue terkesiap. "Emm... gue naik taksi, Ray. Soalnya pas dateng ke sini, gue naik taksi," jawab gue sambil mengembangnya senyum tipis untuk Raya.

"Jangan! Jangan naik taksi!"

"Kenapa?" Alis gue sedikit terangkat.

"Ini ada tiga cowok bego yang siap nganterin elo." Raya menunjuk El, Renan, dan Arsyaf secara bergantian.

"Enggak usah, Ray! Gue nggak mau ngerepotin."

"Nggak apa-apa, Lea. Biar Renan atau El yang nganterin elo," ujar Arsyaf setelah menyuruput es moccacino miliknya.

"Betul betul betul." Raya hanya manggut-manggut.

*****🐤🐤🐤*****
Note  : siapa yang akan mengantar Lea pulang?

Bersambung.......

Vote dan komen dulu yang banyak😚😚😚

Oh iya jangan lupa baca karyaku yang lain. Judulnya :
Lantunan Lafadz Kerinduan

FEMME FATALE 2 / Cewek Cetar Season 2 Where stories live. Discover now