Chapter 34

16.9K 1.5K 17
                                    

[Raya pov]

"Eh BTW, bercanda yuk!" Ajak gue manja.

"Lo mau bercanda?" Alis Renan terangkat sejenak. "Ya udah. Gue punya pertanyaan buat kalian semua."

"Pertanyaan apa?"

"Hal apa yang paling kocak yang pernah lo lakuin di sekolah?"

"Emmm...." gue masih berpikir.

"Makan gorengan Bik Sum," celetuk Arsyaf.

"Deng dong! Dasar otak amuba! Emangnya lo pikir makan gorengan Bik Sum itu hal yang kocak apa?" Omel Renan.

Arsyaf jadi kicep. Mungkin daya kreativitasnya masih di bawah suhu nol derajat celcius. Atau mungkin IQ nya menurun lagi dari 0,4 menjadi 0,3.

"Kalau lo sendiri, Ren? Hal apa yang paling kocak yang pernah lo lakuin di sekolah?" Tanya El sambil melihat wajah Renan dari samping.

"Dulu guweh pernah tuh pas jam belajar," curhat Renan dengan intonasi gaya bicara anak alay. "Guweh izin ke belakang sama guru kimia guweh getoh."

"Eh, ada kresek nggak gengs?" Tanya gue tiba-tiba, memotong cerita Renan.

"Buat apa, Ray?" Tanya Lea keheranan.

"Buat bungkus mukanya Renan. Nyebelin banget intonasinya tau nggak?"

"Lanjutin aja, Ren! Jangan hiraukan Rayap!" Pinta Arsyaf sambil melihat Renan dari samping.

"Okeh, guweh lanjutin!" Sambung Renan dengan intonasi menyebalkan seperti tadi. "Guweh izin ke toilet getoh. Tapi guweh belok ke kantin. Eh, pas masuk kelas, guweh ditonjokin sama guru guweh."

"Ah, lebay lu!" Cerca Arsyaf. "Nggak mungkin Dono sampek nonjok. Hukuman paling berat aja dikebiri."

Ya dewa... pacar gua dodol amat yak? Panci mana panci? Buat nimpuk tuh kelapa. Eh, kepala maksudnya. Lama-lama gue kasihan sama si Dono. Udah namanya nggak bagus-bagus amat, difitnah suka nonjokin, difitnah suka mengkebiri, terus apa lagi cobak? Untung saja kumisnya imut dan ngangenin buat dijambak. Mungkin hanya itu poin plus dari seorang Dono.

"Kalau lo, El?" Tanya gue.

El tampak berpikir sejenak tanpa bernapas sekedar satu alif. Gue masih menunggu. Dia tak pandai membuat lelucon. Tapi gue harap, leluconnya nggak garing.

"Gue pernah boncengin Bu Rukmini. Panggil aja BuRuk. Eh, malah dikira boncengin buldoser," papar El.

Tawa kami berlima lagi-lagi pecah untuk yang kesekian kalinya. Alhamdulillah, lawakannya nggak garing. Padahal jantung gue tadi sempat menegang, khawatir dia nggak lucu.

"Sekarang giliran elo, Ray!" Celetuk Renan.

"Dulu guweh pernah telat masuk sekolah," papar gue dengan memakai gaya bicara anak alay, mencoba meniru Renan.

"Stop! Stop! Kalian punya karung goni nggak gengs?" Potong Renan ngotot.

"Buat apa, Ren?" Tanya Arsyaf.

"Buat buntel nih anak!" Renan menjambak pelan poni gue. "Mau gue titipin sungai Nil. Siapa tau diadopsi Fir'aun."

Lagi, tawa kami berlima membuncah ke seluruh ruangan. Entah sudah berapa kali.

"Oke, guweh lanjutin ceritanya. Waktu pas guweh telat, kebetulan guru piket hari itu adalah Pak Kepleset," sambung gue bercerita.

"KEPSEK!!" Tegur Arsyaf, Renan, El, dan Lea bebarengan.

"Guweh mulanya takut, tapi guweh beraniin untuk masuk. Guweh kira dimarahi. Eh, malah dikasih permen kiss. Pak Kepret guweh emang gokil, men!"

"KEPSEK!!" Lagi, keempat sahabat gue menegur tegas.

*****🐤🐤🐤*****
Vote dan komen gengs. Semakin banyak yang komen, semakin semangat akunya.
Kalian membuatku menjadi seorang stalker. Gara2 novel cewek cetar ini, aku jadi sering kepoin teman-temanku yang sesama makhluk kocak.😅

Jangan lupa juga baca karyaku yang lainnya ya....
Genre spiritual
Judulnya....
Lantunan Lafadz Kerinduan

FEMME FATALE 2 / Cewek Cetar Season 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang