2. Alice

49 10 2
                                    

"Catherine... Dia yang ngedorong Gwen tujuh tahun lalu." kata-kata Bryan saat itu membuat jantungku langsung berhenti berdetak.

Setelah mendengar kabar itu kemarin, aku terus-terusan tidak bisa tidur. Baru saja dua hari yang lalu Pak Stenley ditetapkan sebagai terdakwa dalam kasus percobaan pembunuhan berantai di panti asuhan ini dan digiring ke kantor polisi karena kesaksian Alexa dan Luke, yang menuntun pada ditemukannya bukti di kantornya. Kali kini giliran Catherine.

Sangat tidak masuk akal.

Pak Stenley memang kasar dan tidak punya filter, tapi masa, sih, ia membunuh orang? Maksudku, untuk apa seorang kepala panti asuhan membunuh anak asuhnya sendiri? Dengan mendirikan panti asuhan dan memenuhi segala kebutuhan anak-anaknya, seharusnya ia tidak punya niat seperti itu, kan? Apalagi, ia sampai rela mengeluarkan uang untuk membangun sekolah bagi anak-anak asuhnya.

Dan Catherine...

Cewek ramah yang menyapaku duluan dengan wajah berseri-seri dan langsung menjadi sahabat sekaligus teman satu kamarku, masa pernah mendorong Gwen hingga masuk rumah sakit? Ia juga dikabarkan sebagai orang hilang, karena ternyata gadis yang selama ini terbaring koma di rumah sakit bukanlah dirinya. Dan kemungkinan itu... kemungkinan tentang Catherine adalah salah satu anggota geng Topeng Putih yang membunuh kedua orang tuaku dengan keji membuatku sangat sedih bercampur tidak percaya.

Sekarang aku tahu bagaimana perasaan Andrew saat itu.

Tidak bisa makan, tidak bisa tidur, dan tiap kali mendengar namanya, rasanya hatiku seperti dicabik menjadi berkeping-keping. Yang kulakukan seharian hanyalah menangis sejak kemarin. Bagaimana bisa seorang Catherine mendorong Gwen tujuh tahun lalu? Maksudku, dia sangat halus, bahkan tidak tega membunuh seekor nyamuk sekali pun. Bagaimana gadis seperti itu bisa melukai orang lain?

Atau jangan-jangan... ingatan Gwen yang salah?

Tapi, Topeng Putih tidak mungkin salah memilih korban, kan?

Untuk apa ia mencelakai peserta lomba tidak bersalah itu? Apa karena gadis itu mirip Catherine dan kebetulan tidak memiliki guru pendamping? Masa Topeng Putih salah mengira itu Catherine dan mencelakainya, tapi karena tahu dia bukan Catherine, berhenti di tengah jalan dan tidak jadi membunuhnya? Kalau begitu, kenapa dia harus dicelakai sampai wajahnya nggak bisa dikenali?

Aneh, sih.

Tapi bukannya sama sekali nggak mungkin. Lagipula, Topeng Putih juga manusia.

Mungkin memang dia salah sasaran. Lagipula, Kim juga sama sekali tidak ada hubungannya dengan Topeng Putih dan tetap menjadi korban, kan? Ngomong-ngomong soal Kim.... Aku benar-benar kasihan dan merasa bersalah padanya. Hanya karena permainan yang dimulai oleh Topeng Putih, kakinya harus diamputasi sehingga ia terpaksa menyerah pada hobi cheerleading-nya. Apalagi, dengar-dengar, ia bercita-cita menjadi model. Mungkin, kalau seandainya aku tidak kepo dan memulai serangkaian penyelidikan ini, ia tidak perlu masuk rehabilitasi dan menjalani kehidupan sulit seperti itu sekarang.

Karena aku, Kim kehilangan mimpinya.

Rasa sakit kembali merasuk dalam dadaku, membuat air mataku kembali menetes.

Seharusnya, aku tidak memulai semua ini. Seharusnya... aku diam saja dan tidak menyelidiki kematian orang tuaku. Toh, yang lalu sudah berlalu. Aku tinggal duduk manis saja, belajar dengan benar, dan membangun kehidupan normal dengan uang warisan orang tuaku, yang secara legal baru bisa kuambil saat usiaku dua puluh satu tahun.

Iya.

Seandainya aku tidak mengusik Topeng Putih, mungkin korban saat ini tidak akan berada di pusat rehabilitasi karena disiksa dan dicekoki narkoba. Dan Catherine mungkin tidak perlu dikejar sampai ke karantina lomba, sampai ia harus menghilang dari peredaran agar Topeng Putih tidak menemukannya.

[COMPLETED] Fall of the Last FortressWhere stories live. Discover now