EXTRA - Study Tour (1) : Kebun Binatang

37 4 0
                                    

3 tahun yang lalu....

Tania, VIII-A

Hari ini, untuk pertama kalinya, panti asuhan kami mengadakan acara study tour dua hari satu malam. Yah, masih di Jakarta, sih, nggak jauh-jauh amat, tapi tetap saja perubahan suasana dari asrama suram tempat kami tinggal sehari-hari terdengar menyenangkan. Kudengar, acara ini akan menjadi acara tahunan bagi siswa kelas delapan dan kami adalah angkatan pertama yang beruntung. Aku bertanya-tanya, kepala panti kami habis kejatuhan durian runtuh sebesar apa sampai-sampai membuat acara kayak gini. Tapi, tidak ada yang keberatan dengan itu, sih.

Sejak pagi-pagi buta, anak-anak seangkatanku sudah bangun dan bersiap-siap, sampai kamar mandi jadi ramai karena anak-anak yang biasanya mandi agak siang atau malah nggak mandi sama sekali tiba-tiba memutuskan untuk mandi pagi. Bisa ditebak, hal itu membuat keberangkatan kami jadi molor. Seharusnya, bus kami sudah berangkat pukul tujuh. Tapi, sampai hampir pukul delapan, kami masih menunggu anak-anak yang belum selesai bersiap-siap di dalam bus.

"Pagi, Tania." Sebuah suara lembut membuyarkan lamunanku. Saat mendongak, ternyata anak tercantik sekaligus paling ramah seangkatan, Catherine, sudah berdiri di sampingku. Ia cewek setengah bule yang punya rambut pirang mencolok dan mata abu-abu lebar. "Di sini kosong? Aku boleh duduk sini, nggak?"

"Pagi," balasku. "Boleh aja. Kosong, kok." Kayaknya nggak akan ada orang yang keberatan duduk berdua dengan Catherine. Sebenarnya, sih, banyak cewek yang iri terhadapnya, karena selain cantik, dia juga pintar dan berbodi bagus. Aku pun juga kadang kepingin mengutuknya kalau mendengar satu lagi cowok naksir dirinya. Tapi, kalau sudah bertemu face-to-face dengan orangnya seperti ini, kau akan merasa jadi orang paling jahat di dunia kalau membencinya.

Catherine duduk di sampingku dan mengeluarkan sebatang lollipop dari tasnya untuk diberikan padaku. "Nih, buat di perjalanan," katanya. "Kamu nggak duduk bareng Selma?"

"Nggak," balasku sambil menerima permen itu dan mengucapkan terima kasih. "Selma bareng Felli, soalnya katanya Andrew mau nyelundup ke bus kelas B bareng Willy."

"Astaga, mereka selalu gitu, ya," balasnya heran. "Padahal kena hukum terus. Nggak capek apa, ya?"

"Nggak tahu, tuh," balasku. "Tapi, ya, kasihan Felli, sih. Sejak temenan sama Andrew-Willy jadi sering diomongin yang jelek-jelek sama cewek-cewek. Padahal, dia, kan orangnya nggak apa-apa. Jadi, ya biarin aja, deh, Selma sama dia."

"Iya, sih, mereka jahat banget sama dia..." balas Catherine. "Padahal anaknya seru, loh."

"Iya, kan?" balasku. "Coba Diana masih di sini. Pasti dia lagi marahin anak-anak yang nyinyirin Felli."

Catherine tertawa geli, membuat kecantikannya semakin bersinar saja lantaran giginya putih dan rapi. Sial, aku jadi merasa kentang di sebelahnya. "Iya juga, ya," katanya. "Duh, kangen Diana sama adiknya, nggak, sih? Mereka sekarang gimana, ya?"

"Selamat pagi, anak-anak!"

Percakapan kami disela oleh suara Pak Joseph, pembimbing kelas kami, yang mengumumkan bahwa bus sudah siap berangkat dan mengabsen semua anak (Andrew dan Willy entah bagaimana lolos, padahal mereka nggak hadir di sini). Setelah itu, kami pun berangkat. Sepanjang perjalanan, aku dan Catherine mengobrol tentang teman kami, Diana, dan adiknya, Natasha, yang baru-baru ini diadopsi. Sebelum kami sadari, tahu-tahu saja kami sudah tiba di tempat tujuan pertama.

Perhentian pertama kami adalah kebun binatang. Begitu turun dari bus, Catherine mengajakku ke toilet. Tapi, karena aku agak jijik dengan toilet umum, aku menolak. Akhirnya, ia pergi sendiri setelah mendapat izin dari Pak Joseph. Aku berjalan bersama Selma dan Felli, mengikuti rombongan ke dalam kebun binatang. Anak kelas B rupanya sudah tiba lebih dulu karena aku melihat beberapa dari mereka sedang melihat-lihat hewan di dalam. Aku, Selma, dan Felli memutuskan untuk melihat-lihat burung terlebih dahulu.

[COMPLETED] Fall of the Last FortressWhere stories live. Discover now